Vote dan komen cerita ini!!!
.
.
.
"Ko–doook ...."
"Jio jauhin dari gue!" teriak Aleta.
Aleta berdiri di pojokan ruang kelas. Ia melihat Jio yang sedang menakuti-nakutinya dengan seekor kodok. Aleta hampir menangis melihat itu, ia sangat jijik melihat binatang yang satu ini.
"Uluh ... Hayo loh ...." ucap Jio
Jio tertawa melihat Aleta ketakutan seperti itu.
"Kodok si kodok lompat ... lompat ... Lompat yang tinggi ... Tinggi ...." Nyanyi Jio dengan suara sumbangnya.
Aleta bingung di mana Jio bisa mendapatkan seekor kodok di sekolah?
"Buang gak!"
Jio semakin mendekati Aleta. "Gak mau."
"Ihhh ... Jio. Kenapa sih?" tanya Aleta geram.
"Ehh ... Lo lupa ini tugas dari Pak Tino. Mana mungkin gue buang yang ada gue gak dapat nilai."
Aleta menepuk jidatnya. Pantas saja banyak kodok di kelasnya ternyata teman-temannya membawa kodok itu untuk tugas dari Pak Tino.
"Gue lupa," ucap Aleta.
Aleta menyumpahi Jio yang terus-menerus menyodorkan kodok itu pada dirinya. Aleta berlari hendak keluar kelas menjauhi Jio yang semakin tidak waras.
Bruk
Aleta terjatuh menabrak seseorang. "Aaa ... Kodok lagi ...." teriaknya saat melihat seekor kodok dihadapannya.
"Apa-apaan sih lo?"
Aleta mendongakkan kepalanya, lalu berdiri. Skala mengambil toples transparan yang berisi seekor kodok yang terjatuh karena Aleta.
"I–tu kodok lo yang bawa?" tanya Aleta. Nafasnya kini tersengal-sengal karena kebanyakan berteriak.
"Udah tau nanya. Emang lo mau bawa?"
"Maksud lo?"
"Lemot banget sih. Lo sama gue itu satu kelompok tugas Pak Tino. Lo gak liat digrup WhatsApp?"
Aleta menggelengkan kepalanya. "APA KITA SATU KELOMPOK?" pekik Aleta mengangetkan Skala.
Skala menatap lekat wajah Aleta. Memikirkan sesuatu. Lalu tersenyum tipis. "Nih bawa! Gantian gue capek."
Aleta langsung meringsut mundur, ia menatap kodok yang ada di toples itu dengan tatapan jijik.
"Gak mau ...." teriaknya langsung berlari menuju tempat duduknya.
Skala terkekeh geli melihat tingkah Aleta. Ternyata mengerjai Aleta bukan hal yang buruk.
***
Aleta menatap cemas pada seekor kodok yang ada di depannya. Kodok itu sudah dibius oleh Skala. Sekarang mereka berada di ruang Laboratorium Biologi.
"Lo yang bedah!"
Skala memberikan pisau dan gunting pada Aleta. Aleta menatap kearah Skala. Kemudian Aleta menggeleng tegas.
"Giliran lo tadi gue yang bius!" ucap Skala lagi.
"Gue gak bisa."
Skala menyatukan dua alisnya. "Lo jijik kan sama kodok? Ini saatnya lo balas dendam."
Benar kata Skala, ini saatnya ia balas dendam. Tapi, kenapa ia harus balas dendam? Kodok ini kan tidak bersalah.
Aleta menatap ke arah kodok yang sudah tidak berdaya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALETA (On Going)
Teen FictionKata siapa matematika itu sulit? Ada tuh yang lebih sulit dari matematika, yaitu melupakan cinta. Contohnya si Aleta, udah tau ditolak mentah-mentah masih aja mengharapkan cintanya pada Skala. Skala itu pintar, apalagi menyangkut matematika sudah p...