Kedua mata Dahyun mengerjap saat sinar matahari menganggu tidur lelapnya. Satu dua kali, dia seketika bangun saat sadar keberadaannya.
'Bruk' pintu mobil terbuka kemudian tertutup kembali.
"Udah bangun? Nih" tanya Jimin memasuki pintu kemudi dan duduk. Ia juga menyodorkan susu kemasan rasa pisang pada Dahyun.
Diamatinya Jimin masih menggunakan baju yg ia pakai kemarin malam. Dirinya sendiri pun begitu, hanya saja berselimut lengkap dan tempat duduknya yg telah direndahkan sandarannya.
"Semalam.."
"Lo tidur. Di rooftop cafe. Tapi daripada masuk angin, gue pindahin ke mobil"
"Kok lo nggak bangunin gue?"
Jimin tidak langsung menjawab. Ia justru meminum susu kemasan miliknya yg tadi ia beli di mart seberang jalan tempat mobil Jimin parkir. Sementara Dahyun masih bingung, menunggu jawaban dari mulutnya.
"Nggak suka susu rasa pisang? Kalau nggak suka buat gue aja"
"Lo belum jawab"
Dahyun menampik tangan Jimin yg akan mengambil susu kemasan yg tadi ia berikan ke Dahyun.
"Kenapa nggak bangunin gue"
"Lo sendiri ngerasa kalo ada orang yg lagi gendong lo saat lo tidur?"
Dahyun menggeleng pelan.
"Nah kan udah tau jawabannya"
"..."
"Pelor. Nempel, molor. Susah dibangunin" jawab Jimin di hadapan Dahyun sambil merebut susu kemasan di tangannya. Namun setelah Jimin menusukkan sedotan dan hampir meminumnya, tangan Dahyun lebih dulu menyerobot susu kemasan miliknya tadi dan meminumnya.
Tanpa sadar Jimin tersenyum kecil melihat Dahyun memasang wajah cemberutnya sambil meminum susu kemasan miliknya.
"Harusnya lo tetep bangunin gue. Apapun alasannya" gerutu Dahyun dengan mulut masih meminum susu kemasannya.
Kali ini Jimin tidak menjawab. Ia segera menyalakan mesin mobilnya.
"Kemana?"
"Kemana? Pulang lah, lo nggak mau pulang?"
"Mh"
Dahyun segera membenarkan kursinya dan mengutuk pertanyaan bodohnya.
***
Mobil berhenti tepat di depan pintu apartemen dorm Twice. Dahyun segera melepas sabuk pengamannya.
"Thanks"
Jimin menoleh ke arah Dahyun.
"Lo yakin kan bisa mengakhiri semuanya sendiri?"
"Hm?"
"Pertunangan ini, yang lo bilang kemarin"
So, here we go again the real Park Jimin, batin Dahyun.
Dahyun menghela nafas dalam, perlahan.
"Lo kenapa nggak mau bantuin gue?" ucap Dahyun. Sebenarnya ia juga sangat kepo dengan alasan Jimin yang juga ingin mengakhiri pertunangan mereka tapi acuh tidak berusaha.
"Lo mau turun disini atau masih mau ikut gue?"
Bukannya menjawab lagi-lagi Jimin mengubah topik pembicaraan dengan mengusir Dahyun agar segera turun. Dahyun mengerutkan keningnya, menatap aneh Jimin.
"Lo nggak jawab lagi pertanyaan gue"
"Oke"
Jimin menyalakan mesin mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deal or No
FanfictionBagaimana jika kamu seorang idol terkenal tapi orang tuamu justru tiba-tiba berniat menghancurkan karirmu yang mulai cemerlang? Bercerita tentang seorang Kim Dahyun yang mati-matian menolak perjodohannya dengan seorang idol papan atas, Park Jimin.