Pagi-pagi setelah bangun tidur, Naresh memutuskan untuk mandi lebih dulu, setelah itu turun kebawah untuk duduk bersama sang Ayah yang sedang menonton tv.
"Wiss jagoan," ucap Adnan, Ayah Naresh.
"Semalam kamu berantem sama Kakek?" Tanya Adnan pada putranya.
Naresh mengangguk sembari memakan bolu buatan Bundanya.
"Kakek selalu ikut campur urusan Naresh," adu Naresh pada sang Ayah.
"Maksa banget buat Naresh deket sama Raina, padahal Naresh risih," lanjut Naresh.
"Ayah gak larang kamu buat ngelawan sama Kakek selagi kamu punya alasan yang kuat dan benar. Tapi ingat, biar gimanapun Kakek itu orangtua, kamu harus tetap sopan," ucap Adnan sembari merangkul Naresh.
"Naresh paham," jawab Naresh.
"Gimana hubungan kamu sama Senja?" Tanya Adnan menggoda Naresh.
Naresh tersenyum mendengar pertanyaan Ayah nya.
"Ya gitu," jawab Naresh malu-malu.
"Gitu gimana? Kalian berdua pacaran?" Tanya Adnan yang semakin penasaran.
"Naresh gak kepikiran buat pacaran, Naresh mau nya langsung tunangan aja biar bisa ke jenjang yang lebih serius," ucap Naresh sembari menatap Ayahnya.
Adnan yang mendengarnya langsung tersenyum bangga. Naresh seperti dirinya sewaktu muda. Tak ingin berpacaran, namun langsung bertunangan, setelah itu memutuskan untuk menikah.
"Ayah dukung. Tapi Resh," ucap Adnan sambil menatap Naresh intens.
"Senja udah tau siapa kamu?"
Naresh menggeleng.
"Kenapa?" Tanya Adnan yang kini mengerutkan keningnya.
"Naresh rasa bukan sekarang waktunya," tukas Naresh.
"Masih banyak permasalahan Senja yang harus Naresh urus," jawab Naresh lagi.
Adnan mengangguk paham.
"Pada ngobrolin apa sih? Kok gak ngajak-ngajak Bunda?" Ucap Belinda yang kini duduk ditengah-tengah Naresh dan juga Adnan.
"Ngobrolin rahasia," ucap Naresh sambil mengecup pipi Bundanya.
Adnan langsung memelototi Naresh yang mencium Belinda. Walaupun Naresh anaknya, tetap saja ia tak terima.
"Jangan cium-cium istri Ayah!" Ucap Adnan dengan tatapan garang.
"Istri Ayah juga Bunda nya Naresh," ucap Naresh malas pada Ayahnya yang selalu saja cemburu.
Adnan menggeplak tangan Naresh, kemudian ia memeluk Belinda dengan erat.
"Kamu tuh sama anak aja cemburu," ucap Belinda sambil menggelengkan kepalanya.
"Kamu kan cuma punya aku, sayang," ucap Adnan sambil mendusel-dusel dibahu Belinda.
"Ck, udah tua inget umur," decak Naresh.
"Bodoamat, iri bilang bos!" Ledek Adnan sembari mencium seluruh wajah Belinda agar Naresh semakin kepanasan.
"Bunda," rengek Naresh.
Belinda hanya bisa menghela napasnya. Memang anak dan ayah selalu saja aneh.
"Oh iya," ucap Adnan sembari menatap Naresh.
"Apa?" Tanya Naresh.
"Naresh kan udah gede, mau gak punya adik?" Tanya Adnan disertai cengiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJALUKA
Teen FictionPerempuan yang mampu berjalan dikaki yang hampir lumpuh. Perempuan yang mampu berlari dijalan yang mulai terlihat buntu. Perempuan yang mampu bangkit setelah tubuh sempat rubuh. Senja namanya. Perempuan yang punya banyak warna sebelum badai itu data...