Gadis yang menopang kepala menggunakan tangannya itu sedang menahan kantuk yang sangat berat. Ditambah dengan udara sejuk yang berasal dari pendingin ruangan sangat mendukung ia tertidur. Aleta tidak peduli dengan tatapan teman sebangkunya, yaitu Una. Berkali-kali Una memberitahunya kalau ia harus memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi Logaritma di depan sana.
Aleta benci matematika sampai kapanpun itu.
"Aleta ... Aleta ... Bangun dong! Nanti lo dihukum lagi loh sama Bu Rahmi," bisik Una. Aleta tidak mendengar ucapan Una karena ia sudah tertidur sekarang.
Bu Rahmi berjalan memperhatikan anak didiknya yang sedang menulis apa yang tadi ia jelaskan. Una yang melihat itu langsung menyenggol kaki Aleta agar ia segera terbangun dari tidurnya, tapi usahanya sia-sia sekarang Bu Rahmi sedang berdiri di kursinya dan sedang memperhatikan Aleta yang tertidur.
Ini sudah kesekian kalinya Aleta tertidur dalam mata pelajarannya. Bu Rahmi sudah bosan pada Aleta yang selalu tertidur di kelas.
"Aleta ... Aleta Xaviera ...." teriak Bu Rahmi.
"Ya Skala," Seluruh orang yang ada di dalam kelas itu langsung mengarahkan pandangannya ke Aleta. Aleta yang mendapat tatapan itu merasa aneh.
"Skala? Lagi-lagi tidur di kelas, gak bosen apa kamu cari gara-gara sama saya. Saya aja bosen Aleta," ucap Bu Rahmi.
Aleta hanya menundukkan wajahnya ke bawah. Bisa-bisanya ia terbangun dan menyebutkan nama Skala.
"Sekarang kamu keluar hormat tiang bendera sampai jam pelajaran saya selesai!"
Aleta melirik Skala yang sibuk dengan bukunya. Ekspresi Skala masih sama seperti dulu yaitu datar dan cuek.
***
Peluh membasahi dahi Aleta. Udara hari ini begitu panas. Aleta merutuki dirinya yang tertidur di kelas tadi, jika Aleta tau akan sepanas ini ia pasti memilih memperhatikan Bu Rahmi menjelaskan.
"Dihukum lagi?"
"Iya,"
Tanpa melihat siapa yang mengajaknya berbicara Aleta sudah tau siapa pemilik suara berat itu.
"Lo juga dihukum?" tanya Aleta yang masih setia mendongakkan kepalanya pada bendera di atas sana.
"Gak,"
"Terus lo ngapain di sini Arga?"
"Nemenin lo," jawab Arga tersenyum.
Aleta menghembuskan nafas. "Ga butuh temen gue,"
Arga tersenyum mendengar ucapan Aleta. Ia mengambil botol minum yang ia simpan dikantong celananya dan memberikan kepada Aleta. "Buat lo keknya lo haus,"
Aleta langsung mengambil botol itu dan meminumnya hingga tak tersisa.
Setelah satu jam setengah berdiri di lapangan, akhirnya hukuman Aleta selesai. Ia membasuh wajahnya dengan air dingin yang berasal dari keran. Aleta melihat ke arah kaca. Untung saja wajahnya tidak gosong karena paparan sinar matahari. Kemudian ia merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan. Setelah selesai Aleta keluar dari toilet.
Dari arah ke jauhan terlihat seseorang yang begitu Aleta dambakan. Membawa tumpukan buku yang Aleta yakin itu tugas dari Bu Rahmi. Aleta tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.
Aleta berlari menghampiri Skala. "Gue bantu bawa ya Ska," Skala menatap tajam pada Aleta.
Melihat Skala yang hanya diam, Aleta langsung mengambil sebagian buku yang ada ditangan Skala. Belum sampai Aleta mengambil buku itu, Skala langsung memukul tangan Aleta.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALETA (On Going)
Teen FictionKata siapa matematika itu sulit? Ada tuh yang lebih sulit dari matematika, yaitu melupakan cinta. Contohnya si Aleta, udah tau ditolak mentah-mentah masih aja mengharapkan cintanya pada Skala. Skala itu pintar, apalagi menyangkut matematika sudah p...