Sebelum baca alangkah indahnya Follow dulu author nya, terus vote ceritanya!!!
Happy Reading
.
."Sejak kapan lo jadian sama Skala?" tanya Jelita.
"Jawab Aina!" bentak Jelita pada Aina. Suara Jelita memekik di dalam toilet. Jelita dan gengnya sedang mengintrogasi Aina yang katanya pacar Skala.
Aina meringsut takut, keringatnya bercucuran di dahinya. "Sejak satu bulan yang lalu," jawab Aina dengan suara bergetar.
"Ck ... Murid beasiswa aja lo belagu pake jadi pacarnya Skala lagi," sambung Deli.
"Jelita, gimana kalau lo kasih pelajaran aja sama nih cewek, belagu banget soalnya. Keknya dia mau saingan deh sama lo," ucap Vivi sinis.
Jelita tersenyum tipis. Benar juga kata temannya itu, ia akan memberikan pelajaran pada Aina. Agar Aina tau bahwa Jelita lah yang berkuasa di sini.
Plak
Satu tamparan Jelita layangkan di pipi mulus Aina. Aina merasakan sakit sekaligus panas pada pipinya. Kemudian, Jelita menjambak rambut Aina kuat.
"Lo upik abu seharusnya sadar. Lo gak sebanding sama Skala,"
Aina menahan isakkannya. Ia merasakan kepalanya sedikit pusing akibat jambakan dari Jelita.
"Kalian ngapain di sini?" ucap Aleta yang baru masuk ke dalam toilet.
Mereka berempat mengarahkan pandangannya ke Aleta.
"Dia Aina kan kelas XII IPA 2? Lo apain dia?" tanya Aleta lagi.
"Lo tau dia itu pacarnya Skala,"
Aleta terkejut mendengar ucapan Jelita. "Kenapa? Pasti lo kaget kan?"
"Ya ... Biarin ajalah dia pacaran sama Skala,"
"Munafik lo. Padahal lo gak suka kan dia pacaran sama Skala?"
"Gue biasa aja," sergah Aleta.
"Alah songong banget lo," Jelita berjalan menghampiri Aleta. Ia menyunggingkan bibirnya.
Aleta mundur beberapa langkah saat melihat Jelita mendekatinya. "Mau apa lo?" tanya Aleta waspada.
"Lepasin gue Jelita!" Aleta berteriak saat Jelita mencengkeram tangannya. Jelita membawa Aleta ke salah satu bilik yang ada di toilet tersebut.
Byurr
"Rasain emang enak," Jelita tertawa puas melihat Aleta tidak berkutik sama sekali. Ia menyiram Aleta dengan satu ember air yang sudah bercampur tanah. Jelita dan gengnya memang menyiapkan air tersebut, awalnya mereka ingin menyiramkan air itu ke Aina. Tapi, menurut Jelita tidak buruk juga jika menyiramkan air itu ke Aleta.
"Deli, Vivi ... Bawa Aina ke sini!" perintah Jelita.
Deli dan Vivi pun menggeret Aina ke dalam bilik yang terdapat Jelita dan Aleta itu.
"Jelita bukain pintunya! Jelita ...." teriak Aleta.
Aleta menggedor-gedor pintu yang Jelita kunci dari luar. "Jelita ... Jangan pergi lo!! Bukain pintunya dulu!"
Aleta pasrah Jelita tidak mungkin membukakan pintu itu secara Jelita tidak punya hati.
Aleta mengepalkan tangannya, lalu memukul pintu itu dengan keras. "Jelita bangsat," emosi Aleta.
Aleta menyenderkan punggungnya di dinding, pandangannya melirik Aina yang dari tadi diam tanpa mau berusaha mencari cara agar mereka keluar dari bilik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALETA (On Going)
Teen FictionKata siapa matematika itu sulit? Ada tuh yang lebih sulit dari matematika, yaitu melupakan cinta. Contohnya si Aleta, udah tau ditolak mentah-mentah masih aja mengharapkan cintanya pada Skala. Skala itu pintar, apalagi menyangkut matematika sudah p...