Hai ... Gak terasa ya udah September aja.
Apa harapan untuk bulan September ini?Jangan lupa untuk vote dan komen?
Happy Reading
Semoga kalian sehat selaluMotor Arga berhenti tepat di depan rumah Aleta. Gadis yang ada di belakangnya langsung turun dari motornya. Arga mengikuti langkah gadis di depannya yang berlari masuk ke dalam rumah Aleta. Pintu rumah yang terbuka lebar memudahkannya mereka masuk.
"ALETA ...." teriak Una menggema di rumah yang besar itu.
Tidak mendapatkan sautan dari orang yang ia panggil. Una segera berlari menaiki tangga menuju kamar Aleta. Ia sangat paham letak kamar sahabatnya itu, karena ia pernah menginap di rumah ini.
"ALETA ...."
Una menyelusuri kamar Aleta. Pintu balkon terbuka lebar di sana. Una terkejut saat melihat sedikit cairan darah yang berceceran di lantai.
Dok ... Dok ... Dok ....
Una dan Arga saling diam mendengar suara seperti pukulan tersebut. Una melirik ke arah lemari pakaian yang ada di kamar Aleta. Lalu, menghampirinya. Di sana juga terdapat cairan darah. Una semakin panik.
"Aleta, lo di dalem?" tanya Una panik.
"Eemmm ... Eemmm ...."
Dok ... Dok ...
Tidak salah lagi Aleta pasti ada di dalam sana. Una langsung membuka lemari tersebut. Sial! Lemari tersebut dikunci.
Arga mencoba membantu membuka lemari tersebut.
"ARGHH! Aleta, tunggu ya!" ucap Arga. Ia juga sangat panik sekarang.
Una berlari menuju meja belajar Aleta. Ia ingat bahwa Aleta pernah mengatakan padanya, jika ia selalu menyimpan kunci cadangan lemari di laci yang ada di meja belajarnya. Setelah mendapatkan kunci cadangan tersebut. Kemudian, ia memberikan kepada Arga. Arga mengambil kunci tersebut dan membuka lemari itu.
"Aleta ...."
Di dalam lemari tersebut terdapat gadis yang tangan dan kakinya sedang terikat, mulutnya terdapat lakban hitam yang menutupi. Penampilannya sangat kacau. Matanya sedikit bengkak karena kebanyakan menangis ditambah lagi ada goresan panjang di tangannya yang mengeluarkan darah.
Una dan Arga membantu Aleta membuka tali yang mengikatnya. Hati Arga teriris melihat gadis yang ia cintai terluka seperti ini.
"Ya ampun tangan lo, Aleta," pekik Una saat melihat tangan Aleta terluka.
Darah yang ada berceceran di lantai itu ternyata berasal dari luka di tangan Aleta.
Una segera berlari mencari obat untuk mengobati luka tersebut. Sementara, Arga membantu Aleta duduk di pinggir ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALETA (On Going)
Teen FictionKata siapa matematika itu sulit? Ada tuh yang lebih sulit dari matematika, yaitu melupakan cinta. Contohnya si Aleta, udah tau ditolak mentah-mentah masih aja mengharapkan cintanya pada Skala. Skala itu pintar, apalagi menyangkut matematika sudah p...