*
*
*
*
*
Sangat membahagiakan saat hubunganku dengan Mingyu berjalan dengan baik selama hampir tiga bulan ini. Tidak ada percekcokan dalam artian parah. Kami baik-baik saja, hanya terkadang dia membuatku kesal. Dia itu hobi sekali menggodaku. Namun justru itulah yang membuatku sangat senang berada di sisinya. Tidak pernah bosan.
Jangan lupakan pula wajah tampannya itu. Bagaimana tidak bersyukur jika aku memiliki kekasih seperti dia? Dia itu paket lengkap. Selalu bisa membuatku bahagia dan nyaman.
Lihatlah, sekarang dia sudah berdiri di bawah. Melambaikan tangannya padaku yang akan segera menuruni tangga ini. Aku sudah tidak sabar untuk bisa memeluknya.
"Pelan-pelan, kau bisa tersandung." Ucapnya saat melihatku berlari penuh semangat.
"Aman." Ucapku saat berhasil mendarat dalam pelukannya. Rindu sekali padahal hanya berpisah semalam.
"Jangan lari-lari seperti itu."
"Aku sudah tidak sabar ingin memelukmu."
Dia tersenyum. Itu sudah menjadi makanan sehari-hari untukku. Senyum Mingyu adalah vitamin untukku. Membuatku segar dan bersemangat dalam waktu singkat.
Kami mulai melangkah, menuju kampusku. Selama hampir tiga bulan ini Mingyu tak pernah absen dalam menjemput dan mengantarku pulang. Dia selalu siap sedia. Terkadang membuatku bertanya-tanya tentang bagaimana kehidupan pribadinya jika dia terus-terusan ada untukku.
Bukannya tidak senang jika dia selalu ada untukku, tapi aku juga harus memikirkan masa depan. Jika dia terus-terusan mengurusku tanpa mengurus dirinya sendiri, lantas bagaimana jika kita menikah kelak? Apa dia akan terus-terusan mengantarku ke sana ke mari? Apa dia tidak akan bekerja?
Aish, pikiranku sudah terlalu jauh. Bahkan kami masih terlalu muda untuk menuju ke jenjang itu. Kami juga tidak tahu apa yang bisa terjadi esok. Bukan berarti aku berharap hubunganku dengan Mingyu berakhir, hanya saja yang esok masih menjadi misteri. Jadi aku belum berani berpikiran lebih jauh. Namun andai kata Mingyu mengajakku menikah, aku jelas mau. Hihi.
"Kau belum sarapan kan?"
Mingyu menggeleng. Bibirnya sedikit mengerucut. Imut.
"Kita beli sandwich di dekat kampusku saja ya? Hari ini aku tidak sempat memasak, jadi tidak bisa membuatkan sarapan untukmu."
Bibirnya semakin mengerucut. "Padahal aku ingin makan masakanmu."
"Nanti malam saja ya, aku akan memasak untukmu. Bagaimana?"
"Baiklah."
Aku tersenyum. Mingyu tidak pernah rewel, suka menurut dan yang pasti tampan.
*
*
*
"Mingyu." Aku berlari keluar dari gedung kuliah, menghampiri Mingyu yang sudah menunggu seperti biasa.
"Aku kan sudah bilang, jangan berlari. Aku tidak mau kau jatuh."
Aku hanya meringis. Senang sekali melihat Mingyu mengomel karena khawatir padaku.
Aku menarik tangannya. "Ayo, kita makan siang di kantin fakultas Yugyeom. Dia akan mentraktir kita katanya."
"Tidak mau." Mingyu berhenti. Terpaksa aku pun berhenti. Tak kuat menarik tubuhnya yang tinggi nan kokoh itu. Lagi pula kenapa sih? Biasanya dia senang-senang saja saat Yugyeom mentraktir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy In Love ✓
FanfictionKisah tentang Jung Chaeyeon yang tertarik dengan si tampan, karyawan café di dekat tempatnya bekerja. Namun siapa sangka jika pria tampan yang dia suka itu ternyata juga punya ketertarikan terhadapnya. Lantas, apa yang akan terjadi pada mereka? Aka...