S2 06.

1.4K 188 14
                                        

Mew POV.

Aku menurunkan kakiku dari mobil Ferrari jenis Koenigsegg CCXR Terevita. Mengeratkan lagi coat-ku dengan tubuh yang sedikit menggigil. Sekitar pukul 04:45 pm aku mendaratkan mobil hitam metalik ku tepat di pelataran rumah.

Terasa angin senja berhembus dengan kencang menyapu helaian rambutku di barengi dengan titik-titik salju yang terus menumpuk, mempertebal gundakan tanah yang sekarang tengah ku injak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terasa angin senja berhembus dengan kencang menyapu helaian rambutku di barengi dengan titik-titik salju yang terus menumpuk, mempertebal gundakan tanah yang sekarang tengah ku injak.

Mataku menelisik ke setiap tempat, memperhatikan dengan seksama. Kebiasaanku ketika aku berdiri di pelataran mansion, sekedar memastikan saja. Walaupun caraku sebenarnya tak guna juga, karena sekeliling mansion sudah banyak pengawal yang sudah ku kerahkan. Namun tetap saja, untuk sekedar antisipasi itu tidak masalah untukku.

Kulihat juga dari tempatku berdiri, sudah banyak orang yang keluar masuk dengan pakaian seperti tukang masak. Aku berani memastikan jika itu suruhan Kana. Huh! Yang benar saja, bukan kah di mansion sudah banyak maid? Kenapa Kana selalu berlebihan sampai mengutus koki untuk memasak, yang dimana malam nanti adalah malam yang akan membicarakan tentang pertunangan putraku dengan Meta, putri dari rivalku dulu, Bright dan Win Minggu depan. Tapi walaupun begitu, aku tak mempersoalkan tentang semua itu, toh aku mampu membayar apapun, sekalipun itu hanya beberapa koki yang tengah hilir mudik membawa bahan-bahan masakan, sepertinya. Batinku.

Tak ingin berlama-lama aku berdiri di sana, aku pun mulai melangkah masuk. Dengan kekuasaan yang ada di dalam genggamanku, semua pengawal dengan segannya menunduk hormat menyambut kedatanganku. Aku hanya memasang wajah datar, seperti hari-hariku yang lalu.

Bunyi sepatu pantofelku bergema di sudut ruangan. Sampai dimana kakiku mengantarkanku di ruang meja makan. Yang sudah terdapat banyak berbagai jenis makanan yang sudah terhidang dan memenuhi meja bundarku yang membentang dengan apiknya.

"Apakah harus semewah ini, Bu?" Tanyaku kepada Lani.

Yah, tepat sekali. Aku sekarang ikut-ikutan memanggil Lani dengan embel-embel ibu. Semenjak kami semua hijrah ke Amerika, semua yang ada di masa lalu sudah resmi aku lupakan, termasuk membiasakan lidahku memanggil Lani dengan sebutan ibu. Entahlah bagaimana bisa aku melakukan itu, karena mungkin aku terasa harus melakukan hal tersebut karena Kana juga melakukan hal yang sama sebelumnya. Dan tidak ada buruknya juga, toh memang seharusnya aku seperti itu kepala Lani. Mengingat ketika aku masih kecil, Lani lah yang mengurusku sampai sebesar ini.

"Kana yang memintanya, Mew" Ucapnya dengan senyuman khas tuanya.

Aku menggerakkan alisku cepat sebagai responnya.

"Lalu dimana Kana?" Tanyaku lagi, karena semenjak tadi aku tak melihat pria manis itu.

Dengan keadaan yang sibuk, sambil menaruh makanan yang sudah siap. Lani pun kembali menatapku.

"Ahh Kana ada di atas, sepertinya sedang ada di kamar Tasya" Jawab Lani.

Aku pun mengangguk samar, lalu melangkahkan kakiku melenggang pergi menuju ke atas.

MAFIA SHOT SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang