Dandelions 01 ; Prolog

6K 327 15
                                    

Ini sudah jam 03 pagi, dan seorang gadis nampak baru saja melangkahkan kakinya memasuki sebuah mansion yang amat megah itu. Keadaannya benar-benar kacau. Beberapa pekan terakhir ini, dirinya sangat sulit mendapatkan kualitas tidur yang nyeyak akibat pekerjaan.

Gadis yang bernama lengkap Choi Chaeyoung itu baru saja lulus kuliah 2 tahun yang lalu, tapi sampai detik ini dirinya belum sama sekali mengerti tentang bidang bisnis. Sendari kecil cita-citanya selalu di atur oleh sang Ayah. Bahkan itu juga berlaku untuk ketiga saudaranya yang lain.

Saat di pertengahan anak tangga, kedua pasang bola mata coklat pekat itu. Perlahan kehilangan pandangannya. Tubuhnya begitu lemas untuk melangkah yang hanya beberapa meter lagi akan sampai di kamarnya. Dengan terpaksa gadis itu mendudukkan dirinya di anak tangga itu, dengan sesekali mengedipkan kedua bola matanya berharap akan kembali mendapatkan pandangannya.

"Chaeyoung?" Suara lembut itu mampu membuat Chaeyoung sedikit terlonjak kaget.

Dirinya yang tadi sedang duduk, dengan bergegas berdiri dan sedikit merapihkan penampilan. Saat kaki kirinya mulai melangkahkan, tiba-tiba saja tubuhnya kehilangan keseimbangan. Membuatnya hampir saja terjun ke lantai bawah, jika saja seorang gadis itu tidak meraihnya.

"Chaeyoung-ah? Kau baik-baik saja??" Kini tubuhnya sudah sangat lemah dan lelah, membuat Chaeyoung hanya menganggukan kepala pelan. Seraya mengukir senyumannya.

"Apakah Lisa sudah tidur?" Karena akhir-akhir ini dirinya sangat sibuk, dan tentu ia sangat jarang bertemu dengan adiknya itu. Walaupun mereka berada dalam satu atap.

"Hm, dia akhir-akhir tidur lebih awal" Chaeyoung hanya tersenyum.

Setelah mendapatkan kembali pandangannya, Rosé pun mulai bergegas untuk berjalan menuju kamarnya. Tapi lengan lembut itu masih setia mengenggam erat tangan miliknya.

"Jisoo-ya, aku baik-baik saja" Melepaskan lembut genggam milik sang Kakak. Chaeyoung pun dengan perlahan kembali melangkahkan kakinya.

"Akan ku bantu"

Memilih untuk diam dan mengikuti ucapan dari kakak sulungnya, kedua gadis cantik itu pun mulai berjalan menuju lantai atas.

..........

Waktu berlalu begitu cepat, keluarga besar Choi nampak berkumpul untuk melakukan aktivitas rutin mereka yakni sarapan pagi bersama. Semua menyantap sarapan pagi mereka dengan lahap, namun seorang gadis berpipi mandu nampak sama sekali tak menyentuh sarapannya.

Pandangan itu terus setia menatap kursi kosong di sampingnya, yang sudah hampir 6 bulan lamanya tidak di duduki saat makan di meja makan ini. Perasaan sedih dan kecewa semakin menyerang dirinya.

Hingga seorang pria yang tengah menyantap sarapan nya itu menghentikan suapan makanya. "Jangan bermain-main dengan makanan, ingat sebentar lagi kau harus segera ke rumah sakit" Choi Seung-hyun berseruh, menyadarkan putri keduanya itu dari menungannya.

"Appa, bisakah kau memberi sedikit kebebasan untuk
Chaeyoung?" Ketahuilah, Jennie sekarang sedang memikirkan adik malangnya itu. Yang terus menerus menghabiskan waktu mudanya untuk menghadapi kertas-kertas di perusahaannya.

"Kebebasan seperti apa lagi? Appa sudah berbaik hati mambatunya" Bukan kebebasan seperti itu yang Jennie maksud. Ia hanya ingin adiknya itu, berhenti bekerja dan mulai meraih mimpinya.

"Appa, dia sudah sangat jarang berkumpul dengan kita. Dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkas-berkas sialanya!"

Semua yang berada di meja makan ini terlonjak terkejut, saat suara gebrakan meja yang begitu kuat berasal dari Choi Seung-hyun lelaki paruh. "Seharusnya kau belajar dari adikmu itu Jennie-ya! Bagaiman cara menjalin perusahaan dengan sukses!"

Dandelions ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang