-FLASHBACK-
Sean's PoV
Setelah tidurku yang tak begitu nyenyak semalam, aku akhirnya terbangun dengan perasaan tak tenang. Sepanjang malam setelah mengantarkan Sarah untuk visum dan melaporkan pemerkosaan terhadapnya, pikiranku terus dipenuhi dengan kekhawatiran tentang perempuan itu. Walaupun mungkin dia sudah aman, aku tetap tak bisa membayangkan betapa ketakutan dan traumanya gadis itu karena kejadian semalam. Dan yang paling menakutkan, trauma itu mungkin saja berlangsung seumur hidup. Ah, aku benar-benar merasa kasihan padanya.
"Babe, didn't you working today?" Leon yang sudah siap untuk berangkat kerja memastikan dirinya tampak rapi di hadapan cermin.
"Bentar lagi, deh." Jawabku yang masih sibuk mengecek ponsel untuk mengecek perkembangan kasus Sarah.
"Nanti telat, loh!"
"Nggak, kok. Lagian aku hari ini mau masuk setengah hari aja."
"Why?!" Pria itu menatapku bingung.
"Aku mau jenguk Sarah."
"Bawahan kamu yang diperkosa last night?" Entah mengapa, mendengar kata-kata itu membuatku sedikit risih.
"Iya."
"Loh, bukannya dia udah sama keluarganya, ya? Semalem kamu anterin dia pulang, kan?" Tanya lelaki itu sambil merapikan barang-barangnya.
"Dia tinggal sendiri di kos-kosannya."
"Kenapa nggak kamu anter ke rumah keluarganya aja? Kan, jadi ada yang jagain."
"Ya, aku nggak bisa maksa dia kalo nggak mau, dong. Mungkin dia belum siap cerita. Kasian, dia pasti trauma banget, kan?"
"Iya, sih. Tapi jangan sering-sering dijenguknya. Nanti dia salah paham, terus naksir kamu lagi! Jangan di PHP anak orang." Kekehnya.
Aku hanya tersenyum kecil mendengarkan kata-katanya.
"Ya udah, aku jalan, ya!" Pria itu mengecup pipiku sebagai tanda perpisahan.
Setelah mengirimkan pesan pada Sarah untuk memastikan keadaannya pagi ini, aku bergegas untuk merapikan penampilanku dan berangkat ke kantor. Sebetulnya kalau aku tak harus mengurus kasus ini ke HRD, aku lebih memilih untuk langsung ke rumah kosnya dan melihat keadaan gadis itu. Tapi memastikan lingkungan kerja kami bebas dari pelaku pelecehan tak bermoral seperti Joshua, tentunya akan jauh lebih penting sekarang.
Sesampainya di kantor, aku bergegas absen dan menyelesaikan pekerjaanku sebelum menuju kantor HRD untuk menyerahkan salinan surat laporan. Syukurlah, menurut Bu Jessy yang merupakan pimpinan tertinggi HRD, lelaki itu akan resmi mendapat surat pemecatan paling lambat tiga hari ke depan. Setidaknya saat Sarah kembali bekerja, ia tak perlu lagi melihat bajingan yang sudah ku pastikan akan mendekam di penjara itu.
"Gimana Sarah?!" Tanya Calvin penasaran hingga sedikit mengejutkanku begitu ia memasuki smoking room kantor kami.
Aku menggeleng pelan menanggapi pertanyaan sahabatku sejak belasan tahun lalu itu. "Dia tetep nggak mau keluarganya tau, Vin. Gue nggak bisa maksa dia balik ke rumah orang tuanya."
"Sekarang dia sendirian di kos?"
"Iya. Makanya habis ini gue mau balik, terus ke kosannya." Jawabku setelah meniupkan asap rokok dari mulutku.
"Lo nggak kerja emangnya?" Pria itu menatapku heran.
"Udah beres."
"Padahal dia anak departemen gue, tapi malah lo yang ngurusin. Thanks ya, Yan."

KAMU SEDANG MEMBACA
The One That Behind You [FIN]
FanficBagi banyak orang, Sean mungkin adalah sosok laki-laki yang mendekati sempurna. Namun bagi Sarah, celah kecil yang membayangi lelaki itu, membuatnya kembali meragu tentang pernikahan mereka yang sudah di depan mata. Ia dihadapkan pada jalan bercaba...