Dulu sewaktu duduk di sekolah menengah atas, Dahyun pernah beberapa kali mengunjungi psikolog atas saran dari kedua orang tuanya. Tentunya setelah Dahyun melewati masa panjang beberapa pemeriksaan mulai dari dokter umum hingga ayahnya sendiri. Karena beberapa kali tubuhnya merasa sakit semua, jantungnya juga tiba-tiba berdetak lebih cepat, ia kesusahan bernafas, dan segala pikiran bahwa ia sekarat tiba-tiba saja muncul. Ternyata keadaan gelap membuat rasa cemas berlebih pada Dahyun, dan apabila kondisi tersebut tidak lagi dapat ia kendalikan maka tubuhnya terkena serangan panik atau panic attack.
"Dahyun memang tidak bisa lama-lama di kegelapan. Anxiety nya sering kambuh kalau di situasi tersebut" jelas SinB.
Jimin masih berdiri dipojokkan dinding belakang sofa tempat Dahyun dibaringkan. Dahyun jatuh pingsan setelah beberapa detik di gendongannya. Pada saat Jimin memasuki lorong backstage beberapa orang sempat terkejut dan berita Dahyun yang pingsan dibawa oleh Jimin telah menyebar hingga ruangan Gfriend. Membuat sahabat baiknya, SinB, ikut menyusul ke ruang tunggu Twice.
"Padahal akhir-akhir ini dia mengaku kalau sudah tidak takut gelap. Bahkan kemarin ia mau kita ajak nonton film horror" ucap Jihyo sambil terus mengusap tangan Dahyun yang masih cukup dingin. Semua anggota Twice dan SinB berkumpul di sekitar sofa, begitupun manajer mereka. Selain gelap, Dahyun juga menghindari film horror atau thriller. Ia takut jika sewaktu menonton film-film genre tersebut justru cemas nya tiba-tiba datang.
"Kita telepon dokter atau ibunya saja ya?" Tanya manajer eonni berkutat dengan ponselnya. Memang agenda Twice hari ini sudah selesai, tapi agensi berkewajiban atas kondisi kesehatan artisnya.
Dahyun bergerak. Keningnya berkerut mencium harum minyak aroma terapi yg tadi dioleskan sekitar tubuhnya.
"Dahyun eonni.." Chaeyoung mendekat menyadari gerak-gerik teman sekaligus seseorang yg ia anggap kakaknya itu.
"Kau sudah baik-baik saja?" Manajer eonni melupakan niat menghubungi dokter dan ikut bergabung bersama anggota Twice yg lain mengelilingi Dahyun.
Dahyun mengurut kepalanya dan berusaha untuk duduk. Ia melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Aku pingsan sangat lama ya..." ucapnya begitu sadar wajah semua orang disekelilingnya terlihat lelah.
"Syukurlah kau segera sadar. Sudah lebih baik? Apa kita ke dokter sekarang?" tanya manajer eonni.
Dahyun menggeleng lemah.
"Lo bener udah baik-baik aja?' tanya SinB yang dijawab anggukan oleh Dahyun.
"Gue nggak sakit parah sampe sekarat kali Bi" Dahyun terkekeh kecil.
"Emang bukan lo yg sekarat, tapi yg gendong lo tadi..." cuit SinB yang semakin lirih hingga hampir tidak terdengar oleh siapapun kecuali dirinya sendiri.
Dahyun yang telah mendengar setengahnya menatap SinB penuh tanya. Sementara SinB hanya senyum datar dan menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu ayo kita segera pulang ke dorm saja" putus Jeongyeon.
"Eonni, bisakah aku hari ini pulang ke rumah saja?"
"Besok pagi aku akan kembali ke Seoul, aku janji sebelum latihan terakhir untuk showcase aku sudah sampai studio" lanjut Dahyun.
Setelah berpikir sejenak, manajer eonni memutuskan,
"Oke. Biar op-.."
"Biar aku yang mengantarnya" sela Jimin yang sedari tadi hanya diam-diam mengamati Dahyun.
Semua mata tertuju pada Jimin, begitupun Dahyun yang baru menyadari keberadaannya berdiri di pojokkan.
"Ternyata kau masih disini" Jihyo juga baru menyadari kalau sedari tadi Jimin tak bergerak dari ruangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deal or No
FanfictionBagaimana jika kamu seorang idol terkenal tapi orang tuamu justru tiba-tiba berniat menghancurkan karirmu yang mulai cemerlang? Bercerita tentang seorang Kim Dahyun yang mati-matian menolak perjodohannya dengan seorang idol papan atas, Park Jimin.