03 • Complex

6.1K 464 3
                                    

"Kamu cantik."

Aku yang sedikit bingung mencoba mengkonfirmasi ucapan yang baru saja dilontarkan pria di hadapanku. "Hah?"

"Kamu cantik. Cantik banget." Sean mengulangi kata-katanya.

Dunia seolah berhenti berputar saat telingaku memastikan bahwa apa yang ku dengar darinya bukanlah kesalahan sistem berpikir otakku. Debar jantungku yang mulai kacau setelah melihat betapa tampannya Sean dengan setelan jas berwarna krem, bertambah tak karuan saat satu lengan kekarnya mulai melingkar lembut di pinggangku. Sungguh! Kalau saja bisa, aku ingin sekali kabur dari tempat ini sekarang juga. Bukan karena tidak suka, tapi karena aku terlampau gugup dan malu sekarang.

"Sarah!"

"Iya?" Aku yang sempat kehilangan konsentrasi sesaat, refleks menoleh ketika Mino, teman kuliah Sean yang juga bertindak sebagai fotografer sesi prewedding hari ini memanggil namaku.

"Coba, deh, tangan lo dua-duanya ditaruh di pundaknya Sean."

Aku yang merasa pose itu akan menimbulkan sedikit kecanggungan, lantas menatap Sean sekilas.

"Nggak apa-apa. Sini." Ia tersenyum hangat seraya menuntunku untuk meletakkan tanganku di pundak lebarnya sesuai dengan perintah Mino.

"Yan, tangan lo satunya dipindah ke punggung Sarah, ya." Tambahnya.

Aku sedikit tersentak ketika tangan Sean yang hangat, perlahan menyentuh kulit punggungku yang sedikit terbuka karena model dress yang ku kenakan. "Gini, no?"

Mino mengacungkan jempolnya pada kami. "Mantap! Oke, sekarang saling tatap, ya! Tahan, senyum, satu... dua...good!"

Di bawah bantuan serta arahan Mino dan krunya, aku dan Sean yang tidak memiliki latar belakang modelling, akhirnya berhasil menyelesaikan salah satu agenda yang sudah di atur oleh pihak wedding organizer untuk sepanjang hari ini. Sebenarnya aku sendiri juga tidak masalah kalaupun pernikahan kami tak memiliki foto prewedding untuk dipajang saat resepsi. Toh, sepertinya yang akan menyimpan foto itu nantinya juga hanya aku seorang.

Setelah berganti dengan pakaian yang lebih nyaman dan membereskan segala tetek bengek persoalan foto hari ini, aku dan Sean memutuskan untuk sekedar beristirahat sejenak sembari menyantap makan siang di kafe milik adik perempuan Mino. Karena kafe ini terletak persis di sebelah studio sang kakak, kami sekalian saja melihat-lihat dan memilih hasil foto yang paling bagus untuk diedit dan dicetak. Kebetulan seluruh fotonya juga sudah selesai dipindahkan ke USB dan Sean membawa laptopnya di mobil.

"Tiga bulan lagi, ya?" Celetuk Sean saat aku sibuk mencatat foto mana saja yang menjadi masuk dalam daftar pertimbangan kami.

Aku mengangguk pelan. "Nggak kerasa, ya."

"Iya," lirih pria itu tersenyum kecil sembari memandangi layar gawainya yang sedari tadi tak berubah, "nggak kerasa."

Ku habiskan sisa minumanku sambil sesekali mencoba mencuri pandang ke arahnya dari ujung mataku. Melihat ekspresinya itu, aku jadi kembali teringat saat ia masih aktif bertugas sebagai kepala departemen keuangan internal di kantorku sekarang. Sean adalah salah satu dari beberapa pria yang berhasil masuk ke dalam jajaran favorit para gadis lajang untuk didekati. Bukan hanya karyawan di perusahaan kami, karyawan perusahaan lain, bahkan para klien pun mengakui visualnya yang begitu menarik perhatian.

The One That Behind You [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang