S2 19.

843 121 12
                                    

Kana tersenyum malu-malu dengan pipi memerah kala tangan Mew yang ada di bawah meja makan mengelus pelan pahanya. Menciptakan gelenyar nikmat dan semburat merona di kedua pipinya. Ditambah lagi dengan kejadian pagi tadi yang membuat Kana terus berbisik di dalam hatinya, merutuki kelakuan cerobohnya karena lupa mengunci pintu, yang mengharuskan Natasya melihat adegan tidak senonoh itu.

Bibir bawah Kana di gigit dengan tertahan, upaya untuk tidak memperlihatkan hal gila ini di depan Alexander dan Natasya. Oh jangan lupakan pula keberadaan Meta di pagi yang indah ini. Calon menantunya ini sengaja datang kekediaman Jongcheveevat untuk menjenguk keadaan sang calon mertua.

Dan nampaknya pagi ini keduanya tengah mengalami pubertas kedua, semenjak satu Minggu yang membelenggu Keduanya dan sekarang keduanya seperti kembali kepada jati diri masing-masing. Si budak cinta, dan si yang suka malu-malu ketika di goda.

Tarikan bibir dari Mew sempat tertangkap oleh Kana kala Kana meliriknya dengan sekilas, lalu menunduk kembali ketika berhasil tertangkap oleh Mew. Ini gila! Keduanya seperti seorang ABG yang tengah di mabuk cinta.

Tangan Kana menahan jari jemari Mew yang semakin aktif berjalan-jalan dengan bebas di paha sampai ke atas selangkangannya. Membuat Mew menahan kekehannya agar tidak meledak-ledak saat itu juga. Rupanya prianya ini masihlah si pria yang pemalu, yang kerap kali melakukan aksi protes ketika sang empu sudah keterlaluan dan melewati batas.

"Why? Ada apa dengan kalian mom, dad. Kalian terus-menerus saling menggoda." Ungkap Alexander yang tidak tahan melihat kelakuan orang tuanya yang seperti ABG yang tengah di mabuk cinta.

Mendengar geraman tersebut, sontak Kana mendongak lalu menahan jemari Mew kuat kala jari-jari Mew dengan semena-mena mengusap paha Kana pelan namun menimbulkan gairah yang membuat beberapa area sensitif Kana berdenyut.

"Kalian sungguh seperti remaja yang tengah main kucing-kucingan." Imbuh Alex, menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Kana mengangga mendengar ucapan sang putra, lalu melirik mata Mew dengan tajam nan mematikan. Namun sang empu malah terkikik dengan senyuman khas liciknya.

"Apakah mommy dan daddy sudah tidak pantas lagi son untuk kembali ke masa remaja? Itu wajar untuk kami bukan?" Ungkap Mew, menggenggam tangan Kana di bawah sana, sambil Meliriknya dan tersenyum menang.

"Bukan tidak pantas, Dad. Tapi demi tuhan umur kalian sudah tidak lagi muda." Balas Alex.

"Umur hanyalah angka, bukan tentang bagaimana Daddy memperlakukan mommymu yang sekarang tengah bersemu." Ucap Mew menggoda, melirik ke arah Kana dengan bibir tersungging. Membuat Kana menyerobokkan matanya ke bawah.

Demi tuhan! Memang benar apa yang Mew ungkapkan sebelumnya jika umur hanyalah angka, karena sekarang pun pipi Kana tengah memerah bak tomat matang yang sudah siap panen.

"Phi..." Cicit Kana.

"Oh tuhan. Kalian benar-benar keterlaluan, bukankah di sini ada Meta. Apa kalian tidak merasa canggung dengannya."

Mew sekali lagi melirik Kana yang masih menunduk, lalu melirik Meta yang tersenyum geli dengan kelakuan ayah dari kekasihnya itu.

"Benarkah begitu, Meta? Apakah kau canggung melihat keromantisan Daddy dan mommy."

Meta yang hendak menyendokkan sarapannya langsung terhenti lalu mengibaskan tangannya cepat, tertawa renyah seraya menjawab ucapan sang calon mertua. "Tidak, dad, tidak sama sekali. Meta sungguh menikmatinya, justru Meta merasa iri dengan mommy. Bagaimana bisa diumur pernikahan kalian yang saat ini, kalian masih bisa semanis ini sampai sekarang." Sanggah Meta, terlena dengan pemandangan yang ada di hadapannya.

MAFIA SHOT SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang