Kana melipat tangannya, menatap lurus pemandangan yang mengarah ke balkon. Hatinya jengkel, dongkol, tercampur aduk menjadi satu kesatuan yang utuh kepada Mew. Di tambah lagi Alex yang berulah kembali, membuat Kana pusing bukan kepalang.
Hari ini, Los Angeles memasuki awal bulan Januari. Memasuki musim salju yang dimana titik-titik putih sudah jatuh ke permukaan, membuat Kana lebih mengeratkan lagi baju tebalnya.
Selama lima belas tahun hijrah di negara dengan penuh reformasi ini, Kana tak sedikit pun mengeluh. Ia senang berada di sini, membuka lembaran demi lembaran di kota dengan segala keindahan dan kehidupan bebasnya. Kana benar-benar sudah mengubur semua masa lalunya, cerita pahitnya dan segala bentuk kesengsaraan di masa dulu.
Musim demi musim Kana lalui, melalui dengan penuh keikhlasan. Bersama keluarga kecilnya, membuat Kana mensyukuri semua yang telah terjadi.
Lima belas tahun. Semenjak itu pula kehidupan Kana benar-benar berubah 180°. Jika di ingat-ingat itu semua benar-benar pahit, tapi syukurnya Kana mampu menelannya walaupun dengan susah payah.
Tak peduli lagi yang di mana dadanya terus sesak, air matanya terus berlinang, tamparan demi tamparan terus menghujam di setiap saatnya. Karena Kana percaya, ada masa di mana tuhan akan adil kepada hambanya.
Memutuskan untuk pindah dari Bangkok ke Amerika adalah suatu hal yang sulit. Kota dengan penuh cerita, kota yang penuh air mata, dan kota yang di mana adalah tempat kelahirannya.
Tapi bagaimana pun hidup harus ada perubahan. Harus bisa memilih, mana yang harus di relakan dan mana yang harus di pertahankan. Karena seutuhnya kita hidup, kita harus di tuntut untuk memilih. Mau di makan atau memakan, itu lah sedikitnya pepatah kuno mengatakan.
Mengingat itu, sedikitnya Kana seperti membuka luka lama yang sudah mengering. Sedikit nyeri tapi Kana masih mampu menahan. Jika di pikir-pikir itu sangat lucu juga, dimana Kana sampai akhirnya bisa bersama dengan Mew sampai lima belas tahun lamanya.
Kana menghembuskan nafasnya, rasa dingin sudah mulai membuat tubuh Kana sedikit membeku. Tapi walaupun begitu, Kana masih tetap betah berdiri di tempat. Terus menatap minat pemandangan kota Los Angeles dengan segala keindahannya.
Sampai dimana tangan kekar terus bertengger di perut Kana. Kana sedikit memberontak, sebelum pelukan itu semakin mengerat.
"Sudah tau dingin, tapi masih bersikeras untuk tetap berdiri"
Kana terdiam, malas untuk meladeni omong kosongnya.
Mew tersenyum tipis. Sangat tau jika Kana tengah dongkol bukan main, tapi jika di lihat-lihat Kana memang lucu juga jika tengah merajuk. Kulit putihnya yang seputih porcelin itu sedikit memerah karena hawa dingin yang sudah menusuk tulang.
Mew semakin menyamankan pelukannya, mendaratkan dagunya di bahu Kana. Lalu memberi satu kecupan dalam di pipi memerah Kana.
"Kenapa tidak menutup pintu balkon, sayang? Salju sudah mulai turun" Seru Mew terus memberi kecupan yang membuat Kana jengkel.
"Berhenti untuk membujukku, sialan! Kau sudah tau betul apa salahmu, dan kenapa pulang awal di jam kantor seperti ini. Kau mengatakan kepada putramu kenapa pulang awal, tapi dirinya sama saja. Cih! Benar-benar brengsek" Oceh Kana kelewat dongkol.
Mew terkekeh, mendengar semua sumpah serapah Kana membuat Mew tak kuat jika tak melumat bibir seksi itu. Kata-kata kasarnya sukses membuat Mew bernafsu, apalagi tujuan Mew pulang awal karena memang sudah merindukan Kana. Oh tuhan! Lima belas tahun berlalu, tak ada sedikitpun yang berubah dari dalam diri Mew. Mew tetap si brengsek, predator yang benar-benar membutuhkan Kana sebagai santapan lezatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/263425380-288-k588196.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA SHOT SEASON 2
Fanfiction(JANJI FOLLOW AKUN INI SETELAH BACA APAPUN STORY DARI AKUN INI. TAK KENAL MAKA TAK SAYANG) Bagaimana jadinya jika seseorang yang tadinya sangat membenci kata 'mafia' malah terjun di dunia sindikat kejahatan itu sendiri karena satu dendam? Dan bagaim...