"Lo beli origami sebanyak ini buat apa sih?"
"Gak tau iseng aja keknya,"
Una mengerutkan keningnya. "Iseng?"
Aleta menganggukkan kepalanya. Ia menyusun origaminya yang di dalam kardus itu. Una yang melihat itu merasa Aleta hanya membuang-buang uangnya demi origami satu kardus yang hanya iseng itu. Una berpikir apa seperti ini orang kaya menghabiskan uangnya? Membeli barang yang tidak berguna dengan dalih iseng doang.
"Una bantuin bawa dong! Kenapa bengong sih?" Una melihat Aleta kesusahan membawa kardus origami itu.
"Iya-iya,"
Setelah membayar origami tersebut, mereka pun keluar dari toko peralatan sekolah itu. Berjalan sambil membawa kardus origami yang lumayan berat.
"Skala ...."
Aleta melihat segerombolan anak geng motor yang ugal-ugalan di jalan. Aleta yakin itu anak-anak Zaros yang terkenal sering membuat onar .
"Una itu geng motor namanya Zaros kan?"
Una menyipitkan matanya memfokuskan pandangannya ke depan. "Iya itu geng motor Zaros yang sering buat onar," jawab Una.
"Ada Skala di sana Una," Aleta panik melihat itu, ia yakin Skala bukan tipe cowok yang mau ikut geng motor seperti itu.
"Gue yakin pasti ada yang gak beres. Gue takut Skala dapat masalah dengan ikut geng motor Zaros,"
"Udahlah Aleta biarin aja. Inget lo bukan siapa-siapanya Skala,"
Aleta menganggukkan kepalanya. Benar, ucapan Una memang benar ia bukan siapa-siapanya Skala. Tapi Aleta takut jika Skala terlibat masalah dengan ikut geng motor Zaros.
Aleta melanjutkan langkahnya dengan diikuti Una di sampingnya. Aleta akan mencari tau tentang Skala dan geng motor Zaros.
Aleta ingat bahwa Arga juga anggota geng motor tersebut, ia akan menemui Arga besok di sekolah untuk menanyakan tentang Skala.
***
"Lo benaran mau ikut geng motor Zaros?" tanya Jefan ketua geng motor Zaros.
Skala yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya. Melihat ekspresi Skala membuat Jefan yakin bahwa Skala ingin masuk ke dalam geng motornya.
Jefan kemudian tertawa. "Kenapa gak dari dulu sih Skala–Skala?"
Skala hanya diam tidak menjawab pertanyaan dari Jefan. Jefan memang dari dulu mengajak Skala untuk ikut ke dalam geng motornya. Awalnya Skala menolak tanpa alasan, tapi lihatlah sekarang Skala tidak diundang ia malah menawarkan diri.
Skala berjalan melewati anak-anak Zaros begitu saja tanpa ada niat untuk menyapa mereka. Ia keluar dari basecamp yang biasa dipakai untuk nongkrong oleh anak Zaros. Skala kemudian menuju motornya dan menyalakannya pergi meninggalkan basecamp tersebut.
Aleta meletakkan kardus origaminya di bawah meja belajarnya. Lalu ia menuju tempat tidur, merebahkan tubuhnya yang sangat lelah itu. Ruangan berwarna merah muda itu nampak rapi dilihat. Aleta memang menyukai segala hal yang rapi dan tidak berantakan, ia akan nampak kesal jika melihat apapun itu yang berantakan, termasuk kamarnya.
Aleta menatap kearah atas, pikirannya melayang entah kemana-mana. Aleta rindu dengan mama papanya. Ia sangat merindukan mereka. Orangtuanya sibuk dengan urusan bisnisnya, mereka akan pulang saat larut malam dan pergi pagi-pagi sekali. Aleta merasa sendiri sekarang di rumah yang besar ini. Tanpa sadar Aleta memejamkan mata membawa menuju alam mimpi.
***
"Arga ... Tunggu!"
Mendengar namanya dipanggil Arga menghentikan langkahnya saat ingin masuk ke dalam kelasnya. Arga membalikkan badannya melihat Aleta yang tidak jauh darinya.
"Ada apa?"
Aleta melihat ke kanan dan ke kiri, ia melihat di depan kelas Arga terlalu banyak siswa dan siswi yang melihat mereka. Kemudian Aleta maju menghampiri Arga, lalu menarik tangan Arga untuk ikut bersamanya. Aleta membawa Arga ke taman belakang sekolah saat ini.
"Lo kangen sama gue?"
Aleta menautkan kedua alisnya, ia bingung dengan ucapan Arga barusan.
"Ha," jawab Aleta dengan ekspresi bingungnya.
"Nih buktinya tangan gue gak lo lepas-lepas dari tadi," ucap Arga mengangkat tangannya yang sedang digenggam Aleta.
Aleta langsung menghempaskan tangan Arga dari genggamannya.
"Arga gue mau nanya sama lo,"
Arga diam memperhatikan Aleta di depannya. "Skala emang ikut geng motor Zaros ya?" tanya Aleta.
"Iya,"
"Sejak kapan?"
"Gak tau," jawab Arga santai.
Aleta menganggukkan kepalanya. "Lo bisa gak buat Skala keluar dari geng motor itu?"
Arga mengerutkan keningnya. "Lo masih ngarep sama Skala?"
Aleta menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Melihat itu Arga menghembuskan nafasnya.
"Meskipun Skala gak mau sama lo? Inget Aleta lo bukan siapa-siapanya Skala, lo gak berhak ikut campur dalam hidupnya,"
"Ya gue tau, tapi—"
"Di dunia ini masih banyak cowok Aleta gak cuma Skala doang," ucap Arga cepat.
Aleta terdiam mendengar ucapan Arga. Ya, memang seharusnya dirinya tidak ikut campur dalam urusan Skala.
"Arga lo mau kemana?"
"Masuk kelas lah, bel masuk udah bunyi dari lima menit yang lalu Aleta."
"Apa?" pekik Aleta. Aleta kaget, lalu ia berlari mendahului Arga menuju kelasnya.
Aleta berhenti tepat di depan pintu kelasnya, mengatur nafasnya yang tersengal-senggal akibat berlari. Ternyata dari taman belakang sekolah menuju kelasnya cukup jauh bagi Aleta. Aleta mengintip dari jendela, ia mencebik ternyata Pak Tarso sudah masuk ke dalam kelas. Aleta terlambat. Aleta menarik nafasnya, mau tidak mau ia harus masuk ke dalam kelas.
"Permisi pak,"
Pak Tarso melihat ke arah pintu tempat Aleta berdiri. "Masuk! Kamu terlambat?"
"Gak pak saya tadi ke Toilet sebentar pak. Sudah permisi sama Jio pak," jawab Aleta. Aleta melihat ke arah Jio memberi kode padanya agar Jio membenarkan ucapannya.
Pak Tarso mengamati wajah Aleta dengan teliti. Aleta tersenyum melihat pak Tarso di depannya. Kemudian mengarahkan pandangannya ke Jio si ketua kelas.
"Benar Jio?" tanya pak Tarso.
Aleta menganggukkan kepalanya pelan memberi kode kepada Jio. Jio menghembuskan nafasnya. "Benar pak tadi Aleta sudah permisi sama saya."
"Duduk kamu Aleta!"
"Baik pak," Aleta berjalan menuju tempat duduknya.
"Jio nanti lo gue traktir makan di kantin," ucap Aleta pelan saat melewati kursi Jio.
***
Terimakasih untuk kalian yang sudah membaca cerita ini. Semoga kalian sehat selalu:)
Jangan lupa untuk rekomendasi-in cerita ini ke temen, gebetan, pacar, saudara, kakak, adik, emak, bapak, nenek, kakek dan semua la pokoknya. Titik!!!!
Maksa gue!!
Jangan lupa FOLLOW AUTHOR
Yg ga follow author sumpahin banyak rezekinya ehhh:vJangan lupa krisan, jangan lupa masukin cerita ini ke pustaka kalian ya.
Yaudah gitu aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALETA (On Going)
Teen FictionKata siapa matematika itu sulit? Ada tuh yang lebih sulit dari matematika, yaitu melupakan cinta. Contohnya si Aleta, udah tau ditolak mentah-mentah masih aja mengharapkan cintanya pada Skala. Skala itu pintar, apalagi menyangkut matematika sudah p...