Dandelions 37 : Jennie Back

1.4K 169 10
                                    

Choi Chaeyoung
11 Desember 2019

Pemakaman telah selesai dilaksanakan secara tertutup, Bagaimanapun saat ini keluarga besar Choi Seung-hyun sedang dalam berduka mereka hanya tidak ingin kabar duka ini dijadikan bahan untuk mencari uang, Dan ingat mereka juga butuh ruang untuk semuanya.

Perkiraan cuca hari ini akan ada badai salju yang menyerang negri ginseng ini secara tidak merata, Terlihat pula dari langit yang sudah terlihat mendung dan berangin. Namun, Hal itu sama sekali tidak membuat gadis berponi ini beranjak dari tempatnya duduk.

"Sayang, Mari kita pulang nak. Tampaknya padai akan segera datang" Lee Hyori mengelus lembut kedua pundak putrinya itu, Kepergian Chaeyoung sungguh memberikan bekas yang amat dalam untuk mereka semua dan bahkan mungkin tidak akan pernah bisa hilang.

"Lisa--"

"Eomma... Pergilah. Lisa masih ingin disini"

Lee Hyori menghela nafasnya, Ia ikut duduk disisi putri bungsunya. Ikut serta menatap gundukan tanah yang di penuhi oleh berbagai macam bunga. "Lisa kita boleh bersedih, Tapi kita juga tidak dapat mengabaikan kesehatan ataupun keselamatan kita sendiri nak..."

"Sepertinya, Eomma tidak merasakannya. Dia... Dia adalah seorang gadis yang selalu berjuang untuk adiknya, Dia juga orang yang selalu menyembunyikan rasa sakitnya di hadapan banyak orang. Eomma tidak akan pernah mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang yang tidak berguna namun selalu menjadi alasan kuat kenapa dia begitu menyayangiku, Karena Eomma memang tidak pernah tahu dan sama sekali tidak mengenalnya"

Lee Hyori terdiam sejenak. "Lisa--"

"Kau bahkan tidak terlihat sedih, Eomma. Apakah inilah yang sebenarnya kau inginkan?" Lanjut Lalice.

Lee Hyori menatap kedua bola mata hanzel itu, Ia begitu terkejut saat mendengarkan apa yang baru saja putrinya katakan untuknya. "Lisa-ya... Eomma Ibunya, Ibu kalian. Eomma yang melahirkannya, Melahirkan kalian dan merawat kalian dari kecil sampai saat ini. Apa hal itu masih kurang? Eomma selalu mengenal para anak-anak Eomma dan setiap karakter kalian. Bahkan disaat tahu jika Chaeyoung diagnosa dengan penyakit itu, Satu-satunya yang terlintas di dalam pikiran Eomma yaitu bagaimana caranya agar Eomma dapat mempertahankannya di sisi kita..."

Lee Hyori menjeda kalimatnya untuk beberapa saat, Kini kedua bola mata hanzel itu tampak kembali berkaca-kaca kemerahan. "Tapi kita tidak dapat menolak sebuah fakta jika kita hanya manusia biasa, Semua yang hidup cepat atau lambat tentu akan kembali pada sang pencipta mereka. Eomma bersikap seperti ini bukan berarti Eomma tidak sedih, Eomma sedih sungguh. Bayangkan saja dari kecil Eomma merawat Chaeyoung, Tapi dalam sekejap mata Chaeyoung pergi meninggalkan kita bukankah itu sungguh menyakitkan Lisa-ya? Lagian bersedih dalam waktu yang lama tidak akan bisa mengembalikan semuanya, Jika Eomma ikut bersedih seperti Lisa dan Jisoo. Lantas siapa yang akan memberikan semangat untuk kalian nak?" Lanjut Lee Hyori.

Tangisan Lalice pecah di dalam dekapan hangat Lee Hyori, "Eomma... Mian...." Lirih Lalice yang tampak menyesal dengan apa yang ia katakan tadi, Sungguh Lalice tidak bermaksud untuk menyakiti perasaan ibunya. Ia hanya terlalu sulit untuk menerima semuanya, Ini benar-benar menyakitikan.

"Arra... Sekarang ayo kita pulang, Besok kita kembali lagi berkunjung. Lihatlah langit sudah sangat tidak bersahabat" Lalice melepaskan dekapan ini, Dan dengan lembut menghapus air matanya.

"Tunggu sebentar Eomma"

Lalice mengeluarkan sebuah hiasan dengan bungan Dandelion yang di awetkan di dalam sebuah tabung. Itu adalah hadiah dari Jennie untuk Chaeyoung di hari ulang tahunnya, Dan Lalice meletakannya tepat di sisi nisan. Sementara itu, Lee Hyori tampak menjawab sebuah panggilan telpon.

"Eomma--"

"Sayang, Ayo kita segera kerumah sakit. Jennie, Dia sudah sadar" Lalice pun bergegas untuk bangkit dari duduknya dengan memberikan sebuah kecupan singkat pada nisan dan setelahnya pergi meninggalkan area pemakaman.

..........

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan, Dokter menyatakan jika kondisi Jennie saat ini masih dalam keadaan yang begitu lemah. Bahkan gadis bermarga Choi itu masih harus menggunakan masker oksigen dan tidak di perbolehkan untuk bergerak terlalu bebas karena mengingat beberapa luka tembakan yang masih basah yang terdapat pada tubuh gadis itu.

Tidak dapat dipungkiri jika Jisoo benar-benar sangat senang melihat bagimana adiknya membuka kedua bola matanya, Walaupun ia tau jika mereka baru saja kehilangan salah satu anggota keluarganya. Namun setidaknya Jennie masih memiliki alasan untuk dapat di selamatkan.

Kini di ruangan ini hanya menyisahkan Jisoo, Tadinya ada Choi Seung-hyun ada disini menemani Jisoo. Namun pria paruh itu kembali kerumah untuk mengambil beberapa barang yang di butuhkan untuk beberapa hari di rumah sakit ini.

"Apa kau membutuhkan sesuatu, Jen?" Jisoo bertanya pada Jennie, Sementara gadis itu hanya mampu mengelenggkan kepalanya pelan.

Jisoo meraih kursi yang terletak tak jauh dari ranjang yang ditempati oleh adiknya, Dan mendudukan dirinya disana. "Maafkan aku, Jika saja sore itu aku--"

"A-aniya..." Jawab Jennie lirih dengan sedikit terbata.

Jisoo tak mampu menjawab, Ia hanya mampu meneteskan air matanya dengan mengenggam erat salah satu tangan milik adiknya. "E-onnie, Apa Chaeng te-lah menerima ha-diah dariku?" Jisoo seketika terdiam akibat perkataan Jennie.

Apa yang harus Jisoo katakan pada Jennie, Ia tidak mungkin mengatakan jika mereka semua sudah tidak dapat mempertahankan Chaeyoung tentu itu akan semakin membuat kondisi adiknya semakin memburuk bukan?.

Tidak lama pintu ruangan terbuka menampilkan sosok seorang gadis muda dengan seorang wanita paruh di sisinya dengan pakaian yang sama seperti Jisoo. Keduanya tampak tersenyum bahagia saat pandang keduanya saling bertemu dengan kedua bola mata Jennie, Bahkan kini keduanya sudah berjalan mendekat.

"Eonnie..." Gadis berponi itu memanggil Jennie dengan air mata yang mengalir deras, Sementara Jennie hanya mampu memberikan senyuman simpulnya di balik masker oksigen yang ia gunakan. "Berjanjilah untuk tidak pergi, Unnie..." Lanjut Lalice dengan nada yang bergetar.

"Mianhae... Te-lah membuatmu khawatir, Sa-yang" Sahut Jennie. "A-apakah ada acara? Kenapa kalian mengenakan warna pakain yang sama?" Lanjut Jennie, Yang membuat Lalice sedetik itu pula menghentikan tangisannya.

"Sayang... Apa ada sesuatu yang kamu butuhkan, Nak?" Lee Hyori segera mengahlikan pembicaraan, Kondisi Jennie saat ini masih sangat tidak memungkinkan untuk mereka menjelaskan apa yang telah terjadi saat ini.

Jennie menggelengkan kepalanya pelan, Dan kembali berkata. "Eomma, Ada apa? Apa yang sebenarnya ter--" Belum sempat Jennie menyelesaikan kalimatnya.

Tiba-tiba saja, Dada Jennie terasa begitu sakit menusuk-nusuk. Bahkan Jennie mulai sedikit kesusahan untuk bernafas, Dadanya yang terasa begitu ngilu membuatnya sangat sulit untuk bernafas walaupun ia di bantu dengan masker oksigennya.

"Eomma... apeuda..." Lirih Jennie kesusahan, Bahkan kini sudah ada banyak butiran keringat dingin milik Jennie yang sudah bercucuran membasahi dahinya.

Tidak dapat di pungkiri jika semua yang berada di dalam ruangan ini sangat panik, Membuat sedikit dari ketiganya tidak dapat berpikir dengan jernih. "Jennie, Ayo bernafas secara perlahan. Ikuti Unnie hm, Perlahan..."

Jennie mendengarkan itu, Hanya saja ia tidak dapat melakukannya sesuai dengan perintah sang Kakak. Rasanya begitu sakit dan menyiksa, Bahkan Jennie pun sudah meneteskan air matanya. "Jis, Tombolnya..." Seru Lee Hyori membuat Jisoo dengan bergegas menekan sebuah tombol yang tersedia di sisi ranjang adiknya.

Jisoo dan Lee Hyori masih tampak panik dengan memberikan beberapa arahan untuk Jennie yang terlihat tidak sanggup itu, Sementara Lisa hanya mampu terdiam di tempatnya, Ia tidak tahu harus berbuat apa ia begitu takut... Takut apa yang ada dipikirannya saat ini benar-benar terjadi.

Bahkan tanpa lisa sadari jika kini tubuh jenjangnya sudah di tarik keluar dengan beberapa perawat yang sudah berada di ruangan ini yang entah kapan sudah berada di sana Lisa tidak tahu. Pintu tertutup dengan seorang dokter yang sedang melakukan tugasnya di sana, Lisa hanya mampu berdoa agar semuanya baik-baik saja.

Jambi, 11 Februari 2023

Chaeng day's❤



Dandelions ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang