P.s : Sedikit spoiler, part ini panjang banget 2300 kata lebih. Tapi penulisannya menguras jiwa kejombloan author, guling-guling, nyut-nyutan, sampe Ya Tuhan kenapa aku jomblo... hehe.
Oh iya, medianya cukup menggambarkan inti part ini. Malah tadinya pilih Ariana yang Touch It, tapi kayanya itu ntar aja deh. Eh, ga deng, ga mau nulis 18++ wkwkwk
"Sorry gue ganggu lo"
"Atau lo lagi nunggu seseorang?" tanya Jimin agak kikuk, begitupun Dahyun yang tidak tau harus apa.
"Nggak" jawab Dahyun sedikit cepat. Ia sendiri kaget dengan cara menjawabnya.
Beberapa detik mereka hanya saling menatap kemudian bersama-sama menggaruk leher masing-masing yang tidak gatal sama sekali.
"Gue bisa ngomong sama lo?" tanya Jimin berhati-hati. Pria itu masih tidak yakin Dahyun mau bertemu atau bahkan memaafkannya.
"Kok lo lama banget, siapa sih?" SinB yang dari tadi merasa aneh karena Dahyun tidak juga kembali menyusulnya, menarik lebar pintu yg tadinya dipegang erat Dahyun.
"Oops" celetuk SinB melihat siapa yg berdiri di depan mereka.
"Oh! Gue baru inget, harusnya sekarang gue nganterin Umji ke salon. Gue duluan ya"
Tanpa berpikir dua kali tiba-tiba SinB menyenggol Dahyun minggir dari pintu agar dia bisa berlari keluar apartemen. Bahkan perempuan itu tidak menengok kembali, tidak memberikan kesempatan Dahyun untuk berbicara. Padahal saat-saat ini Dahyun butuh saran, apa yang harus ia lakukan.
Kepergian SinB meninggalkan kesunyian diantara mereka berdua. Dahyun juga masih menatap kosong ke arah lift yg dinaiki SinB tadinya.
"Jadi?" ucap Jimin membuat kedua mata Dahyun fokus kembali kepada pria didepannya itu.
Dahyun mengangguk dan memberi jalan agar Jimin bisa masuk ke apartemennya. Namun sebelum masuk Jimin menaikkan kedua alisnya seolah memastikan ia tidak salah.
"Kalau lo nggak nyaman, kita bisa bicara diluar"
"Nggak" jawab Dahyun singkat. Ia tidak bisa membiarkan kemungkinan ia terlihat berdua bersama Jimin, lagi. Terpaksa membiarkan Jimin masuk ke apartemennya. Setelah ini ia harus memastikan ibunya tidak datang.
Jimin masuk ke dalam apartemen Dahyun, bangunan simpel yang didominasi cat warna putih dengan warna-warna kayu dan pastel pada furniturnya. Selain sang manager dan ayahnya, Jimin satu-satunya pria asing yang ia bawa masuk ke apartemennya. Maka dari itu Dahyun segera mengirim pesan ke ibunya agar tidak datang hari ini.
"Duduk, lo mau minum?"
"Ha?"
"Apa aja" sambung Jimin. Ia masih tidak percaya dengan reaksi Dahyun saat ini. Perempuan itu terlihat lebih tenang dari yang diperkirakan Jimin. Padahal sebelumnya ia tidak berharap Dahyun akan membukakan pintu apartemennya. Jimin sadar, perlakuannya masih belum bisa dimaafkan. Apalagi dengan sikap keras kepala yang tidak berubah dari Dahyun, masih sama seperti waktu mereka kecil dahulu.
Dahyun kembali ke meja makan, tempat mereka berdua duduk berhadapan. Sekaleng lime soda ia sodorkan ke hadapan Jimin.
"Gue mau minta maaf sama lo"
Jimin mengetuk jari telunjuknya pada kaleng soda yang telah ia genggam.
"Hampir 5 tahun yg lalu, malam itu, gue kelewatan. Nggak seharusnya gue ngelakuin itu ke lo"
Dahyun mengangguk-angguk. Ia melipat kedua tangannya ke depan dada.
"Jadi gue minta maaf atas sikap gue di malam itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Deal or No
FanfictionBagaimana jika kamu seorang idol terkenal tapi orang tuamu justru tiba-tiba berniat menghancurkan karirmu yang mulai cemerlang? Bercerita tentang seorang Kim Dahyun yang mati-matian menolak perjodohannya dengan seorang idol papan atas, Park Jimin.