(1) Steal A Glance

70 10 0
                                    



Aku melihat pria itu lagi. Pria yang beberapa hari ini menyita perhatianku. Dia bekerja sebagai kasir di café yang bersebelahan dengan toko bunga tempatku bekerja paruh waktu. Ingin sekali berkunjung ke café seperti biasanya, tapi aku tak siap. Sejak dia bekerja di sana, aku sama sekali belum pernah menginjakkan kakiku ke dalam. Aku terlalu nervous.

Alhasil aku hanya berdiri di luar sambil pura-pura bermain ponsel, tapi seringnya sih melirik ke arah dalam. Melihat wajah rupawan yang akhir-akhir ini memenuhi pikiranku. Wajah rupawan dengan kulit sedikit gelap, membuatnya terlihat seksi sekaligus manis.

"Chaeyeon-ah, kau belum pulang?" Mengalihkan pandanganku yang semula melirik ke dalam café menuju Bibi Jung, pemilik toko bunga.

"Eh, Bibi. Belum." Hanya meringis.

"Ayo, aku akan mentraktirmu kopi." Ucap Bibi kemudian dia masuk ke dalam café.

Hey hey hey, tunggu dulu. Apa-apaan ini? Bibi akan mentraktirku di sini? Di café tempat pria tampan bekerja? Apa yang harus aku lakukan?

"Chaeyeon-ah," Bibi yang awalnya sudah masuk, kembali lagi keluar hanya untuk memanggilku. Tak enak menolak, aku pun masuk bersama Bibi.

Aku sama sekali tidak memiliki keberanian untuk mengangkat kepala. Hanya bisa menunduk karena terlalu gugup. Ini adalah kali pertama aku berdiri dalam jarak sedekat ini dengan ....

Kim Mingyu.

Walau gugup, aku menyempatkan diri melihat tanda pengenalnya. Namanya bagus, sebagus wajah dan postur tubuhnya. Dia ini tinggi sekali sih?

"Chaeyeon-ah." Bibi menyenggolku. "Kau mau pesan apa?"

"Emmm, terserah Bibi saja."

"Aish kau ini. Biasanya bersemangat sekali saat aku traktir, tapi kali ini malah terlihat pasrah. Kalau begitu dua cappuccino hangat.

Setelah Bibi Jung membayar, kami pun memilih tempat. Nasib baik Bibi mengajakku duduk cukup jauh dari tempat Mingyu berada. Eh, apa aku baru saja menyebut namanya? Aduh aku tiba-tiba jadi malu.

"Kau kenapa sih?"

Aku tersadar, kemudian menatap Bibi Jung yang duduk di hadapanku. Aku meringis. "Aku tidak apa-apa Bibi."

"Jika tidak apa-apa kenapa tingkahmu aneh sekali?"

"A-aku benar tidak apa-apa."

Drrrrttt drrrrtttt. Bibi Jung menyerahkan benda berbentuk pipih persegi panjang itu. "Ini, kau yang ambil."

"A-aku?"

Bibi Jung mengangguk. Benar juga, biasanya juga aku yang mengambil. Namun kali ini aku harus bagaimana? Ada Mingyu di sana. Aku tidak berani.

"Hey, kenapa diam saja? Kau mau aku yang mengambilnya?"

Aku buru-buru menggeleng. Sangat tidak sopan jika Bibi Jung harus berdiri sementara aku duduk manis padahal dialah yang telah mentraktirku. Selain itu Bibi Jung juga lebih tua dariku. Jadi mau tidak mau aku mengambil benda itu, kemudian berjalan dengan langkah pelan menuju tempat pria tampan berada.

Tanpa menatap sedikit pun, aku menyodorkan alat yang kupegang. Dia menerimanya, kemudian menyodorkan dua cappuccino kepadaku.

"Te-terima kasih." Aku tidak bisa mengendalikan rasa gugupku.

"Santai saja Chaeyeon-ssi."

Perkataannya spontan membuatku mendongak. Menjatuhkan pandanganku pada wajah tampannya. Dia tersenyum, manis sekali. Aku tidak menyangka dia akan setampan ini jika dilihat dari jarak dekat. Dan sekarang aku benar-benar tidak bisa melepas tatapanku padanya. Seolah dia memang telah menjeratku dan aku tidak bisa ke mana-mana.

Crazy In Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang