Sarah's PoV
Sejak kejadian di malam saat aku tak sengaja mengungkapkan isi hatiku pada Sean, suasana antara kami berdua menjadi sedikit tidak nyaman. Diam dan senyap kini lebih banyak menghiasi pertemuan kami dibandingkan perbincangan ringan dan hangat seperti hari-hari sebelumnya. Seperti pagi ini misalnya, tak ada perbincangan berarti antara kami saat harus menuju rumah sakit untuk melakukan tes kesehatan pra nikah serta imunisasi TT sebagai persyaratan pendaftaran pernikahan di KUA.
"Sar, aku... nanti nggak bisa temenin kamu masuk. Kamu check-up sendiri nggak apa-apa, kan?" Tanya Sean yang terdengar seperti basa-basi semata di telingaku.
"Iya." Aku mengangguk pelan dan memasang senyum palsu untuknya.
"Aku harus jenguk temenku. Dia lagi opname di sini juga."
Ah, ternyata aku salah paham padanya. "Mau... aku temenin?"
"Aku cuma sebentar, kok. Nanti... aku nyusul kamu, ya." Pria itu menepuk punggungku canggung sebelum pergi meninggalkanku sendirian di area pendaftaran.
Dalam pandanganku, bayangan lelaki itu semakin mengabur seiring jejak langkahnya yang makin memperjelas jarak antara kami. Sosoknya yang lantas hilang ditelan pilar-pilar putih kokoh penopang bangunan ini, seakan menyadarkanku bahwa ia adalah pria yang suatu saat juga akan menghilang dari kehidupanku setelah kami berpisah kelak. Aku tak akan bisa mengharapkan ia dapat ku miliki selamanya, karena aku tahu, hatinya tak akan pernah bisa ku menangkan.
Aku akhirnya merelakan sosoknya berlalu untuk melakukan apa yang diinginkannya, dan memilih segera menghampiri loket registrasi untuk mengkonfirmasi nomor antrian. Setelah mendapat berkas dan menyerahkannya pada petugas terkait, aku duduk dengan tenang sambil menunggu namaku dipanggil.
"Nona Raeshara?" Seorang perawat yang tampak cukup senior mengalihkan pandanganku dari layar ponsel.
"Iya, Sus?" Aku dengan sigap mendatangi wanita itu.
"Pre-marital check up, ya?"
"Iya."
"Kita periksa lab dulu, ya." Ucap perawat itu sambil mengarahkanku untuk masuk ke sebuah ruangan.
Di dalam ruangan bernuansa putih bersih itu, ia memintaku untuk berbaring di atas sebuah ranjang dingin khas rumah sakit. Mataku menatap ke langit-langit ruangan yang terasa hampa itu dan membiarkan para tenaga medis melakukan tugasnya tanpa banyak bicara. Bayangan lamaku tentang persiapan pernikahan dan tes kesehatan pranikah yang akan ku lakukan bersama dengan calon suamiku, kini sudah pudar semenjak menyadari aku tidak akan bisa mendapatkan hal-hal semacam itu dari Sean.
"Calon suaminya nunggu di luar apa gimana?" Tanya perawat itu sambil mencatat hasil tensiku.
"Dia.. lagi nengokin temennya." Jawabku sekedarnya.
"Oh, lagi dirawat di sini juga temennya? Sakit apa?" Ia kembali menggali informasi dariku.
"Gak tau juga, Sus."
"Ngomong-ngomong, calon suaminya nggak ikut check up juga? Sebelum nikah laki-lakinya juga harus periksa, loh." Ucapnya sambil mulai mengambil darahku sebagai sampel.
"Iya, Sus. Nanti dia nyusul." Kataku sembari tersenyum kecil demi menghindari topik yang sedang tak ingin ku bicarakan itu.
Setelah cukup lama berada di ruangan itu dan menyelesaikan segala pemeriksaan terkait, perawat memintaku untuk menunggu di depan ruang konsultasi dokter kandungan yang akan memeriksa serta menjelaskan lebih lanjut tentang kondisi organ reproduksiku. Sembari menanti namaku kembali dipanggil, aku memperhatikan beberapa pasien lain yang juga menunggu giliran. Mayoritas dari mereka adalah wanita yang sedang mengandung dan ditemani oleh pasangan atau keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The One That Behind You [FIN]
FanfictionBagi banyak orang, Sean mungkin adalah sosok laki-laki yang mendekati sempurna. Namun bagi Sarah, celah kecil yang membayangi lelaki itu, membuatnya kembali meragu tentang pernikahan mereka yang sudah di depan mata. Ia dihadapkan pada jalan bercaba...