pre-note :
gaes, gaes, gaes, (wwkwkwk) kalian wajib denger lagu dari hyorin yang aku taruh di header. soundtrack menulisku di bab ini, maybe it can relate the story. enjoy it.
"Ikut denganku"
Jimin menarik tangan Dahyun dan membawanya masuk ke dalam mobil suv berwarna abu-abu yang terparkir tidak jauh dari salon.
Dahyun masih mengumpulkan kewarasannya karena mendadak ditarik. Bagaimana Jimin bisa tau kalau dia sedang ada disitu. Bukannya dia sudah pulang setengah jam lebih yang lalu? Apa dia tidak sengaja lewat salon ini lagi.
"Kenapa kau membawaku kesini?" satu kalimat meluncur dari berbagai pertanyaan yang muncul dibenak Dahyun.
Jimin terlihat tak menggubris, justru sibuk mengencangkan sabuk pengamannya dan menyalakan mesin mobil. Satu dua detik Dahyun panik, ia mencoba membuka pintu disampingnya berkali tapi gagal.
"Ya! Buka pintunya, turunkan aku" suara Dahyun meninggi.
Kaki Jimin yang tadinya menginjak gas tiba-tiba saja beralih pada rem.
'Ciit'
'Dak!'
"Aaaww!" teriak Dahyun memegangi dahinya yang menatap dashboard mobil karena laju mobil yang mendadak berhenti.
"Ya! Apa kau gila, kau mau membunuhku?" marahnya pada Jimin.
Jimin mematikan mesin mobilnya, melepaskan sabuk pengaman yang melilit tubuhnya. Ia bersandar pada jok mobil, kemudian tertawa kecil tak percaya atas apa yang didengarnya dari perempuan disebelahnya ini.
"Ya? Yaa!?"
"Bukan satu kali, kau bahkan dua kali memanggilku 'Ya!' Hah, sungguh tidak bisa dipercaya" ucap Jimin.
Dahyun lebih tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Bisa-bisanya dia mempersalahkan kata 'Ya' dan membuat seseorang bertaruh nyawa.
"Turunkan aku"
"Sekarang. Buka pintunya"
Jimin tidak bergeming, ia menatap datar ke depan.
"Sekarang!"
"Kau bisa membuka pintumu sendiri"
"Bagaimana aku bisa? Ini kau kunci, apa aku harus memecahkan kacanya!" geram Dahyun.
Jantungnya sekarang tak karuan. Meskipun Dahyun banyak membentak Jimin, tapi dalam hatinya ia sedikit ketakutan. Beberapa kalimat yang diawali 'bagaimana jika...' berkelabutan dipikirannya.
Bukannya menuruti perintah Dahyun, Jimin justru mencondongkan badannya ke arah Dahyun yang duduk di kursi penumpang sebelahnya. Matanya mengunci mata Dahyun yang terbelalak kaget. Kemudian menyusuri wajah Dahyun, dari atas hingga dagu.
Dahyun menggeser tubuhnya mundur membuat punggungnya menempel jok kursinya.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya sangat lirih dan sedikit ada getaran di suaranya. Bohong jika sekarang Dahyun tidak merasa was-was.
Lalu tiba-tiba Jimin tertawa kecil, memperlihatkan lengkungan bibirnya dan sedikit deretan gigi putihnya yang hanya berjarak beberapa senti di depan Dahyun.
"Lain kali kau harus memasang sabuk pengamanmu" ucap Jimin dibarengi dengan gerak tangannya menarik sabuk pengaman kursi Dahyun.
Tubuh Jimin begitu dekat dengan Dahyun. Lagi-lagi Dahyun mampu menghirup aroma Jimin.
"Biar aku saja" rebut Dahyun. Ia merebut sabuknya dari Jimin dan mengaitkannya sendiri.
Jimin kembali membenarkan posisi duduknya, menghadap kemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deal or No
FanfictionBagaimana jika kamu seorang idol terkenal tapi orang tuamu justru tiba-tiba berniat menghancurkan karirmu yang mulai cemerlang? Bercerita tentang seorang Kim Dahyun yang mati-matian menolak perjodohannya dengan seorang idol papan atas, Park Jimin.