*
*
*
*
*
Sebut saja aku dan Mingyu benar-benar berakhir karena saat ini aku dan ibu dari pria itu sedang berada di tempat yang sama―café-nya Jihoon. Duduk berhadapan dan hanya dihalangi oleh meja bundar yang di atasnya ada dua gelas minuman. Kami sedang membahas tentang hubunganku dengan Mingyu.
Sebut saja sedang membahas tentang aku yang harus segera mengakhiri hubunganku dengan pria itu.
"Chaeyeon-ah, kau mendengarku kan?"
Aku memaksakan senyum. "Ne. Aku akan segera mengakhiri hubungan kami. Anda tenang saja."
Nyonya Kim tersenyum lebar. Sebahagia itukah dia? Apakah dia tidak bisa melihat seperti apa ekspresi asliku jika tidak aku tutup-tutupi dengan senyum palsu?
Jujur, aku merasa kecewa. Awalnya aku merasa memiliki sedikit harapan saat wanita paruh baya ini memperlakukanku dengan baik. Kukira jalanku akan sedikit mudah karena ibu Mingyu menyukaiku. Nyatanya tidak seperti itu. Aku justru dijatuhkan. Semacam aku diberi harapan palsu.
Harapan palsu? Tidak, itu tidak tepat. Ibu Mingyu tidak pernah memberikan harapan apa-apa. Hanya saja, aku yang terlalu berharap. Haha, Jung Chaeyeon benar-benar menyedihkan.
"Ya sudah kalau begitu aku pergi dulu ya? Ada beberapa hal yang harus aku urus."
Aku hanya tersenyum. Tak ingin menjawab apa-apa karena aku sedang menahan tangis. Biar saja aku dikata cengeng.
Dan ya, aku menangis. Sesenggukan. Menenggelamkan kepalaku di lipatan tangan yang aku letakkan di atas meja. Aku tak tahan. Rasanya begitu sesak, begitu berat. Ini benar-benar menjadi akhir untukku dan Mingyu.
"Chaeyeon-ah," Seseorang sedikit mengguncang tubuhku. Aku tahu itu suara Jihoon.
Ya ya, harusnya aku sadar diri. Aku sedang berada di café pria mungil itu. Tidak seharusnya aku menangis seperti ini. Tidak enak pula pada pelanggan lain.
Aku mengangkat kepala kemudian dengan segera menghapus air mataku.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Jihoon sarat akan kekhawatiran.
"Tidak apa-apa. Aku pergi dulu." Aku memaksakan senyumku. Tidak enak rasanya jika menunjukkan kesedihan pada orang lain.
Aku segera pergi, setengah berlari menuju toko bunga. Di sana aku bisa menangis dengan bebas. Mumpung toko sudah tutup dan Bibi Jung sudah pulang.
Sepertinya malam ini aku menginap saja di toko bunga agar aku bisa menangis sepuasnya.
*
*
*
*
*
"Wow wow wow. Ada apa ini? Kau tidur di sini?"
Aku menggeliat pelan saat tiba-tiba mendengar suara Bibi Jung. "Eung," Astaga, jam berapa sekarang? "Bibi, jam berapa ini?"
"Masih pagi, tenang saja."
Iya, masih pagi ternyata. Dan sepertinya aku tidur hanya sebentar. Aku buru-buru ke kamar mandi, memeriksa apakah mataku bengkak atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy In Love ✓
FanfictionKisah tentang Jung Chaeyeon yang tertarik dengan si tampan, karyawan café di dekat tempatnya bekerja. Namun siapa sangka jika pria tampan yang dia suka itu ternyata juga punya ketertarikan terhadapnya. Lantas, apa yang akan terjadi pada mereka? Aka...