Dandelions 14 ; Seoul

1.3K 219 16
                                    

Makan malam itu berjalan begitu lancar dan hangat, Semua menikmati setiap hidangan yang tersaji. Canda dan tawa bahkan tak pernah henti mereka keluarkan. Rasanya sudah lama sekali mereka tak berkumpul seperti ini. Dan saat itu tiba rasanya sangat sebentar sekali.

Jisoo terus memperhatikan ketiga adiknya yang masih setia tertawa, saat sebuah candaan keluar dari mulut Jennie. Semua terlihat sangat bahagia, terlebih gadis berponi itu yang terlihat begitu bersinar beberapa hari ini.

Tapi pandangan Jisoo itu justru terahlikan pada sosok Chaeyoung yang tampak memaksakan tawaanya, bahkan wajah oval yang pucat itu semakin memucat. Jisoo semakin yakin jika ada yang di sembunyikan oleh gadis berambut pirang itu.

Tapi nyatanya gadis itu sangat pandai menyembunyikan rahasianya sendiri, Dan Jisoo sangat membenci itu. Di pandangnya jarum jam yang sudah menujukan pukul 10 malam waktu setempat. Mungkin saatnya bagi mereka untuk pulang.

"Kita pulang sekarang?"

Tawaan terhenti seketika, Dan dengan sedetik itu pula Jisoo menjadi pusat perhatian bagi ketiga adiknya. Salah satu dari adiknya tampak melirik jam pada ponselnya sudah menujukan pukul 14:42 KST. Yang di mana Swiss sudah pukul 22:42 waktu setempat.

Pantas saja jika kakak mereka mengajak pulang. "Tunggu biar aku bayar" Gadis berpipi mandu itu tampak bangkit dari duduknya.

Sedangkan ketiga gadis Choi lainnya hanya menunggu di kursi mereka. Pandangan Jisoo tak luput dari Chaeyoung yang terlihat sedang meneguk minumannya dan setelahnya gadis itu terlihat sedikit meremas pelan puncak kepalanya.

"Sakit kepala lagi?" Tanya Jisoo pelan.

Lisa seketika menatap Chaeyoung yang sudah mendongak menatap kakak sulungnya, bibir itu terlihat begitu pucat di mata Lisa. "Unnie--"

Kalimat Lisa terpotong saat Chaeyoung mengangkat satu tangannya, Saat ini Chaeyoung sedang sangat tak ingin mendengar sebuah rengekan ataupun sejenisnya. "Jangan khawatir" Ujar Chaeyoung.

Setelah menunggu Jennie barulah ketiga gadis itu bangkit dari duduk mereka. "Mari Eonnie bantu" Tawar Jisoo yang langsung meraih lembut lengan milik adiknya itu.

Chaeyoung tak menolak, Tak bisa bohong jika kini ia sangat membutuhkan bantuan dari Kakaknya itu. Keduanya pun mulai berjalan keluar dari restaurant hingga pada pintu restaurant, Jisoo menghentikan langkahnya saat merasakan lengan Chaeyoung tampak bergetar.

"Eonnie ada--"

Belum sempat Jennie menyelesaikan kalimatnya, Tubuh jenjang milik Chaeyoung terlebih dahulu terhanyut jatuh menyentuh jalan. Panik, itulah kata pertama yang di pegang para gadis Choi itu.

"Chaeyoung-ah! Gwenchana? Kau dengar Unnie kan, sayang?" Ujar Jisoo yang berusaha keras untuk tidak terlihat panik.

Sedangkan Chaeyoung tampak berusaha kuat agar tak menutup matanya, Walaupun pandangannya kini sudah mulai memburam. Bahkan ia tidak bisa mendengar apapun karena sudah berdenging yang nyaring di kedua telinganya.

"Unnie apeun..."

Jisoo menganggukkan kepalanya cekat, Hingga kini Jennie sudah datang dengan beberapa orang pekerja yang mereka sewa selama di swiss. Tubuh tak berdaya milik Chaeyoung mulai terbawa menuju mobil.

"Selain sakit, apa lagi yang kau sembunyikan dari kami Chaeyoung-ah..." Lihir hati Jisoo gusar.

..........

Kedua bola mata itu perlahan mulai terbuka, Pandangan yang sangat tak asing. Setelah mendapatkan pandangannya sepenuhnya, barulah ia menyadari jika kini dirinya sudah berada di dalam kamar.

Ia mencoba memperbaiki posisinya menjadi duduk, Tapi tersadar saat tubuhnya tak sengaja mengerakan tangan seseorang yang berada di atas perutnya. Dengan penerangan yang minim, Chaeyoung tau siapa itu.

Terlebih kini gadis itu tampak terbangun dari tidurnya. Dan Chaeyoung merasa sangat bersalah karena telah membangunkan gadis itu. "Butuh sesuatu? Apa ada yang sakit?" Chaeyoung hanya mengelenggkan kepalanya pelan.

"Tidurlah kembali, Unnie akan menemanimu"

"Peluk... Aku membutuhkan pelukan mu Eonnie"

Jisoo, gadis itu yang duduk di sisi ranjang mulai bangkit ikut bergabung dengan Chaeyoung dan segera memeluk tubuh yang terasa sedikit hangat itu. "Besok kita ke rumah sakit" Ucap Jisoo.

"Tidak, aku baik-baik saja"

"Jangan berlindung di balik kata aku baik-baik saja, Chaeyoung-ah..."

"Aku ingin Jennie saja yang memeriksa, saat kita pulang ke korea nanti" Jisoo hanya diam, Sulung Choi itu memilih untuk mengelus lembut surai blonde itu.

"Apakah ada yang kau sembunyikan dari kami, Chaeyoung-ah?" Tanya Jisoo yang tak berhenti mengelus surai blonde itu.

"Apa yang kau maksud sungguh aku tak mengerti, Eonnie"

..........

Satu bulan berlalu begitu cepat, Liburan itu seperti tiada arti. Dan kini Chaeyoung harus melakukan kembali semua aktivitasnya yang sempat ia tinggalkan selama liburan kemarin. Berbagai macam jenis kertas-kertas sudah tersusun di meja kerjanya.

Terlebih kini ia sudah memegang dua ahli perusahaan yang membuat pekerjaannya menjadi double. Dengan penuh semangat, Chaeyoung mengerjakan satu persatu kertas-kertas di hadapannya.

"Semua akan selesai, kau bisa Chaeyoung. Ayoo Lisa sedang menanti"

Chaeyoung tampak tersenyum, saat hati kecilnya telah begumam kecil. Jari-jemari itu mulai bergerak dengan sesekali menekan tombol komputer di hadapannya. Saat tengah-tengah sibuk pintu ruangannya itu terbuka, menampilkan sosok pria yang sudah membawa dokumen di tangannya.

"Maaf menganggumu, Nona..."

Chaeyoung menghentikan sejenak aktivitasnya, dan memilih untuk menatap pria yang kini sudah berjalan menujunya. "Ini... 3 bulan kemarin perusahaan kita sudah membuat janji--"

"Ahhh... Bagaimana bisa aku lupa" Chaeyoung memotong cepat kalimat pria di depannya itu, saat satu ingatan mulai menghampiri pikiranya.

Ia segera bergegas untuk membereskan beberapa barang yang ia perlukan. "Kajja...." Pria yang bernama Park Jimin itu tampak hanya tersenyum dan segera menyusul langkah milik Chaeyoung.

"Kenapa kau tidak memberitahu ku jauh hari, Eoh?"

"Maaf... Aku hanya tak enak mengganggu waktu liburmu dan para saudarimu, Noona" Ucap Jimin.

Chaeyoung menghentikan langkahnya sejenak, ia menatap wajah milik Jimin yang penuh tanya. "Noona?" Ucap Chaeyoung mengulangi kalimat jimim, dan dibalas anggukan dari Jimin.

"Yak! Aku jauh lebih muda darimu. Kau tahu seharusnya aku memanggilmu dengan sebutan Oppa... Mulai sekarang berhenti memanggilku Noona. Karena mulai saat ini aku akan memanggilmu Oppa!"

Jimin terdiam, Ia hanya menatap wajah kesal milik bosnya itu. "E-eoh? Mianhae..."

"Kajja! Oppa!" Teriak Chaeyoung yang tak kunjung mendapati Jimin mengikuti langkahnya.

"Nde!"

Jambi, 31 Desember 2021

Happy New Year Guys...

Dandelions ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang