S2 10.

1.1K 174 20
                                        

Roda brankar terus bergulir dengan berisik. Suara tapak kaki orang berlarian terasa begitu nyata ditelinga, mempercepat dorongan untuk sampai ke ruangan yang lebih di dominasi warna putih dan alat-alat yang terus berbunyi bip bip.

Semuanya ikut merasakan perasaan yang amat panik. Belum lagi Kana yang terus mengikuti para tim medis untuk mendorong brankar kemanapun tim mendorong, pipinya terus meleleh dengan banyaknya. Hatinya terus di lingkupi hawa takut yang berlebihan, dadanya terus sesak.

Jujur saja, sekarang ini sekujur tubuhnya telah dihinggapi dengan keringat dingin. Rasa-rasanya saat ini adalah saat dimana dunianya tengah hancur di bawah kakinya. Ia takut, amat sangat takut.

Mungkin sekarang juga keadaan Kana sudah tak karuan. Air matanya terus menerus berjatuhan tiada henti, terus memikirkan kecemasan yang langsung membubuhi otaknya sedemikian rupa.

Tepat di depan ruangan operasi para tim medis berhenti. Salah satu perawat langsung membalikkan tubuhnya, menghadang Kana yang berniat akan ikut masuk, yang dimana brankar sudah memasuki ruangan operasi terlebih dahulu. Kana terus meronta, menghalau perawat itu yang tengah mencegahnya untuk memaksa masuk kedalam.

"Maaf Tuan, Tuan tidak di perkenankan untuk masuk. Serahkan seluruhnya kepada tim, dan harap Tuan tuan semua di sini terus berdoa untuk kelancaran operasi" Ucap sang perawat.

Kana langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat, mengusap lelehan air matanya dengan kasar. Tidak! Kana harus ada di dalam, Mew disana tengah sekarat, Mew membutuhkan Kana. Dunianya tengah diambang antara hidup dan mati.

"Tidak! Aku harus ada di dalam, aku tak seharusnya berada di luar. Suamiku tengah kesakitan di sana. Kumohon, ijinkan aku berada di dalam" Isak Kana, terus memaksa masuk.

Sedangkan Bright dan Win yang ada di sana berusaha untuk menenangkan Kana. Jelas ini sebuah pukulan terberat untuk Kana, dimana tepat di depan matanya, Mew sukses membanjiri lantai dengan darah segar yang dikeluarkan.

"Kana, kau harus tenang. Kau bisa menunggunya di sini, jangan mempersulit para tim medis. Percayakan semuanya kepada mereka" Ucap Win, yang perlahan-lahan mengusap punggung Kana lembut.

Bright melirik perawat tersebut, memberikan kode bahwa Kana sudah mulai tenang. Dengan sekali anggukan perawat itu pun mengerti, lalu memasuki ruang operasi, bersamaan dengan tanda merah menyala. Menandakan operasi tengah berlangsung.

"Win....phi Mew, phi Mew hiks. Aku benar-benar takut" Seru Kana dengan keadaan yang sudah tidak bisa di katakan baik-baik saja.

Win langsung merengkuh tubuh rapuh Kana, menyalurkan kekuatan untuk Kana. Walaupun Win tau jelas bahwa itu tidak akan berhasil, namun setidaknya Kana sekarang mempunyai sandaran untuk menangis dengan sepuasnya.

"Hiks hiks aku takut, aku takut dia-"

"Hustt jangan menyimpulkan semuanya dengan cepat, Kana. Phi Mew adalah orang yang kuat, percayalah itu" Potong Win, terus memberi hal-hal yang positif.

"Sudah, sebaiknya kita duduk dulu. Jangan membuat suasana menjadi tak karuan" Sela Bright.

Win melepas pelukannya, membenarkan helaian rambut Kana yang berjatuhan, lalu tersenyum memberikan aura positifnya.

"Kita duduk dulu na" Tutur Win.

Kana mengangguk lemah, mengangkat kakinya dengan hati yang semakin kacau di lingkupi dengan semua kesakitan yang pernah ada di muka bumi ini. Kana menyeret kakinya dengan lemas, matanya terus menatap lampu ruang operasi yang menyala.

Kana terus merapalkan do'anya. Kepalanya seakan terus ditarik dikejadian beberapa waktu yang lalu, dimana Mew mengeluarkan banyak darah, merasakan sakit yang amat membungkus seluruh tubuhnya. Dan sekarang dada Kana terus penuh akan rasa sesak. Kana terus berpikir bahwa malam ini adalah kehancurannya, Kana tak bisa membayangkan bagaimana ia akan kuat jika Mew akan pergi jauh dari dunia ini.

MAFIA SHOT SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang