Dandelions 13 ; Hug

1.4K 228 34
                                    

Dengan secangkir kopi hangat yang ia bawa, Lee Hyori wanita 4 anak itu melangkah dengan pandangan yang kosong. Meraih pelan knop pintu sebuah ruangan di lantai dasar, dan mulai memasukinya.

Terlihatlah seorang lelaki paruh, yang tampak sibuk dengan berbagai kertas-kertas putih. Bahkan mata pria itu sangat terfokus pada layar Laptopnya. "Mereka begitu bahagia, tidakkah kau berniat untuk membebaskan mereka?"

Sejenak lelaki paruh itu memandang heran pada Lee Hyori. "Kurang bebas apa lagi? Mereka ingin liburan aku beri. Bahkan tak sebentar 1 bulan, seberapa lama waktu yang terbuang. Tidakkah kau menyadarinya?" Balas pria itu dan kembali pada aktivitasnya.

"Apa yang ingin kau raih sebenarnya, Seung-hyun-ah..."

Seketika lelaki itu kembali menghentikan aktivitasnya, ia mengahlikan pandangannya pada wanita di hadapannya. "Apa maksudmu?" Tanyanya.

"Kenapa kau rela mengorbankan anak-anak kita?"

Tatapan bertanya itu, berubah seketika dengan tatapan tak suka. Choi Seung-Hyun sangat tak suka dengan apa yang baru saja yang di katakan oleh Istrinya. Terlebih saat ini dirinya sedang sangat lelah.

"Aku tidak mengorbankan anak-anaku, aku mendidik mereka. Mengajari mereka bagaimana menjadi orang yang sukses dan berguna ke depannya" Ucap Choi Seung-hyun dengan tegas, bahkan di setiap kalimat yang ia lontarkan terdapat penekanan.

Merasa apa yang di ucapkan sang Suami tidak sama sekali benar, Lee Hyori wanita yang sangat bahkan hampir tak pernah memperlihatkan sisi marahnya. Mulai terpancing hingga membuat Wanita itu mengeluarkan kata-katanya dengan nada yang sedikit naik.

"Tapi yang kau lakukan itu bukan untuk masa depan mereka! Melainkan untuk kepentingan dan egomu. Jika kau takut kalah saing oleh Kakakmu itu bukan?!"

Dengan begitu saja Seung-hyun memukul meja kerjanya kuat, saat ini pekerjaan di perusahaannya sedang sangat numpuk. Terlebih ia harus mengurus beberapa pekerjaan yang di tinggalkan putri ketiganya. Walaupun sudah ada sekretaris pribadi dari gadis itu, tapi sulit untuk Seung-hyun mempercayai orang asing.

"Tolong! Aku sedang tidak ingin bertengkar. Hyori-ya!" Balasnya tak mau kalah.

Lee Hyori hanya menghela nafasnya penuh kekecewaan. "Sama! Aku juga sedang tidak ingin bertengkar. Tapi tolong mengertilah perasaan mereka, tidakkah kau kasihan melihat Jisoo dan Jennie yang kau paksa untuk mempelajari dunia bisnis? Sedangkan mereka sudah sangat baik dalam pekerjaan mereka!"

"Dan Chaeyoung, setelah mengambil 2 sekaligus anak perusahaanmu. Dan kau menyuruhnya untuk kembali melanjutkan Magisternya, tidakkah kau merasa bagaimana tertekannya putri-putriku?" Lee Hyori mengatur nafasnya yang memburu, untuk saat ini kesabarannya telah habis menghadapi pria yang berstatus Suaminya itu. Ia juga manusia biasa yang tentu nemiliki batas untuk bersabar.

"Percuma saja aku berbicara panjang lebar padamu, sampai anak-anakmu mati pun mungkin kau tidak akan sadar" Lanjut Lee Hyori dan berlalu meninggalkan Choi Seung-hyun sendirian dengan wajah yang memerah menahan amarahnya dan juga rahangnya yang mengeras.

..........

Sudah satu minggu berlalu mereka berada di Swiss, dan itu sangat tidak terasa. Pagi ini karena cuaca sedang hujan, jadi Lalice dan ketiga kakaknya memutuskan untuk berdiam diri di rumah. Dengan secangkir teh yang menemai pagi dinginya, Lalice masih sibuk menoton sebuah acara televisi pada kamarnya.

Sambil menunggu Kakak ketiganya telah mandi, Lalice tampak melirik beberapa tangkai bunga Dandelion yang mereka ambil beberapa hari lalu, yang masih terpajang rapih pada sebuah vas bunga yang terletak di meja televisi.

Dandelions ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang