Dandelions 35 : News

1.4K 171 7
                                    

Mendadak perasaan ini menjadi gusar, Ada berbagai macam suara yang aneh menurutnya, Yang ia dengar dari benda pipih ini. Dan hal itu mampu membuat jantungnya berpacu tak karuan saat ini.

"Hallo?" Untuk sekian kalinya, Ia melontarkan kalimat ini. Namun tidak ada suara apapun disana setelah beberapa suara aneh yang ia dengar.

Setelah memastikannya, Ternyata sambungan telfon terputus. Dengan perlaha lengan putih ini membawa ponsel genggam ini kembali masuk kedalam saku bajunya. Sebenarnya apa yang telah terjadi, Ada apa ini?. Apa yang tidak di ketahui olehnya saat ini? Sungguh hal ini membuatnya semakin stres memikirkannya.

Memilih untuk mendudukkan tubuhnya di ranjang empuk ini, Kedua bola matanya tampak setia menatap sebuah bingkai foto yang dimana terdapat empat orang gadis yang tengah berpose konyol disana.

"Jennie-ya, Sebenarnya apa yang terjadi?" Lirih Jisoo yang merasa jika benar ada hal yang tidak beres di adiknya satu itu.

Disela-sela lamunanyan, Ponsel milik Jisoo terdengar berbunyi nyaring. Dengan antusias ia meraihnya, Berharap nama yang sedang mengganggu pikirnya itulah yang memberikan kabar untuknya.

Namun, Justru nama sang Ayah yang tertampil di layar ponselnya. Jisoo, Tanpa berfikir panjang segera menjawab panggilan telfon ini. "Nee Appa?"

"....."

Jisoo terdiam sesaat, Saat mendengarkan kalimat paruh milik Ayahnya itu. Bahkan kini kedua bola matanya sudah berkaca-kaca. "K-kenapa begitu?"

"....."

"Bisakah kita menundanya, Appa?. Jennie akan sangat marah jika dia tahu"

"....."

Air matanya pun jatuh begitu saja, Apakah perasaan yang tak enak terus menganggu pikiran dan hatinya ini merupakan kabar yang tidak enak ini. Tubuh Jisoo terasa begitu tidak berdaya seperti baru saja mendapatkan sebuah sambaran listrik dengan tegangang yang tinggi.

"Tunggu aku, Aku akan segera kesana" Jisoo memutuskan sambungan telfonnya secara sepihak.

Dengan air mata dan isakan yang keluar, Ia berlari sekuat tenaganya untuk segera mengunjungi keluarganya di rumah sakit. Setelah ini apa yang harus Jisoo lakukan, Dia belum siap menerimanya.

..........

Langkah kaki itu terlihat begitu berat untuk melangkah, Dengan sekuat tenaga yang ada pria paruh ini berjalan mengikuti langkah dari seorang Dokter di depannya. Dengan pandangan yang kosong ia terus menelusuri lantai gedung yang sudah hampir seminggu yang sudah menemaninya.

Hari ini dengan berat hati Choi Seung-hyun beserta Istrinya memutuskan untuk menandatangani surat pelepasan alat yang terpasang pada tubuh putri ketiga mereka Choi Chaeyoung. Walau pada kenyataannya ia belum siap untuk melakukannya, Namun tampaknya di pertahankan akan sia-sia saja dan juga kasihan pada tubuh Putrinya yang pasti merasa sangat sakit. Yang di paksa untuk hidup.

Jadi dengan begitu Choi Seung-hyun pun harus merelakan salah satu putrinya untuk pergi. "Joesonghamnida Tuan..." Seorang pria terlihat tanpa sengaja menabraknya, Membuat Choi Seung-hyun tersadar dari tatapan kosongnya.

"Gwaenchanha" Jawabnya, Setelah pria tersebut kembali melanjutkan langkahnya sedikit tergesa-gesa. Terlihat juga beberapa orang lainnya yang menggunakan seragam sama dengan pria itu, Tidak lupa masing-masing terlihat membawa kamera. Untuk apa para reporter datang ke rumah sakit? Dan mereka berjalan menuju atap rumah sakit, Mungkinkah ada yang hendak bunuh diri?.

Choi Seung-hyun mengelenggkan kepalanya pelan, Dan hendak kembali melangkah kembali sebelum sebuah berita yang tersiar di televisi mampu mengahlikan dirinya.

Dandelions ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang