15

1.4K 97 63
                                    

Vote dan komen!
Terima kasih

.

.

Seorang gadis berbalut kardigan coklat itu menatap langit malam penuh bintang dengan sangat bahagia. Di sampingnya ada seorang laki-laki yang tepat dua bulan menjadi pacarnya. Senyum bahagia selalu ia lihatkan kala bersama kekasihnya.

Merayakan hari Anniversary yang ke dua bulan bersama pacarnya, Skala. Aina tidak pernah menuntut apa pun dari Skala. Ia selalu menuruti kemauan laki-laki tersebut. Aina tidak pernah berbohong soal perasaannya terhadap Skala. Ia sudah mencintai laki-laki tersebut semenjak kelas XI. Layaknya seorang pengagum rahasia, Aina tidak pernah menyatakan perasaannya secara gamblang pada Skala. Tidak seperti Aleta yang terang-terangan menyatakan cinta pada laki-laki tersebut.

Aina akan mengamati gerak-gerik Skala secara diam-diam. Satu tahun menyimpan perasaan suka pada Skala tidak membuat dirinya menyerah. Aina punya cara tersendiri untuk memikat laki-laki tersebut. Hingga akhirnya, ia dan Skala resmi berpacaran.

"Na ..."

Aina menatap ke arah Skala yang ada di sebelahnya. Laki-laki dengan stelan celana jeans dan sweater hitam membuat ia semakin menawan.

"Aku ada satu permintaan ...."

"Tapi, kamu harus menerimanya!"

Aina semakin menatap serius Skala. Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena tiupan angin.

"Apa, Skala?" tanya Aina singkat.

"Kamu harus janji untuk menerimanya!" Skala mengangkat jari kelingkingnya dihadapan Aina.

Aina menatap bingung pada apa yang dilakukan Skala. Ia terdiam sejenak memikirkannya. Setelah paham akan maksud Skala, ia mengangkat jari kelingkingnya dan menautkan pada jari Skala. Lalu berkata, "Janji ...."

Skala tersenyum bahagia. "Aku mau putus!"

Jdeer

Bagaikan petir yang menyambar secara tiba-tiba. Aina menatap wajah Skala tidak percaya. Pikirannya seketika kosong. Jantungnya berdegup tidak beraturan.

"Ka–mu ... Se–rius?" tanyanya terbata-bata.

"Gue serius, Aina," jawab Skala. Bahkan ia tidak lagi menggunakan kata "Aku" sebagai sebutan dirinya.

Aina melepaskan tautan jarinya pada laki-laki tersebut. Menghapus air mata yang jatuh di pipinya. Ia tidak pernah menyangka akan secepat ini hubungannya berakhir. Harusnya malam ini adalah malam bahagia bagi dirinya. Aina tidak pernah percaya akan mendapatkan kata yang seharusnya tidak pernah ia dengar di saat mereka merayakan hari Anniversary.

"Lo, udah janji, Aina."

Air matanya semakin tidak bisa ia cegah lagi. Hatinya begitu sakit mendengar ucapan Skala.

"Kenapa kamu putusin aku, Skala?"

Skala mengalihkan pandangannya ke depan. "Gue mau fokus ke olimpiade."

"Kamu bohong, Skala!" teriak Aina. Ia yakin Skala memutuskannya bukan karena ia ingin fokus terhadap olimpiade matematika yang laki-laki itu ikuti.

"GUE GAK PERNAH BOHONG, AINA!" kini giliran Skala yang berteriak.

"Maaf ... Aina! Gue harap lo bisa baik-baik aja setelah ini," ucap Skala dengan lembut.

Bagaimana bisa ia akan baik-baik saja setelah mendengar ucapan putus dari kekasihnya.
Aina masih berdiri bagaikan patung. Raganya seakan tidak bisa ia gerakkan. Ia tidak ingin menjawab perkataan Skala. Hatinya begitu hancur sekarang.
Aina menatap nanar kepergian Skala yang begitu saja. Bahkan dirinya belum menyetujui permintaan putus dari Skala. Tubuhnya terjatuh, ia tidak bisa menahan beban yang berat untuk hari ini.

SKALETA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang