Nb : Cerita ini dibuat ketika authornya belum tau PEUBI yang baik dan benar.
Silahkan klik tombol bintang di pojok bawah!
.
Sunyi dan sepi. Itulah yang menggambarkan suasana semua ruangan kelas. Para penghuninya telah pergi menuju rumah masing-masing. Tapi, terdapat satu kelas yang masih belum terkunci itu.
Menyisakan seorang laki-laki di dalamnya. Duduk sambil membaca buku fisika. Tidak biasanya ia melakukannya hal ini. Setelah bosan membaca buku yang sangat tebal itu, tangannya bergerak menutup dan memasukkan buku tersebut ke dalam tasnya.
Pikiran berkecamuk, rasanya ia tidak ingin segera pulang hari ini. Hubungan dirinya dan Aina kini berjalan dengan biasa saja. Sejak awal dirinya memang tidak menyukai Aina. Tapi, kenapa ia bisa menjadikan Aina pacarnya? Jawabannya hanya satu ia ingin melihat Aleta sakit hati dan menjauhi dirinya. Namun, sekarang dirinya lah yang sakit hati melihat kedekatan antara Aleta dan Arga.
Skala membalikkan tubuhnya, memandang meja yang sedikit jauh dari tempat duduknya. Matanya menyipit melihat sesuatu di atas meja itu. Kakinya bergerak menghampiri meja tersebut.
Sebuah buku kecil berwarna pink
tergeletak di meja. Segera ia mengambil buku tersebut. Memasukkannya ke dalam kantong celananya. Ia yakin buku tersebut bukan sengaja ditinggal oleh pemiliknya. Kemudian, ia memilih menjauhi meja tersebut.Brak
Pintu itu terbuka secara kasar. Menampilkan seorang perempuan yang sedang mengatur nafasnya. Sepertinya ia berlari menuju ke kelas ini. Mereka saling bertatapan sejenak.
"Ngapain liat-liat?" tanya Aleta sinis.
Aleta berjalan menuju tempat duduknya, mengobrak-abrik isi laci mencari sesuatu di sana. Tidak menemukan apa-apa, ia beralih menuju laci milik Una. Kosong, tidak ada apa-apa di dalam laci milik Una. Kemana bukunya? Seingatnya ia meletakkan di mejanya.
Skala memperhatikan Aleta yang sibuk menyelusuri mejanya sendiri, sepertinya ia sedang mencari sesuatu di sana.
"Lo ngapain?"
Aleta menatap Skala sejenak, kemudian melanjutkan aktivitasnya.
Tidak mendapatkan jawaban dari Aleta. Ia menghampiri Aleta. "Nanti malam gue mau ajak lo."
"Ha? Gue gak bisa," balas Aleta.
Skala menatap kecewa pada Aleta. "Lo nyari apa?"
Aleta berbalik menatap Skala. "Nyari keadilan," jawab Aleta ketus.
Skala tertawa menampilkan sesuatu yang jarang ia lihatkan kepada orang-orang.
Aleta menatap Skala tidak percaya. Pasalnya, ini pertama kalinya ia melihat Skala tertawa lepas seperti ini.
"Lo .... Lagi gak kesambet kan?" tanya Aleta pelan.
Skala terdiam memperhatikan Aleta. "Kenapa?"
"Soalnya gue baru liat lo ketawa kek gini."
"Dan lo orang yang pertama yang bisa buat gue ketawa seperti ini," balas Skala. Sebelum pergi meninggalkan Aleta, tangannya terangkat untuk mengacak rambut Aleta.
Aleta menatap terkejut perlakuan Skala barusan. Jantungnya berdetak kencang. Sepertinya ia sedang bermimpi sekarang. Kalau Skala memperlakukan dirinya seperti ini akan semakin sulit bagi Aleta untuk move on dari laki-laki tersebut.
"Jangan lupa tutup pintunya!" teriak Skala saat sudah di luar kelas.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALETA (On Going)
Teen FictionKata siapa matematika itu sulit? Ada tuh yang lebih sulit dari matematika, yaitu melupakan cinta. Contohnya si Aleta, udah tau ditolak mentah-mentah masih aja mengharapkan cintanya pada Skala. Skala itu pintar, apalagi menyangkut matematika sudah p...