Nb : Cerita ini dibuat ketika authornya belum tau PEUBI yang baik dan benar.
Sebelum membaca alangkah indahnya kalian follow, vote dan komen.
Coba absen dulu, pembaca setia SKALETA dari mana aja nih?
Happy Reading ....
Suasana canggung semakin Aleta rasakan. Ia malu-malu memasukkan makanan pada mulutnya. Setelah Arga mengajaknya berkenalan dengan neneknya, mereka melakukan acara makan malam bersama. Membuat dirinya semakin gugup. Seperti kata Arga tadi bahwa neneknya adalah orang yang baik. Aleta akui itu, tapi tetap saja bagi Aleta ini pertama kalinya ia bertemu orang yang sangat disegani di keluarga Arga.
"Aleta, jangan malu-malu dong! Ambil lagi nasinya ya!" ucap Ghanni, neneknya Arga.
Aleta menatap malu-malu. Lalu, menganggukkan kepalanya. "Aah, iya Nek ... Terimakasih!"
Arga dapat melihat jika Aleta sedang gugup sekarang.
"Nenek ...." teriak anak kecil menghampiri neneknya itu.
"Aku kok gak diajak makan sih?" katanya cemberut.
"Tadi kamu tidur sayang, Nenek gak tega bangunin kamu."
Anak kecil itu menatap ke arah Arga. Memberikan senyum manis kepadanya. Pandangannya beralih menatap seseorang di samping Arga.
"Kakak cantik ...."
Aleta segara menatap ke arah yang memanggilnya tersebut. Ia ingat itu panggilan dari Shila khusus untuknya.
"Shila ...." ucap Aleta. Aleta terkejut saat Shila ada di sini. Kemudian, ia menatap Arga meminta penjelasan.
"Shila itu sepupu aku," beritahu Arga.
"Oh ...." ucap Aleta santai. Tapi, tunggu berarti ....
"Jadi, kamu sama Skala juga saudara dong?" bisik Aleta.
Arga mengangguk samar. Sebenarnya ia malas sekali mengakui Skala sebagai saudaranya. Tapi, Aleta terlanjur mengetahui itu.
"Aleta, udah kenal Shila ya?"
"Iya Nek."
Shila duduk di depan Arga. Bocah umur delapan tahun itu tidak henti-hentinya berbicara pada neneknya tentang Aleta.
"Nenek tau gak kalau kak cantik itu sering main ke rumah Shila," beritahu Shila dengan semangat.
"Terus sering bawain Shila makanan yang banyak banget," sambungnya lagi.
"Oh ya ... Berarti baik banget dong kakak cantiknya?"
"Iya baik banget Nek ...." balas Shila sambil menganggukkan kepala.
Arga terdiam memperhatikan Shila yang berbicara terus menerus tentang Aleta. Sedekat itu Aleta pada keluarga Skala. Bahkan Shila merasa kagum pada Aleta. Kemudian ia tersenyum kecut.
Setelah selesai acara makan malam bersama. Arga membawa Aleta duduk di kursi yang ada di halaman rumah ini.
"Gue mau nanya dong?"
Aleta masih memandang lurus ke depan. "Apa?"
"Aleta, cinta itu apa sih?"
Aleta mengerutkan keningnya. Kemudian menggelengkan kepalanya. "Gak tau."
"Sama gue juga gak tau," ucap Arga parau.
Aleta menatap Arga bingung. Ada masalah apa sih Arga hari ini? Aleta memang sulit mendeskripsikan cinta itu apa. Dia terlalu takut sekarang untuk membahas tentang cinta. Setelah ia mulai ingin melupakan perasaan cintanya terhadap Skala.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALETA (On Going)
Teen FictionKata siapa matematika itu sulit? Ada tuh yang lebih sulit dari matematika, yaitu melupakan cinta. Contohnya si Aleta, udah tau ditolak mentah-mentah masih aja mengharapkan cintanya pada Skala. Skala itu pintar, apalagi menyangkut matematika sudah p...