JANGAN LUPA VOTE CERITA INI JIKA KALIAN SUKA!
"Skala, lo ikut geng motor Zaros ya?"
Skala masih sibuk mencari buku Biologi di rak-rak perpustakaan. Di belakangnya ada Aleta yang dari tadi mengikutinya.
Aleta melihat Skala mengacuhkannya. Aleta mempercepat jalannya menyamakannya dengan Skala.
"Skala keluar ya dari geng motor Zaros, please!!"
Skala menghentikan langkahnya, melihat ke arah Aleta dan menatap tajam.
"Gue gak mau lo sampai terlibat masalah sama mereka, apalagi lo tau kan geng motor itu sering buat onar?" ucap Aleta.
"Bukan urusan lo!" jawab Skala ketus.
"Gue gak mau kalau bokap lo tau pasti lo kena marah Ska,"
"Bukan urusan lo!" ucap Skala.
Skala menahan amarahnya, ia tidak suka melihat Aleta ikut campur dalam urusannya.
"Skala lo kok jadi kek gini sih?"
"Gue bilang bukan urusan lo Aleta! Lo paham gak sih?" teriak Skala mengagetkan seluruh orang yang ada dalam perpustakaan.
Aleta terdiam melihat Skala membentaknya. Kemudian ia melihat ke arah orang-orang yang sedang memperhatikan mereka dan Aleta tersenyum kikuk.
"Maaf-maaf," ucap Aleta pada orang-orang tersebut.
"Ska—" Aleta menghentikan ucapannya ia melihat Skala tidak lagi ada di sebelahnya. Skala pasti pergi meninggalkannya.
Skala menaiki tangga menuju rooftof gedung sekolah. Skala berdiri di pinggir besi pembatas, ia membiarkan rambutnya berkibar karena angin.
"Lo masih benci sama Aleta?"
Skala membalikkan badannya, ia melihat Arga duduk di kursi panjang bersama tiga teman lainnya, sambil menyesap rokok.
Arga membuang rokoknya yang hampir habis itu. "Gue tau lo masih benci sama dia," ucap Arga sambil tersenyum sinis.
"Gue gak suka dia terlalu ikut campur dalam urusan gue," ucap Skala yang ikut duduk di sebelah Arga.
"Urusan lo ikut geng motor Zaros?"
Skala menganggukkan kepalanya. Arga mengambil sebatang rokok yang belum tersulut dari tangan Zeka.
"Buat lo,"
Skala melihat ke tangan Arga. Ia tidak ada niat untuk menerima rokok tersebut.
"Sekali-kali ngerokok gak buat lo bodoh Skala. Gue tau lo butuh pelampiasan amarah lo,"
Skala masih menatap tajam Arga. "Ambil aja Skala! Gue yakin dengan rokok itu lo bisa tenang," sambung Zeka.
"Hidup itu butuh yang namanya rokok. Iya gak Arga?" ucap Roni.
"Iya dong," jawab Arga tertawa.
Skala kemudian mengambil rokok tersebut dari tangan Arga, kemudian menyulutnya dengan api dan menyesapnya. Arga tersenyum tipis melihat kelakuan Skala.
"Benar sekali-kali ngerokok gak buat gue bodoh," ucap Skala dalam hati.
***
"Aleta gue mau nambah bakso lagi dong. Boleh kan?"
"Ambil aja Jio. Kalau bisa lo abisin semua sama gerobaknya sekalian," ucap Aleta tertawa.
Jio tertawa mendengar ucapan Aleta. "Lo pasti bayar kan?" tanya Jio lagi.
Aleta meletakkan sendok yang ada ditangannya. "Tenang aja gue orang kaya Jio. Lo berdua gak usah khawatir, pasti gue bayar lah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALETA (On Going)
Teen FictionKata siapa matematika itu sulit? Ada tuh yang lebih sulit dari matematika, yaitu melupakan cinta. Contohnya si Aleta, udah tau ditolak mentah-mentah masih aja mengharapkan cintanya pada Skala. Skala itu pintar, apalagi menyangkut matematika sudah p...