(16) Revealed

23 6 2
                                    

Siapa pun, tolong bangunkan aku jika aku sedang bermimpi. Siapa pun, tolong bawa aku ke ahli kejiwaan jika aku sedang berhalusinasi. Siapa pun, tolong katakan padaku jika ini adalah nyata. Tolong, semoga ini adalah kenyataan.

"Kenapa diam saja? Sini, peluk aku."

Mingyu yang semula bersandar pada dinding dekat tangga dengan satu kaki dilipat menapak pada dinding kini berjalan mendekat padaku. Jantungku rasanya dag dig dug ingin meledak. Sangat senang tapi juga sangat takut secara bersamaan. Takut jika ini bukanlah kenyataan.

Namun ketakutan itu terkikis secara perlahan saat aku dapat merasakan pelukan hangat. Pelukan yang sangat aku rindukan dari seorang Kim Mingyu.

"Aku sangat merindukanmu." Ucapnya setengah berbisik.

Ya, aku juga sama. Sangat merindukanmu.

Sungguh sangat senang. Setelah sekian lama akhirnya aku bisa bertemu lagi dengan Mingyu. Aku yang pada dasarnya sangat cengeng ini tentu saja tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menangis. Aku mulai meneteskan air mata diiringi isak lirih. Tak masalah kan jika aku menangis? Dengar-dengar sih menangis itu baik untuk kesehatan. Lagi pula ini kan air mata bahagia, jadi aku rasa tak masalah.

"Hey, kenapa menangis? Kau tidak senang aku di sini?"

Aku menggeleng dalam pelukan Mingyu.

"Tidak senang?"

Aku menggeleng lagi.

"Jawab dengan jelas, aku tidak tahu jika kau hanya menggeleng."

Aku tak lagi menggeleng tapi juga tak menjawab pertanyaannya. Aku ini sedang sibuk menangis, belum bisa jika disuruh bicara. Sebagai gantinya, aku mengeratkan pelukanku pada Mingyu.

Biar saja seperti ini untuk beberapa saat.

"Sudah?" Tanya Mingyu saat aku sudah tak lagi menangis sesenggukan. Hanya air mata yang masih mengalir sedikit.

Aku mengangguk. Bersamaan dengan itu, Mingyu melepas pelukannya. Mau tak mau aku juga melepas pelukanku padahal aku masih ingin memeluknya.

"Kan aku sudah bilang, kau itu lebih cantik jika tersenyum." Ucap Mingyu sambil mengusap air mataku. Tipikal adegan drama yang membuatku senyum-senyum sendiri jika sedang menonton.

"Kau ke mana saja? Kenapa tiba-tiba menghilang?"

"Aku sedang ada urusan. Maaf ya, aku sama sekali tidak bisa memberi kabar."

Seriously? Hanya karena itu?

"Urusan apa?"

Hanya senyuman yang aku dapat sebagai jawaban. Well, itu berarti Mingyu memang tidak mau bercerita. Baiklah, tak masalah selama Mingyu ada di sini. Tak masalah aku tidak tahu apa-apa.

"Aku sangat takut." Ucapku lirih.

Senyuman Mingyu memudar secara perlahan. "Takut kenapa?"

"Aku takut kau meninggalkanku."

Mingyu kembali tersenyum. "Jangan berpikiran begitu. Aku tidak mungkin meninggalkanmu."

"Tapi kau menghilang begitu saja, tak bisa dihubungi. Bahkan aku tidak tahu di mana kau tinggal."

"Aku kan sudah bilang, aku sedang ada urusan." Ucap Mingyu secara lembut tapi terkesan tegas.

Urusan apa hingga sebulan tanpa kabar? Memangnya dia pergi wamil atau bagaimana? Atau jangan-jangan ....

Tidak mungkin kan, Mingyu dipenjara?

Tidak. Itu tidak mungkin.

"Kenapa menggeleng? Ada apa?"

Crazy In Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang