Seperti biasa, hari selanjutnya masih terlihat sama. Tepat di saat pagi tiba, di mana butiran salju terus saja berjatuhan dengan banyaknya. Seolah tak tau caranya untuk berhenti, titik-titik putih itu seakan mengantarkan pagi ini dengan semangat baru. Melewati malam pekat yang sangat mengerikan, sangat mengerikan untuk manusia-manusia yang mempunyai sisi yang gelap, segelap jurang yang paling dalam.
Pada dasarnya manusia itu memiliki dua sisi. Munafik juga jikalau manusia hanya memiliki satu sisi yang dimana hanya di isi dengan semua kebaikan, karena jika pun seperti itu hanya ada malaikat saja yang memiliki hati selembut itu. Jiwa manusia seperti layaknya malam dan siang. Malam adalah sisi tergelap dari jiwanya yang kelam dan siang adalah jiwanya yang cerah nan hangat.
Tidak perlu di ragukan lagi siapa yang memiliki dua jiwa itu. Yah tepat sekali, seorang Mew Suppasit yang sekarang tengah mengenakan dasinya di depan cermin. Wajah tegas nan acuhnya menjadi modal yang paling laris untuk di gandrungi oleh para kaum hawa maupun Adam.
Tak ada yang banyak mengetahui jika malam hari ia akan menjadi serigala hitam yang dimana matanya terus memerah nyala. Namun untuk pagi yang dingin ini, Mew tak ingin menjadi serigala itu. Ia akan menjadi seekor beruang yang dingin.
Mew melilitkan dasinya sedikit kesusahan, maklum saja memang ia sedikit lupa mengikat simpul dasi sehari-harinya. Karena yang selalu melakukan hal tersebut adalah Kana. Namun pagi ini Kana tengah bergulat dengan alat dapur, dan sekarang Mew harus berusaha keras untuk menyimpulkan dasi sialan ini.
"Sial! Kenapa selalu salah" Gerutunya, masih terus berusaha.
Jarum jam sudah menunjukkan angka tujuh kurang dua puluh lima menit. Itu artinya Mew akan telat jika harus berlama-lama menyibukkan diri dengan dasinya.
Jelas hari ini Mew harus tampil prima, mengingat pagi ini ia akan ada rapat bersama para pemegang saham, dewan direksi dan tentunya Up yang telah menginvestasikan dananya ke perusahaan Mew. Dan siapa sangka Mew kecolongan, yang menyebabkan dana itu di raup untung oleh tikus keparat itu.
Mew menggeram marah. Lagi-lagi ia salah mengikat simpul. Jika ada kebodohan Mew yang paling konyol di dalam hidupnya yang terlihat sempurna, kalian bisa menyebut Mew bodoh dalam hal mengikat simpul dasi yang terbilang mudah.
Dan lihatlah wajah frustasi dan putus asanya. Itu benar-benar konyol dan memalukan jika orang luar tau, dengan emosi yang meluap. Mew menarik paksa dasi itu, sebelum tangan yang lebih kecil menahannya dan membalikkan tubuh Mew.
"Sudah berapa kali kau gagal mengikat dasi pagi ini" Seru Kana, memulai menyimpulkan dasi di leher Mew.
Mew hanya mendengus, ia masih emosi dengan kebodohannya itu.
"Hmm?" Kana mendongak, menunggu jawaban Mew. Walaupun Kana tau jika suaminya ini sudah tidak mau lagi membahas kebodohannya itu.
Mew menekuk wajahnya, sambil mencoba mengingat berapa kali ia gagal mengikat dasi sialan itu. Jika hari ini bukan tentang rapat kerugian perusahaan, mungkin Mew tidak akan memakai dasi biadab itu yang setiap hari membelenggu lehernya.
"Lima- atau mungkin tujuh" Ucap Mew ragu, karena pasalnya ia sudah beberapa kali mencoba pagi ini namun gagal.
Kana terkekeh geli. Kana bisa pastikan, jika sehari saja Kana tak ada di sisi Mew, mungkin Mew sudah tidak bisa melakukan hal apapun. Otak kecilnya tak mampu untuk menyerap hal seperti ini, di otaknya hanya ada misi, transaksi dan perusahaan. Dan Kana pun tak ada niatan untuk meninggalkan Mew.
"Lihatlah caraku menyimpulkan dasi phi, kau tak selamanya harus bergantung denganku karena tak bisa menyimpulkan dasi. Bagaimana bisa seorang Mew Suppasit pengusaha yang tersohor tak bisa memakai dasi, dan bagaimana jika media tau" Omel Kana sedikit menggoda Mew.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA SHOT SEASON 2
Fanfiction(JANJI FOLLOW AKUN INI SETELAH BACA APAPUN STORY DARI AKUN INI. TAK KENAL MAKA TAK SAYANG) Bagaimana jadinya jika seseorang yang tadinya sangat membenci kata 'mafia' malah terjun di dunia sindikat kejahatan itu sendiri karena satu dendam? Dan bagaim...