Dandelions 33 ; Apologize

1.2K 188 25
                                    

"ARGHHH!!!" Teriakan itu begitu kuat nan nyaring di pesisir sungai yang mengalir tenang, Dengan kondisi yang terlihat sedikit sepi akan pengunjung. Seorang gadis terlihat dengan leluasa berteriak, Mengeluarkan seluruh rasa lelahnya.

Gadis itu terlihat sangat lelah dan frustrasi dengan semuanya, Dengan tubuh yang terlihat sedikit kacau yang terduduk di pinggir sungai yang masih mengalir dengan dami. Air mata terlihat mulai membasahi wajah cantik itu, Dunia ini begitu berat untuknya. Ia lelah menjadi sosok yang sangat kuat di hadapan para keluarganya.

Hari ini saja, Ia ingin mengeluarkan seluruh perasaan yang menganggunya hari ini. Hari dimana ia mendapatkan sebuah kabar yang mungkin sangat ia benci. Tidak ada lagi harapan untuk mempertahankan bunga indahnya itu, Terkeculi sebuah kekuasaan tuhan yang di berikan.

"Tuhan... Apa yang harusku lakukan selanjutnya? Aku sungguh lelah dengan kehidupan di dunia ini..." Lirihnya, Dengan nada yang begitu frustrasi.

Sementara kini hari sudah semakin mengelap, Bahkan matahari tampak memberikan salam perpisahannya untuk Jisoo dan terlihat sudah bersiap untuk pergi. Sedangkan Jisoo terlihat enggan untuk pergi dari tempatnya.

Hingga perlahan Jisoo bangkit, Berjalan perlahan menuju genangan air yang mengalir deras yang Jisoo tidak tahu di mana titik berhentinya genangan air ini. Perlahan tubuhnya mulai tersentuh lembut oleh air yang terasa sangat dingin itu.

Dengan tatapan yang kosong Jisoo berjalan semakin ketengah, Yang tentu kedasaran sungai ini semakin dalam. Dan tersadarlah Jisoo jika kini dirinya sudah tertelan oleh air ini, Jisoo berusaha untuk mencapai permukaan. Namun tubuhnya sangat sulit untuk bergerak, Selain oksigennya mulai menipis. Jisoo juga tidak ahli untuk berenang.

Kedua bola mata coklat itu kini bahkan sudah terpejam, Jisoo pikir jika ia akan segera pergi. Namun nyatanya, Kini tubuhnya itu sudah terbawa menuju permukaan air. Yang bahkan kini sudah terbawa menuju sisi sungai.

"Eonnie.... Jebal! Jangan lakukan hal ini!" Jisoo tidak tahu apa yang sudah ia lakukan, Yang pasti nyawanya hampir saja hilang di laut ini. "Eonnie! Kau dengar aku?"

Jisoo dengan kedua bola mata sayunya, Menatap wajah cantik yang sedang menompa tubuhnya. Membawa tangannya untuk menuju pipi bulat yang berada di hadapannya itu.

Plak!

Satu tamparan yang kuat Jisoo berikan pada gadis itu, Dengan kedua bola mata yang sudah berkaca kemerah. Bibir yang terlihat bergetar Jisoo melontarkan kalimatnya. "Ini semua karenamu! Ini semua karenamu, Jen! Karenamu kini Chaeng mengalami kondisi yang menyedihkan seperti saat ini!"

Jisoo berteriak kuat pada Adiknya itu, Sementara sosok Choi Jennie terlihat terdiam menerima berbagai pukulan-pukulan dari Kakaknya. Ia tidak marah, Karena apa yang dikatakan oleh Jisoo sangat benar. Semua ini karena ulah kecerobohannya.

"Kenapa kau melakukannya, Jen? Bukankah Chaeng Adik kita yang baik? Dia terlalu baik untuk merasakan sakit itu..." Lirih Jisoo.

Jennie menundukkan kepalanya dalam-dalam dengan air mata yang sudah mengalir. "Katakan kenapa?!" Lanjut Jisoo yang kini sudah mencengkeram kuat kedua bahu milik Jennie.

"M-mianhae... Jongmal Mianhae, Aku tidak berniat menyakitinya. Unnie..." Lirih Jennie yang nyaris tidak terdengar itu.

"Tidak berniat? Tapi kau melakukannya, A-aku kecewa denganmu Jen. Pergi dari hadapanku, Aku tidak ingin melihat wajahmu!" Jennie mendongak, Dia sedikit ragu untuk meninggalkan Kakaknya. Bagaiman jika Jisoo kembali ingin membunuh dirinya.

"Unnie--"

"Pergi!" Tidak ada yang dapat Jennie lakukan selain, Mengikuti ucapan Kakaknya.

"Kuharap kau memaafkan kesalahku..."

..........

Hanya ada suara detik jarum jam yang menemani malam Lalice yang terasa sunyi. Duduk sendirian di lorong rumah sakit yang begitu sepi,  Dengan padangan yang begitu setia menatap sepasang sepatutnya.

Untuk malam ini, Lalice memutuskan untuk menemani Chaeyoung. Sementara kedua orang tuanya, Sudah Lalice suruh untuk beristirahat di rumah. Ayah dan Ibunya pasti sangat lelah, Terlebih keduanya beberapa hari terakhir ini tidur dalam posisi yang tidak nyaman. Dan itu juga tidak bagus untuk kesehatan kedua orang tuanya.

Sementara Lalice duduk sendirian di malam heningnya ini, Sepasang langkah kaki terdengar nyaring di telinganya. Membuat Lalice mendongakkan kepalanya menatap siapa sosok di balik suara langkah kaki itu.

"Lisa? Kenapa duduk disini sendirian, hm?" Lisa tidak menjawab, Bahkan Lisa hanya bergerak sedikit menjauh dari sosok wanita yang kini sudah duduk di sampingnya dengan pandangan yang terlihat bingung menatap kearahnya.

"Lisa?" Lanjut wanita itu yang masih tidak mendapatkan respon apapun dari Lisa. Bahkan kini tangan wanita itu sudah hendak menyentuh surai coklatnya, Dan itu membuat Lisa akhirnya memutuskan untuk bangkit dari duduknya. "Sayang, Ada apa denganmu?" Lanjutnya.

Lisa terlihat memejamkan matanya sesaat, Dengan sedikit menarik nafasnya panjang. "Seharusnya Lisa yang bertanya, Ada apa dengan Unnie?"

Pertanyaan Lisa ini sungguh membuat wanita cantik ini bertanya-tanya pada benaknya. Bahkan ia tidak tahu dimana letak kesalahannya, Ia baru saja datang untuk menemani adik bungusnya ini di rumah sakit.

"Apa yang Lisa maksud? Unnie sungguh tidak mengerti, Sayang" Tanyanya yang kini ikut bangkit dari duduknya, Menatap penuh tanya wajah mengemaskan milik Adiknya itu.

"Kenapa Unnie mengingkari janjinya?" Tanya Lisa dengan raut wajah sedihnya.

"Mengingkari jani? Janji apa?" Kedua bola mata Lisa kini terlihat berkaca-kaca dan hal itu membuat wanita di hadapannya, Semakin di buat kebingungan.

"Kenapa kau bertengkar dengan, Jennie Unnie tadi sore? Bukankah kau sudah berjanji dengan Chaeng Unnie jika terjadi sesuatu setelah operasinya jangan pernah menyalahkan Jennie Eonnie"

Choi Jisoo, Wanita cantik itu terdiam seribu bahasa. Bibirnya tersa begitu keluh untuk mengeluarkan satu kalimatpun. "Tapi, Kau malah mengingkarinya Unnie. Tidakkah kau tahu bagaimana hancurnya perasaan, Jennie Unnie?"

"Lisa-ya--"

Ucapan Jisoo di sela cepat oleh Lisa. "Aku melihat semuanya, Melihat bagimana khawatirnya Jennie Unnie yang melihatmu ingin mati di sungai itu. Tapi kau..." Lisa tidak dapat lagi melanjutkan kalimatnya, Kini bibir Lisa lah yang terasa keluh untuk mengatakan apa yang ada di pikirannya saat ini.

"Maafkan, Unnie. Lisa-ya, Saat itu Unnie sedang di selimuti oleh rasa takut dan emosi yang tidak dapat Unnie kontrol" Lisa tahu, Tapi tetap saja apa yang dilakukan kakaknya tadi merupakan sebuah kesalahan besar entah itu dalam menyakiti perasaan Jennie ataupun dengan keselamatan Jisoo sendiri.

"Tolong jangan melakukan hal gila itu lagi, Dan segeralah temui Jennie Unnie untuk meminta maaf"

Jisoo menganggukkan kepalanya cepat, Setelahnya kini Lisa masuk kedalam dekapannya. Jisoo menyesal, Sungguh. Bagaimana bisa ia menjadi sosok yang sangat menjengkelkan, Bagimana perasaan Jennie saat mendapati kalimat-kalimat tak enak yang keluar dari mulutnya tadi. Dan bagaimana juga perasaan Chaeyoung saat mengetahui jika Kakak yang selalu ia andalkan ini, Mengingkari janjinya?.

Jambi, 18 September 2022

Masih pada melek?

Dandelions ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang