Dandelions 17 ; Forgive

1.4K 233 19
                                    

Sudah hampir 3 jam lamanya kedua gadis cantik ini saling berpelukan, Tidak ada obrolan apapun dari keduanya saat ini. Keduanya tampak sibuk dengan pikiran dan pandangan mata mereka masing-masing. Tangan lembut gadis bersurai hitam itu terlihat masih setia mengelus lembut puncak surai bolnde itu.

Tidak tau harus berbuat apa hingga satu-satunya cara agar meraih lembut hati gadis ini adalah dengan cara di rangkul perlahan. Jennie, Gadis ini cukup memahami apa yang sedang di rasakan oleh adiknya. Pasti sangat sulit untuk menerimananya, Bahkan tak sesekali Jennie mendapatkan isakan di dalam dekapannya ini.

Untuk pertama kalinya Jennie melihat Adiknya ini dalam bentuk yang bisa di bilang kacu, Tak dapat di pungkiri jika ia juga sama kecewa dengan Adiknya ini. Bisa-bisanya gadis ini menyembunyikan semua kesulitannya pada saudarinya.

"Aku harus ke perusahaan" Jennie yang tadinya termenung, Seketika menatap Adiknya yang sudah bersiap untuk pergi dari hadapannya.

Namun secepat kilat Jennie meraih pergelangan tangan milik Chaeyoung, Tidak Jennie tidak akan membiarkan Adiknya ini pergi dalam kondisi yang bisa di bilang tidak baik-baik saja. "Aku akan ikut" Jennie pun bangkit dari duduknya.

Chaeyoung gadis itu memilih mengurungkan niatnya, Saat ini dirinya sedang membutuhkan waktu sendirian. "Tolong jangan ganggu aku" Pinta Chaeyoung secara lembut.

"Aku tidak akan menganggumu, Ayo ingin kemana? Taman kota? Makan siang atau--"

"Jennie!" Seruan kuat itu membuat Jennie terdiam, Ada apa ini? Sejak kapan Adiknya ini menjadi sepemarah seperti sekarang. "Tolong mengertilah..." Lanjut Chaeyoung dengan nafasnya yang sedikit memburu.

Tanpa berfikir panjang Jennie segera membawa kembali tubuh jenjang milik sang Adik ke dalam dekapan nya. "Bukankah seharusnya aku yang marah padamu, Chaeyoung-ah?" Lirih Jennie pelan.

Jennie tidak mendapatkan jawaban apapun dari Adiknya, Yang Jennie dapatkan hanya hembusan nafas yang sedikit tak teratur dari Chaeyoung. "Kau marah dan tidak terima karena sudah di tampar oleh Jisoo Unnie?"

Jennie melepaskan dekapannya, Memegang erat kedua bahu sang Adik untuk menatap dirinya. "Baiklah jika itu penyebabnya, Aku meminta maaf atas tindakannya tadi. Percayalah dia hanya terkejut dengan apa yang dia dengar tadi. Dan sama aku juga seperti itu"

"Kalian tidak mengerti Eonnie..." Air mata itu pecah begitu saja, Yah Jennie memang tidak mengerti apa yang sedang di rasakan oleh Adiknya.

"Kau benar, Maka dari itu ceritakan semua keluh kesah yang kau sembunyikan dari kami semua. Aku janji kita akan melewatinya bersama" Chaeyoung hanya mampu menundukkan kepalanya, Hari ini ia sangat rapuh tidak tau harus berbuat apa.

"Mari pulang, Berbaikan sama Jisoo Eonnie. Dan jangan lupakan Lisa, Dia pasti merasa sangat bersalah dengan kalimatmu tadi pagi" Astaga! Chaeyoung lupa jika dia membawa nama Adiknya kedalam pertengkaran mereka tadi pagi.

"Bawa aku menemui Lisa" Jennie tersenyum sejenak, Lalu mulai menuntun Chaeyoung menuju mobilnya yang terpakir.

..........

Selembar kertas melayang dihadapan pria angkuh itu, Pria itu terlihat tidak begitu peduli dengan selembar kertas yang sudah menghampirinya itu. Dirinya lebih memilih untuk menatap sosok wanita yang sudah berdiri di hadapannya dengan raut wajah yang memerah.

"Segera tanda tangan disana, Kita berpisah secepatnya"

Saat kalimat itu terlontar barulah Pria paruh itu meraih selembar kertas itu, Mulai membaca setiap kalimat yang tercetak rapih di sana. Dengan rahang yang mengeras ia meremas kuat kertas itu hingga berbentuk sebuah bola kertas dan segera membuangnya kesembarang tempat.

Dandelions ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang