Dandelions 24 ; Cake

1.2K 195 7
                                    

Ulang tahunnya, Tahun ini benar-benar terasa hampa. Dia memang mendapatkan banyak barang mahal dari keluarganya bahkan para sahabat-sahabatnya. Tapi entah mengapa semuanya itu tidak ada sama sekali memberikan bekas pada hatinya.

Disaat semua orang berusaha untuk memberikan kue ulang tahun beserta kado yang mewah. Gadis ini justru hanya menampilkan senyuman di bibirnya yang terasa begitu hampa. Ada sesuatu yang kurang disana, Sosok kakaknya. Bahkan hingga detik ini Kakaknya itu sudah tidak sanggup untuk bertemu dengannya.

Lalice tidak menginginkan kado atau pun hal yang sejenisnya, Ia hanya ingin melihat keadaan Kakak ketiganya yang selalu mengurung dirinya di kamar. Ia sangat butuh dekapan hangat dari gadis di kamar sebelahnya ini.

Dia sangat merindukan pelukan yang diberikan oleh gadis itu di saat hari ulang tahunnya, Menghabiskan malam bersama dengan pelukan hangat yang menyelimuti tubuhnya. Dan sepertinya mulai tahun ini, Lalice harus bisa terbebas dari pelukan yang ia rindukan ini walau pada kenyataannya ia tidak mungkin bisa melakukannya.

Detik jam terus berbunyi menemani malam Lalice yang hening, Hanya ada beberapa menit lagi hari spesialnya akan berganti. Sedikit menghela nafasnya, Lalice mulai memperbaiki posisinya untuk segera beristirahat. Namun, Disaat itu pula pintu kamarnya terbuka.

Menampilkan sosok gadis, Dengan pencayahaan yang minim di tangannya. "Saeng-il chughahae nae salanghaneun uri namdongsaeng... Saeng-il chughahae"

Suara merdu nan indah yang ia rindukan, Kembali menyapa telinganya. Gadis itu, Sungguh Lalice merindukannya. Secepat kilat, Lalice beranjak dari posisinya memeluk erat tubuh kurus yang sudah berada tidak jauh dari tempatnya.

Tidak ada kalimat apapun yang terlontar dari kedua insan yang sedang berpelukan ini. Hanya ada sebuah isakan tangisan dari Lalice yang mengema di ruangan ini. "Eonnie bogosipeo..."

Tentu... Chaeyoung juga merasakan apa yang Lalice rasakan. Ia juga merindukan Adiknya ini, Dan ia juga merindukan kehidupan lamanya. Bukan sakit-sakitan seperti ini yang membuatnya harus terlihat lemah di hadapan orang lain.

"Lilinnya meleleh, Ayo tiup" Lalice melepaskan dekapanya walau terasa berat.

Chaeyoung tampak tersenyum, Mengusap lembut pipi milik sang Adik dan sedikit memperbaiki beberapa helai rambut gadis itu yang sedikit memperburuk penampilannya.

Lalice menutup matanya, Menyatuhkan kedua tanganya dan mulai mengeluarkan kalimatnya pada hatinya. "Tuhan Do'a ku masih sama, Tolong sembuhkan dia. Sungguh aku masih membutuhkan pelukannya"

Setelahnya hembusan nafas itu memadamkan setitik cahaya minim yang di bawa oleh kakaknya. Lalice tersenyum manis penuh haru pada gadis ini, Bagaimana dia bisa merelakan harus berhenti untuk terbebas dari pelukan ini. Jika pada akhirnya Lalice akan selalu mendapatkannya.

"Mianhae Unnie hanya mampu membuatkanmu satu cupcake" Lalice menatap sepotong cake yang kini sudah menghampiri mulutnya, Dengan air mata yang masih mengalir Lalice mulai melahap suapan yang di berikan oleh Kakaknya ini.

"Tunggu... Unnie mempunyai sebuah kado untukmu"

Lalice menyeringit heran, Dan tak lama sepasang kalung dengan liontin bunga astet yang begitu indah. Dapat Lalice ketahui jika kalung itu terbuat dari lapisan emas putih. Yang kini sudah memenuhi pandangan Lalice. Bahkan kini kedua mata hanzel itu terlihat berbinar menatapnya. "Aku membelinya saat di Swiss, Tahun depan Unnie janji akan membelikan kado yang lebih berkesan untukmu"

"Eonnie, Aku tidak butuh hadiah tahun depan. Yang aku butuhkan hanya kau, Pelukkanmu dan juga senyumanmu. Maka ubahlah janjimu tadi, Dengan kalimat jika Aku akan berjuang untuk sembuh" Chaeyoung terdiam, Ada perasaan haru yang ingin membuatnya menangis.

Dandelions ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang