Epilog

443 51 6
                                    

4 tahun kemudian..

Ada banyak sungai di dunia ini, juga sungai-sungai kecil yang mungkin di sebuah tempat kering, tinggi, atau terpencil. Setiap sungai pasti melewati perjalanannya untuk bermuara pada sebuah tujuan, entah danau atau lautan. Dan tentu dari perjalanan tersebut tidak dapat disamakan satu sama lain.

Layaknya sebuah sungai yang bermuara, meskipun berliku-liku dan mungkin rumit, Dahyun akhirnya mampu menemukan muaranya. Meskipun awalnya ia menolak, banyak hal terjadi, dan membuatnya ingin berlari saja dari semuanya. Jimin sebagai muaranya awalnya tidak membuat perempuan itu yakin, tapi hati dan takdir tidak dapat diubah sekuat apapun ia berusaha. Seolah apapun yg terjadi Dahyun akan selalu kembali pada Jimin, begitu pula Jimin akan selalu kembali pada Dahyun.

Jimin masih tidak dapat menjanjikan Dahyun sebuah 'happy ever after' seperti dalam dongeng yg mungkin saja dijanjikan oleh pria-pria lainnya saat melamar perempuan mereka atau agar mendapatkan hati mereka. Aku akan membuatmu bahagia, aku tidak akan membuatmu menangis, dan masih banyak lagi kalimat yg bisa dipakainya untuk menaklukan hati Dahyun. Tapi Jimin memutuskan untuk tidak, ia hanya akan menjanjikan apa yg benar-benar dari dirinya dan apa yg ia bisa jaga.

"Nikah sama aku ya" ucap Jimin dengan kepala Dahyun di perutnya. Mereka berdua berbaring di atas lapang rumput pinggir danau yang dikelilingi beberapa pohon pinus.

Dahyun segera mengubah posisi tubuhnya, tengkurap menatap tepat pada wajah Jimin yang juga masih santai berbaring.

"Mau ya nikah sama aku" ulang Jimin sekali lagi, menatap tepat kedua mata Dahyun.

"Aku nggak percaya kamu bakal ngelamar aku dalam keadaan kayak gini" ucap Dahyun, tangannya merapikan rambut-rambut kecil Jimin yg berantakan karena angin.

"Emang harusnya gimana?"

"Mmmh.."

Pantulan cahaya matahari, wajah putih mulus, bibir merah muda merona, dan rambut hitam Dahyun yg bergerak pelan terkena angin. Pemandangan indah yg Jimin tidak pernah bosan untuk memandangnya setiap hari. Apalagi saat ia berpikir seperti sekarang, terlihat gemas walaupun perempuan itu tidak berusaha.

"Kamu, mungkin akan menyewa satu restoran mewah beberapa hari sebelumnya. Memasukkan cincin di salah satu dessert, supaya surprise. Lalu saat aku berhasil menemukan cincin itu, kamu akan berlutut trus bilang 'Dahyun, the love of my life, will you marry me?'"

"Atau!"

"Kamu ngundang temen-temen ke bioskop dimana kamu akan ngelamar aku disana, lalu nantinya temen-temen kita akan menyanyi bersama lagu paling romantis" lanjut Dahyun sambil tersenyum jahil.

"Oh... kamu mau aku kayak gitu?"

Dengan cepat Dahyun menggeleng.

"Nggak. Jangan berani-beraninya ya" ancam Dahyun mencubit pipi Jimin.

"Jadi gimana, mau ya?"

"Mau nggak ya?" 

Jari-jari Jimin kemudian menyerang perut Dahyun sehingga dia tertawa geli. Mereka bergulung-gulung di rerumputan. Jimin terus menggelitiki mengancam Dahyun agar menjawab dengan sungguh pertanyaannya sementara Dahyun tetap mengelak untuk menjahili Jimin. Terlihat seperti anak-anak, tapi begitulah mereka. Ada saat dimana perasaan mereka dijalani secara dewasa dan ada saat sisi anak-anak mereka saling tidak mau mengalah. Beberapa konflik, tidak sependapat, bahkan tangisan, tidak terasa berjalan begitu saja 4 tahun semenjak Dahyun memutuskan untuk membuka dirinya untuk Jimin.

Berhasil, Jimin mengunci tubuh Dahyun dibawahnya. Tawa mereka perlahan mulai berubah menjadi tatapan serius. Tangan kanan Jimin membersihkan rerumputan kecil yg menyangkut di rambut Dahyun. 

"Aku mau hidup sama kamu"

"Mungkin nanti di perjalanan, kamu, aku, atau bahkan kita berdua sama-sama tidak sadar menyakiti satu sama lain. Mungkin akan tetap ada tangis, konflik, dan hal-hal yg menguji hubungan ini. Tapi aku yakin, satu-satunya yg bisa aku janjikan adalah aku akan selalu kembali ke kamu, pulangku akan selalu ke kamu, rumahku itu kamu" lanjut Jimin.

Kedua tangan Dahyun menangkup wajah Jimin.

"Aku mau jadi rumah kamu. Tempat kamu selalu kembali dan seseorang yg bisa kamu lihat setiap hari" jawab Dahyun akhirnya.


Sempat Dahyun percaya akan ada seseorang seperti pangeran berkuda yg datang padanya, seseorang yg manis dan impian semua orang dengan pertemuan romantis layaknya drama atau cerita-cerita yg pernah di dengarnya. Kemudian mereka disatukan takdir dan berakhir dengan bahagia selama-lamanya. Tapi semakin dewasa ia tau, bahwa terkadang pangeran impian tidak datang dengan cara romantis, tetap membuatnya kecewa, tetap membuatnya menangis. Karena pada dasarnya pangeran impian itu juga hanya seorang manusia, sama halnya dengan Dahyun. Tidak sempurna dan tidak selalu bisa membuat semua orang bahagia.

Oleh karena itu, konsep negeri dongeng dengan 'happy ever after' hanya ada di dongeng saja. Daripada itu Jimin dan Dahyun lebih memilih membangun konsep dan komitmennya sendiri. Sesuai pada hakikat pernikahan nantinya, mereka akan selalu bersama dan menjaga dalam keadaan sakit, susah, maupun senang sampai maut memisahkan.


The End



P.s : Yeay... iya epilog ini sebagai penutup rangkaian cerita panjang Deal or No. Terimakasih semua yg mungkin aja ada yg setia dan tanpa lelah nunggu update cerita ini. Entah pembaca dari awal atau pembaca baru juga, terimakasih. Maaf kalau selama ini author ngeselin karena ceritanya udah hilang arah karena lama nggak lanjut-lanjut, atau mohon dimaklumi kalau update per chapternya lama serasa nunggu covid ini yg nggak kelar-kelar dan bikin frustasi hehe. Terakhir, semoga semua dalam keadaan sehat-sehat dan I wish u happy :) 

Deal or NoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang