Happy Reading
Jangan lupa vote dan komen....
Anda senang saya pun ikut senang!WARNING: PADA PART INI TERDAPAT KATA-KATA KASAR YANG TIDAK PANTAS DITIRU...
( Tandai kalau ada Typo ❎)
Keadaan rumah Aleta masih seperti biasanya yaitu sepi. Rumah yang besar hanya diisi oleh dua orang yaitu Aleta dan Bik Inah. Orangtuanya masih saja sibuk dengan bisnis mereka. Mereka akan pulang sebulan sekali.
Aleta memasuki kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci wajahnya. Setelah selesai, ia tidak lupa untuk memakai skincare malam sebelum tidur. Itu sudah menjadi kebiasaan Aleta setiap malam. Setelah selesai dengan rutinitasnya, ia menuju tempat tidur. Merebahkan tubuhnya yang sedikit lelah akibat aktivitas hari ini yang ia lakukan.
Tok
Aleta yang benar-benar belum tidur, menatap ke arah jendela yang terhubung dengan balkon kamarnya. Membuka selimut dan melangkahkan kakinya menuju pintu balkon. Telinganya masih berfungsi dengan jelas kalau tadi ia mendengar ada yang mengetuk jendela kamarnya.
Gerakannya sangat lambat, ia benar-benar takut jika ada maling yang ingin memporak-porandakan rumahnya. Atau ... hantu dengan wajah yang berlumuran darah tiba-tiba muncul dihadapannya. Aleta belum sanggup untuk melihat itu semua.
Perlahan Aleta membuka pintu tersebut. Melangkahkan kakinya keluar secara perlahan. Tidak ada apa-apa, itulah hal yang pertama Aleta lihat. Aleta bernafas lega sekarang tidak ada hantu seperti yang ada dipikirannya ataupun maling. Saat ingin kembali masuk ke dalam. Aleta melihat sesuatu di dekat jendela, lalu ia mengambilnya. Sebuah batu yang terbungkus oleh kertas. Aleta membuka kertas tersebut. Matanya melotot dan ia segera membuang kertas tersebut secara kasar.
Sebuah tulisan "Siap-siap Mati!". Membuat Aleta takut. Apa maksud tulisan tersebut? Aleta memberanikan diri melihat ke arah bawah dari atas balkon kamarnya. Tangannya ia gunakan untuk menutup mulutnya saat ia melihat seseorang dengan silent serba hitam. Aleta memundurkan langkahnya, segera ia masuk ke dalam dan mengunci pintu tersebut. Berlari menuju tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Pikirannya berkecamuk, siapa orang tersebut? Apa salah dirinya? Itulah yang ia pikirkan dalam kepalanya.
Seseorang dengan pakaian serba hitam itu tersenyum miring saat melihat wajah Aleta yang ketakutan. Usahanya tidak sia-sia untuk membuat pengacau seperti Aleta ketakutan. Ia tidak pernah merasa bersalah atas perbuatannya, yang bersalah di sini hanya Aleta.
***
"Aleta lo kenapa?"
"Al ...."
"Hei Aleta ..." teriak Una melihat temannya itu sedang melamun saja dari tadi.
"Ehh iya Una," jawab Aleta tersadar akan teriakan Una.
"Lo kenapa sih? Makan itu buburnya! Gue masuk ke kelas dulu, gue tinggal gak papa kan?"
"Oke ... Gak papa."
"Lo kok aneh sih?"
"Gue gak papa Una. Udah sana masuk lo!"
Una pergi meninggalkan Aleta sendiri di dalam kantin tersebut. Aleta mengaduk-aduk bubur di depannya itu. Seketika nafsu makannya hilang. Pikirannya kembali memikirkan kejadian tadi malam.
"Aleta kan?"
Aleta menatap orang yang ada di depannya itu. Lalu, menganggukkan kepalanya.
"Gue ... Duduk di sini ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALETA (On Going)
Teen FictionKata siapa matematika itu sulit? Ada tuh yang lebih sulit dari matematika, yaitu melupakan cinta. Contohnya si Aleta, udah tau ditolak mentah-mentah masih aja mengharapkan cintanya pada Skala. Skala itu pintar, apalagi menyangkut matematika sudah p...