Dandelions 15 ; Threat

1.4K 219 19
                                    

Tiga bulan berlalu begitu cepat, Semua berjalan kembali seperti biasa yang kembali sibuk pada pekerjaan mereka masing-masing. Pagi ini, Setelah beberapa bulan lalu mereka sarapan bersama akhirnya kembali terualang.

Keluarga terhormat itu tampak terlihat duduk rapih di kursi mereka masing-masing. Menyantap setiap hidangan yang ada, Mereka terlihat begitu fokus. Tidak ada dari mereka yang mengeluarkan kalimat mereka untuk berbicara.

Bahkan pasangan suami istri itu terlihat duduk berjauhan, Ada sebuah rasa keganjalan pada setiap gadis Choi ini. Entah apa yang telah mereka lewatkan saat berada di Swiss kemarin. Mereka sangat yakin jika hubungan kedua orang tua mereka sedang tidak baik-baik saja, Terlihat dari semakin hari keduanya semakin tampak acuh.

"Appa dengar jika kau kembali memenangkan tender, Chaeyoung-ah?" Choi Chaeyoung, Yang dari tadi hanya mengaduk-aduk makananya itu mendongak menatap sosok Ayahnya yang kini sudah menatapnya penuh kebanggaan.

"Nee" Jawaban singkat itu membuat para saudarinya menatap heran.

Sebab gadis itu bukan sosok gadis yang dingin dan acuh, Tapi untuk pagi ini gadis itu terlihat tidak seperti biasanya. Terlebih Jisoo yang menyadari gelagat yang aneh dari adiknya itu. "Bagus sekali, Tak sia-sia Appa mengandalkanmu. Jadi kapan kalian berdua akan seperti Chaeyoung?"

Sulung Choi dan Putri kedua Choi itu saling bertukar pandangan mereka. "5 bulan lagi aku akan mendapatkan gelar profesor. Setelahnya aku akan ikut mengambil ahli anak perusahaanmu" Choi Seung-hyun tampak tersenyum mendengar ujaran yang keluar dari mulut putri keduanya itu.

"Kau Jisoo sulung Choi? Sampai kapan kau akan terus menunda sidang khasus kriminal putra Kang itu?. Igeoo... Seharusnya kau menjadi contoh untuk--"

"Aku selesai" Semua memandang Chaeyoung yang bangkit dari duduknya sedikit kasar.

Tanpa berpamitan seperti kegitan rutin mereka, Gadis itu sudah melangkah menjauh. Semua hanya memandang tubuh bagian belakang milik gadis itu yang kian menjauh. Bahkan makanan pada piring Chaeyoung masih terlihat utuh.

Padahal Chaeyoung merupakan gadis yang sangat kuat makan, Tapi pagi ini itu tidak berlaku. "Wajahnya terlihat pucat, Apakah Chaeyoung sakit?"

Semua mata tertuju pada sosok wanita yang sedang bertanya itu. Tak terkecuali Choi Seung-hyun yang menatap istrinya penuh tanya. "Sebenarnya Chaeyoung sempat sakit, dan jatuh pingsan saat di Swiss kemarin" Lee Hyori tampak membulatkan matanya terkejut.

"Kenapa tidak menghubungi Eomma?" Ketiga gadis itu hanya saling bertukar pandangan mereka, Jika saja Chaeyoung tidak melarang mereka memberi tahu sesuatu yang terjadi di sana pada orang rumah. Mungkin saat itu pula mereka sudah berada di Korea.

"Chaeyoung yang melarang" Sahut Jisoo.

"Itu sebabnya aku tidak mengizinkan kalian untuk liburan, Selain membuang banyak waktu yang berharga kalian juga akan lelah" Semua yang duduk di kursi meja makan ini hanya memandang wajah acuh milik Choi Seung-hyun.

..........

Dengan langkah yang bersemangat, Gadis berseragam itu tampak tidak henti-hentinya mengukir senyumnya ramah pada setiap murid yang ia jumpai di setiap langkahnya. Jika saja dulu hidupnya semudah sekarang, Pasti dia akan menjadi sosok gadis yang terlihat bahagian seperti ramaja pada umumnya.

Hingga langkah kaki jenjang itu berhenti tepat di depan pintu kelas, Tanpa aba-aba ia pun segera melangkah masuk. Semua memandangnya dengan penuh ramah, Tak sesekali dari mereka tersenyum manis kehadapanya.

Terkeculi seorang gadis yang duduk di pojokkan kelas, Dengan paras yang cantik, Wanita itu menatap tajam kearah seakan penuh dendam. "Ya.... Lisa-ya... Akhirnya kita bisa satu kelas" Gadis berponi yang tadinya termenung menatap gadis lainnya di pojok kelas terkejut, Saat sosok gadis menepuk pelan pundaknya.

Dandelions ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang