Vote dan komen!
Happy ReadingWARNING!!
DIHIMBAU UNTUK PARA JOMBLO MENDING DI RUMAH AJA REBAHAN SAMBIL BACA SKALETA.
DARI PADA KALIAN BIKIN JALANAN MACET:VSelesai berlari keliling lapangan sebanyak lima kali sebagai pemanasan sebelum melakukan olahraga. Gadis berambut panjang hitam pekat itu duduk di pinggir lapangan seorang diri, dengan pandangan menatap ke depan. Teman-temannya yang lain sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang bermain basket, berlari kesana-kemari, dan ada juga yang duduk-duduk sambil bergosip. Aleta menyendiri, ia tidak minat untuk melakukan apa pun sekarang. Ia sedikit takut dengan teror yang barusan ia dapatkan. Pikirannya melayang-layang memikirkan siapa pelaku tersebut.
Aleta juga takut dengan ancaman teror tersebut. Ia takut jika dirinya harus meregang nyawa secepat ini. Dirinya belum siap untuk meninggalkan dunia ini. Selain masih banyaknya dosa pada dirinya, ia juga belum menikah. Aleta meringis memikirkan itu.
"Ambil!"
Aleta menatap sebotol air mineral dihadapannya. Dua detik kemudian, ia mendongakkan kepalanya menatap siapa yang memberikan air tersebut. Aleta sedikit terkejut orang tersebut adalah, Skala. Laki-laki tersebut menatap dirinya dengan tatapan manis. Aleta segera mengambil botol tersebut dan mengalihkan pandangannya.
Semenjak kejadian di taman, ia dan Skala menjadi lebih dekat. Aleta yakin jika seperti ini terus ia akan semakin susah move on. Siapa yang tidak suka melihat Skala, lelaki pintar dan berbakat itu sangat terkenal di SMA Pancasila. Apalagi ditambah dengan ia berpacaran dengan Aina, si gadis baik hati dan berparas cantik. Menambah kesan bahwa mereka pasangan paling cocok.
"Makasih ...."
"Kok lo gak ikut sama yang lain, Skala?" tanya Aleta pada Skala yang sudah duduk di sampingnya.
"Lebih seru sama lo," ucap Skala.
Aleta yang masih minum itu langsung tersedak mendengar ucapan Skala. Gawat, bisa-bisa teman-temannya yang lain menganggap dirinya ingin merebut Skala dari Aina.
"Uhuk ... huk ...."
"Lo gak papa?" tanya Skala panik.
Aleta langsung menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa iya tidak apa-apa di saat seperti ini? Sebagian teman sekelasnya memperhatikan mereka dari ke jauhan. Apalagi, Tika yang terkenal ratu gosip di kelasnya sedang memperhatikan dirinya dan Skala dari tadi. Aleta yakin bahwa dirinya sedang digosipin oleh mereka. Dasar tukang gosip!
"Ehh ... Mau ke mana?" tanya Aleta saat tiba-tiba tangannya ditarik oleh Skala. Spotan ia langsung berdiri.
"Main basket," jawab Skala enteng. Aleta menatap tangannya yang masih digenggam itu. Ia ingin sekali menolak ajakan Skala.
Pada saat Skala ingin menariknya ke tengah lapangan. Aleta merasakan tangan kirinya ditahan oleh seseorang. Aleta melirik ke samping melihat siapa pelakunya. Sekali lagi Aleta dibuat terkejut saat ini. Arga menggenggam tangan kirinya begitu erat.
"Arga ...." ucap Aleta pelan.
Arga masih diam, menatap Aleta. Tiga detik kemudian, ia mengalihkan pandangannya ke laki-laki yang juga menggenggam tangan kanan Aleta. Laki-laki tersebut juga menatap tajam ke arahnya.
Aleta bergantian melirik ke arah Arga, kemudian ke arah Skala. Ia bingung dengan situasi ini. Apalagi melihat tatapan Skala yang menatap Arga seakan-akan berperang melalui mata.
"Ada yang mau gue omongin sama lo, Aleta ...." ucap Arga.
"Apa?" tanya Aleta.
"Jangan di sini! Ikut aku!" Arga menarik tangan Aleta agar ikut dengannya. Saat Aleta ingin mengikuti ajakan Arga tiba-tiba tangan kanannya kembali digenggam oleh Skala.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALETA (On Going)
Teen FictionKata siapa matematika itu sulit? Ada tuh yang lebih sulit dari matematika, yaitu melupakan cinta. Contohnya si Aleta, udah tau ditolak mentah-mentah masih aja mengharapkan cintanya pada Skala. Skala itu pintar, apalagi menyangkut matematika sudah p...