Dandelions 18 ; Give Distance

1.5K 239 19
                                    

Hanya ada suara air yang mengalir dari dalam sana, Perlahan tapi pasti Jisoo melangkahkan kakinya mendekat kearah pintu kamar mandi yang terlihat sedikit terbuka itu. Entah mengapa perasaannya akhir-akhir ini selalu tidak nyaman atas perubahan sikap Adiknya ini.

Yang bermulai dari menjadi sosok pemarah dan juga seorang pekerja yang menemukan baju kotor milik Chaeyoung yang banyak bercak darah saat mereka pulang dari Swiss, Jisoo semakin yakin jika ada sesuatu yang di sembunyikan gadis itu.

Jisoo mulai melangkah masuk, Mulai memperhatikan sosok gadis di sebrangnya yang terlihat sibuk membasuh wajahnya. Tidak hanya itu, Jisoo juga menangkap jelas bayaknya tisu dengan noda merah yang terletak disisi wastafel.

Jisoo pun memberanikan dirinya untuk mendekati gadis itu dan bersial untuk menuntut akan kejelas, Terlebih gadis itu terlihat sedang memejamkan kedua bola matanya. "Chaeyoung-ah... Katakan ada apa dengan semua ini?"

Chaeyoung sontak terkejut, Ia ingin bergegas membereskan semuanya. Namun kalah cepat dengan kedatangan kakak sulungnya ini. Terlebih kini pandangan Chaeyoung yang mulai membayang. "Unnie... Aku hanya--"

Kalimat itu terpotong saat Chaeyoung jatuh kedalam pelukan Jisoo, Dengan wajah yang memucat dan bola mata yang siap untuk tertutup kapan saja. Semakin membuat Jisoo ketakutan, Ia bingung harus berbuat apa selain berteriak memanggil setiap keluarganya. "Jennie-ya!" Teriak Jisoo sekuat tenaganya.

"Chaeng, Bertahan hm. Kita kerumah sakit sekarang" Chaeyoung tidak yakin jika dia bisa menahan untuk tidak menutup kedua bola matanya. Terlebih rasa berat pada matanya semakin menjadi, Memaksakan Chaeyoung untuk menutup bola matanya.

..........

Langkah kaki kekar itu melangkah dengan amat cepat menelusuri bangunan mewah ini, Keadaan begitu sepi dan suyi seperti tidak berpenghuni. Hingga ia sampai pada ruang keluarga barulah ada dua orang sosok paruh baya yang terlihat sedang bercakap ria.

"Eoh? Uri Seung-hyun-ah. Tumben sakali malam-malam berkunjung kesini, Nak" Sosok Wanita paruh itu menyambut kedatangannya dengan sangat hangat.

Setelah merenungkan semuanya tadi siang, Akhirnya dengan teguh Choi Seung-hyun berusaha akan memperbaiki semua kesalahan yang tercipta di dalam keluarga kecilnya. Tujuan Choi Seung-hyun kesini bukan untuk basa-basi, Melainkan untuk memberikan jarak di antaranya dan keluarganya ini.

"Eomma, Tidak bisakah kau memperlakukan secara baik Anak dan Istriku?" Kalimat itu membuat dua orang paruh baya ini begitu terkejut, Sungguh tidak biasa ini. Pikir keduanya.

"Astaga, Seung-hyun-ah. Ada apa ini kau malam-malam kesini hanya untuk membahas keluarga sialmu itu?" Sial katanya?, Disaat itu pun amarah seorang Choi Seung-hyun siap untuk meledak. Namun sekuat tenaga ia menahanya, Bagimanapun juga dia tidak akan mungkin melawan sosok wanita yang telah melahirkannya kedunia ini.

"Jiwon! Jagan ucapanmu!" Bentak sosok Choi Joon-gi yang sama tidak terimanya dengan Choi Seung-hyun.

"Baiklah jika memang Eomma tidak bisa menghargai mereka atau memperlakukan mereka sebagaimana layaknya. Maka aku dengan terpaksa akan memberikan jarak di antara keluarga kita"

"Seung-hyun... Bukankah ini terlalu jauh Nak?" Lihatlah apa yang sudah di perbuat oleh wanita itu, Kini Anak mereka memutuskan untuk memberi jarak di antar mereka tentu akan memperburuk semuanya.

"Di dalam keluarga ini sungguh tidak ada yang bisa menghargai keluarga kecilku... Sungguh aku tidak meminta lebih pada kalian. Cukup harga mereka itu sudah cukup" Dengan mata yang memerah berkaca, Choi Seung-hyun melontarkan kalimatnya dengan nada yang bergetar.

"Bagimana dengan Appa? Kau tidak melupakannya bukan?"

"Kau memang menghargai kami, Tapi kau tetap diam saat Istri dan Anak sulungmu menjelek-jelekan keluargaku. Di dalam keluarga ini semua sama saja!" Teriak Choi Seung-hyun yang sudah terhanyut dalam emosi.

Saat hendak membuka suaranya, Choi Joon-gi mengurungkannya saat melihat satu tangan putra nya bergerak memberikan isyarat untuk tidak betbicara saat menerima sebuah panggilan. Hingga selesai, Choi Joon-gin masih setia diam. "Kurasa tidak ada yang perlu ku bahas lagi" Dengan begitu saja Choi Seung-hyun melangkah meninggalkan bagunan ini, Rasa hormat dan cintanya terhadap kedua orang itu sirna begitu saja.

..........

Duduk sendirian di koridor yang sepi, Gadis cantik ini terlihat termenung mencoba mencerna semuanya. Dengan pikiran yang entah kemana, Gadis cantik itu terlihat sangat lusuh. "Aku mengambil beberapa sempel darah pada Chaeyoung untuk ku periksa ke labor. Aku takut apa yang ada di pikiranku itu benar, Hasil akan keluar paling lambat 5 hari. Tentu kau Tau apa yang ada dipikiranku kan Jennie?"

Kalimat itu terus berputar di kepala sosok gadis berdarah Choi, Apa yang di maksud Dokter itu ia sama sekali tidak mengerti. Jennie meraih ponsel genggamnya, Ia mengotak atik benda pipih itu. Sungguh otaknya saat ini tidak dapat berfikir dengan baik.

Setelah cukup lama, Jennie tercengang saat melihat tampilan layar ponselnya. Astaga kenapa Jennie merasa jika ilmunya hanya terbuang sia-sia selama ini?. Saat itu juga ponsel genggamnya tehempas ke lantai.

Jennie termenung, Tidak mungkin. Tidak mungkin jika adiknya mengalami hal itu. Tapi Jennie juga tidak bisa menolak saat gejala perubahan yang di tunjukan pada adiknya. Terutama pada perubahan emosi, Seharusnya Jennie menyadari hal itu. Sungguh Jennie merasa amat gagal.

"Nak? Kau disini? Ada apa Sayang?" Jennie mendongakkan wajahnya menatap lelaki paruh yang sudah berjongkok di hadapannya dengan lengan yang sudah mengenggam ponselnya.

Jennie hanya menggelengkan kepalanya, Tidak itu tidak benar. Adiknya hanya terlalu lelah, Dan Jennie tentu tidak ingin berfikir terlalu negatif. "Jennie?" Lanjut Lelaki itu yang kini sudah duduk di sisinya.

"A-aku hanya ingin mencari udara segar" Sahut Jennie terbata.

Lelaki itu memilih untuk menganggukkan kepalanya mengerti, Lalu berkata. "Jika ada masalah mari bercerita dengan, Appa" Jennie hanya menggeleng dengan tersenyum. Dia tidak ingin menceritakannya sebelum semua itu benar. Dan dia harus memastikannya.

"Appa, Apa yang kau lakukan disini?" Terlihat jelas raut wajah bingung di tampilkan oleh sosok Choi Seung-hyun. Dia ingin menjalankan peran Ayahnya untuk para putrinya mulai malam ini. Walaupun mungkin sulit baginya.

"Apa yang kau maksud, Tentu saja ingin menjaga Adikmu. Biar Appa yang menjaga Chaeng, Kau bawa Lisa dan Jisoo Unnie pulang"

"Aku akan tetap disini, Karena ada urusan" Sahut Jennie cepat yang menolak untuk pulang, Ia ingin bertemu dengan dokter itu. Dia ingin dialah orang pertama yang mengetahui hasil dari tes labor.

"Jangan terlalu memaksa untuk bekerja, Cukup Chaeng yang sakit. Jangan sampai kalian juga" Ada yang salah dengan pria ini, Pagi tadi sikap ayahnya masih sama. Dan malam ini sangat berbeda jelas, Seperti bukan sosok Ayahnya.

"Hanya sebentar, Aku janji"

Lelaki beranak 4 itu menatap cukup lama wajah milik Jennie, Dan itu membuat Jennie sedikit salah tingkah takut apa yang ia sembunyikan akan segera di ketahui. "Baiklah, Setelahnya berjanjilah untuk segera istirahat. Appa ingin kembali ke ruangan Chaeyoung" Jennie mengangguk.

Choi Seung-hyun pun bangkit dari duduknya, Memberikan sebuah usapan lembut pada putri keduanya itu. Yang mungkin sangat jarang dilakukannya. Choi Seung-hyun melangkah menjauh, Namun saat di pertengahan jalannya. Namanya kembali di panggil nyaring.

Jennie berlari menuju Choi Seung-hyun, Namun lelaki itu hanya menatap keheranan pada Putrinya. "Aku tau kau tidak seburuk yang kubayangkan, Tapi maukah kau berjanji untuk terus berada di sisi kami Appa?"

Choi Seung-hyun membatu di tempatnya, Saat mendengarkan ucapan yang penuh harapan dari putrinya. Apakah dia benar-benar menjadi sosok Ayah yang buruk selama ini?. Dan pada malam ini akhirnya sosok Choi Seung-hyun bisa menyadari semua keburukannya selama ini.

"Apa yang kau bicarakan, Tentu saja Appa akan terus berada di sisi kalian" Sahut Choi Seung-hyun yang membalas lembut dekapan putrinya. Jennie tersenyum, Syukurlah jika Ayahnya mengatakan apa yang ia harapkan itu.

Jambi, 19 Febuari 2022

Cieee yang malam minggu di kasur doang HaHaHa

Dandelions ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang