Dandelions 19 ; Bad Day

1.4K 238 38
                                    

Tiga hari berlalu begitu saja, Semua berjalan normal. Terkecuali pada sosok Choi Seung-hyun yang harus mengerjakan seluruh pekerjaan yang di tinggalkan oleh putrinya yang sedang sakit. Begitu banyak kertas-kertas putih yang bertumpukan di setiap meja pada dua perusahaan ini.

Tidak heran jika putrinya itu bisa jatuh sakit, Baru setengah jam mengerjakan perkerjaannya ini. Choi Seung-hyun sudah di buat kelelahan, Ternyata rasanya seperti ini, Lelah, ngantuk, lapar. Terlebih putrinya yang mendapatkan kekangan darinya.

Ia menyenderkan tubuhnya sejenak pada kursi kerja itu, Memberikan sedikit istirahat untuk tubuhnya. Begitu cepatkah waktu berputar atau memang ia yang sudah sangat lama mengerjakan pekerjaan anaknya ini? Kini waktu sudah menunjukkan jam makan siang.

Choi Seung-hyun memijit pelan pelipisnya untuk meneteralisirkan rasa kantung dan lelah padanya. Sebelum pintu ruangan ini terbuka menampilkan sosok pria berjas rapih yang berjalan cepat menujunya.

"Yak! Anak sialan! Dasar tidak tahu diri sekali kau. Seharusnya kau berterimakasih karena sudah dibesarkan di keluarga Choi ini, Tapi lihatlah apa balasanmu untuk keluarga ini?" Tubuh Choi Seung-hyun terbawa berdiri saat sosok lelaki paruh itu menarik kera bajunya.

Dengan sepontan Choi Seung-hyun melepaskan kasar cengkeraman yang membuat bajunya kusut itu. Ia masih diam tak menanggapi ucapan yang keluar dari mulut pria dihadapannya ini. "Hanya karena wanita Sialan dan anak-anakknya itu, Kau memberikan jarak di antara keluarga kita? Astaga! Memang pada dasarnya anak pungut tidak tau cara berterimakasih. Dan lihatlah belum apa-apa, Tuhan sudah membalas perbuatanmu dengan membuat salah satu putrimu sakit dan bahkan berujung meninggal"

Bugh!

Jangan salahkan Choi Seung-hyun, Ia sudah berusah keras agar tak tersulut emosinya. Tapi sayangnya dia hanya sosok manusia yang memiliki batas kesabaran. Di raihnya kasar kera baju milik pria itu, Lalu mulai melayangkan beberapa pukulan kuat yang mampu membuat seorang Choi Siwon terbaring tak berdaya.

"Seung-hyun!" Aksinya terhenti saat pria paruh memasuki ruang kerjanya.

Bugh!

Choi Seung-hyun terdiam, Dengan wajah yang sudah terhanyut kesamping. Ayahnya ini baru saja memukulnya? Pikirnya. "Dasar anak kurang ajar!" Desis lelaki itu yang justru membuat Choi Seung-hyun ingin tertawa terbahak-bahak.

"Kebetulan sekali anda mampir kesini tuan, Jadi aku tidak perlu repot-repot untuk datang ketempatmu hanya untuk mengatakan jika aku akan memisahkan diriku dari keluarga besar terhormat anda"

Seketika ruangan ini mendadak menjadi hening, Choi Seung-hyun yang sedang mengendalikan dirinya itu hanya menatap tajam pria paruh dihadapannya. Pria paruh yang selama ini ia sapa Ayah itu mendekatinya.

"Appa tau jika Ibu dan Kakakmu salah, Tapi bukankah tindakanmu ini terlalu jauh Seung-hyun-ahh?" Ujar Lelaki itu.

Ia tidak mungkin melepaskan begitu saja tambang emasnya ini, Ia bisa berdiri di posisi saat ini semua karena lelaki ini. Dan kini Choi Seung-hyun selaku anak yang selalu ia andalkan ingin memisahkan dirinya dari keluarganya, Tentu akan berdampak buruk untuknya.

"Aku bukan putra kandungmu, Dan tidak ada yang salah atas tindakanku. Bodohnya aku karena terlambat mengetahui ini semua. Kau bukan tidak merelakanku untuk melepaskan diriku dari keluarga ini. Tapi kau menghawatirkan seluruh aset yang kau punya atas jerih payahku" Choi Joon-gi terdiam membeku.

Apakah sekarang dia akan kehilangan semuanya? Sungguh ia tidak akan memaafkan perbuatan putra dan istrinya itu sungguh. "Aku akan merelakan semua aset itu, Tapi ingat mulai detik ini juga aku bukan lagi bagian dari keluarga Choi yang terhormat ini" Choi Seung-hyun pun meninggalkan ruangan yang sudah kacau itu. Perasaannya kini bercampur aduk tidak tentu. Rasa sedih, kecewa dan marah bercampur menjadi satu di tubuhnya.

..........

Sepasang kaki mungil itu berlari menelusuri koridor yang cukup ramai akan orang. Dengan nafas yang memburu, Sang pemilik terus melangkahkan kakinya menuju suatu tempat. Hari ini ia baru saja mendapatkan kabar jika hasil pemeriksaan beberapa hari yang lalu sudah keluar.

Secepatnya ia harus mendapatkan kertas hasil pemeriksaan itu, Bagaimanapun juga dia ingin menjadi orang pertama yang mengetahui hasilnya. Dengan langkah yang masih setia berlari kencang, Hatinya terasa begitu gusar tak nyaman.

Entah dari mana rasa itu, Yang pasti ada rasa takut untuk melihat hasilnya. Sedikit menarik nafasnya panjang, Tangan mungil itu mulai meraih knop pintu sebuah ruangan. Berjalan masuk dengan perasaan tak enak.

"Jennie-ya, Duduklah dulu. Aku akan mengambil hasilnya" Jennie, Gadis dengan ciri khas mata kucing yang indah itu duduk di sebuah sofa panjang.

Tangannya tidak bisa diam, Terus beradu bergaruk gusar. Dengan pandangan yang menatap setiap sudut ruangan yang penuh akan tempelan sebuah organ tubuh manusia.

Seorang wanita dengan jubah putihnya kembali kehadapanya, Bahkan kini wanita itu terlihat sudah duduk dihadapannya. Jennie masih setia menatapnya ia sudah tidak sabar untuk melihat hasilnya, Tapi dia juga sedikit ragu.

"Masih tahap awal, Masih ada waktu untuk melakukan pengobatannya" Jennie mengerutkan dahinya bingung.

Ia mulai membuka amplop putih yang berlogo rumah sakitnya, Mulai membaca setiap kalimat yang tercetak rapih di kertas itu. Sedetik itu pula jantungnya berdetak begitu cepat dan tak teratur.

Dengan kedua bola mata yang sudah berkaca, Jennie menatap wanita dihadapannya seolah-olah ingin meminta sebuah penjelasan. "Seulgi-ya. Ini salah, Adikku tidak mungkin memiliki penyakit ini" Lirih Jennie yang berusaha untuk menahan air matanya yang siap membasahi pipi bulatnya kapan saja.

"Tapi itulah hasil pemeriksaan beberapa hari yang lalu" Jelas Seulgi.

Jennie menundukkan kepalanya dalam-dalam, Meneteskan air matanya. Cukup lama Jennie berada di posisi ini, Ia kembali mendongakkan wajah menatap sendu Seulgi. "Tahap awal, Masih ada kemungkinan untuk sembuh..." Ujar Jennie menghapus sisa bekas air matanya.

"M-maaf sebelumnya Jen. Tapi, Tumornya terletak jauh di dekat pembuluh darah otaknya, Kau tau sedikit saja kita salah bergerak akan merobek pembuluh darahnya, Dan berakibat fatal"

Hati Jennie terasa sesak, Seolah-olah ia baru saja mendapatkan lemparan batu pada dadanya. Tubuhnya lemas seketika seperti baru saja tersetrum oleh aliran listrik bertenaga tinggi. Dengan tangan yang bergetar, Ia menatap sebuah hasil ronsen yang memang dilakukan oleh adiknya dua hari yang lalu.

Jennie meremas kuat rambutnya frustrasi. "Kita memiliki dokter bedah yang handal disini bukan?" Tanya Jennie dengan penuh harapan.

"Yah, Tapi sepertinya kesialan sedang mengujimu. Dua dokter bedah terbaik kita sedang menjalankan tugas mereka di Afganistan untuk menjadi dokter relawan disana"

Tubuh Jennie dengan begitu saja terhanyut ke lantai, Ya tuhan kenapa cobaanya begitu kuat?. Dan kenapa harus salah satu keluarganya yang benar-benar sangat ia sayangi. "Bukankah kau juga bisa melakukannya Jennie-ya?" Ya, Jennie memang ahli di beberapa bidang kedokteran. Bahkan gadis ini tak sesekali mendapatkan gelar the best doctor. Karena kecerdasaan maupun kemampuannya.

"Menurutmu aku akan sanggup melakukannya? Dia adikku Seulgi-ya. Aku tidak akan bisa melakukanya dengan lancar, Dia... Dia salah satu semangatku" Lirih Jennie yang penuh akan rasa frustrasi.

"Aku bersedia ikut mendampingimu disaat ingin melakukan operasi pada, Chaeyoung" Jennie mengelenggkan kepalanya pelan.

"Tidak kau salah, Aku tidak akan pernah melakukannya"

"Maksudmu kau ingin membiarkan adikmu mati? Jen ingat, Tumor otak yang ada pada Chaeyoung tidak bisa kau anggap remeh. Mereka bisa tumbuh begitu cepat--"

"Aku tau, Aku permisi"

Jennie memotong cepat kalimat Seulgi, Gadis ini sudah berjalan sempoyongan untuk keluar dari ruangan ini. Apa yang harus ia katakan dihadapan keluarganya terlebih Adiknya. Apakah ia akan berbohong atas semuanya?.

Jennie sungguh belum siap untuk kehilangan salah satu anggota keluarganya, Ia sangat menyayangi mereka melebihi nyawanya. Dan sekarang salah satu dari mereka sedang mempertaruhkan hidup dan matinya untuk penyakit sialan ini.

Jambi, 10 Maret 2022

Jaga kesehatan guys!! Jangan sampe sakit>3

Dandelions ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang