(22) Love

24 6 3
                                    

*

*

*

*

*

Sejak malam itu, terhitung sudah tiga hari aku tidak bertemu dengan Mingyu. Katanya dia sibuk. Katanya dia sedang ada acara. Lalu katanya hari ini dia akan menemuiku tapi hingga malam dia tak kunjung datang. Jadi aku asumsikan saja dia tak datang.

Aku menutup toko bunga Bibi Jung, berniat untuk pulang karena memang sudah waktunya pulang. Saat aku hendak berjalan, dari kejauhan kulihat sosok seorang pria sedang bersandar pada mobil berwarna putih.

Guess who?

Aku menghampiri sosok tersebut.

"Kenapa di sini?"

Sosok itu langsung memelukku.

"Aku merindukanmu." Ucapnya lirih.

Hey, ada apa ini? Kenapa tiba-tiba seperti ini?

Aku membalas pelukannya. Kenapa dia bisa seperti ini? Terkesan sangat rapuh. "Kau kenapa sih?"

Tak ada jawaban. Dia justru mempererat pelukannya.

*

*

*

Cukup lama kami berpelukan. Perlahan, dia melepas pelukannya. Matanya menatap langsung pada mataku. Terlihat sayu dan ....

Penuh tekanan? Benarkah seperti itu?

"Mingyu-ya, kau kenapa?" Aku menangkup pipinya dengan kedua tanganku.

Mingyu mengambil tanganku yang ada di pipinya kemudian dia genggam. Kini kami saling tatap. "Berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku."

Aku tak segera memberi respons. Maksudnya apa? Kenapa pula aku harus berjanji.

"Chaeyeon-ah, kau mencintaiku kan?"

Aku mengangguk. Sudah pasti aku mencintai pria ini.

"Maka itu, berjanjilah kau akan selalu bersamaku apa pun yang terjadi."

Memangnya apa yang akan terjadi? Kenapa dari kata-kata yang Mingyu ucapkan terkesan seperti kami akan berpisah? Perasaanku menjadi tidak enak. Aku memang sudah menyiapkan hati untuk perpisahan, tapi kenapa rasanya menjadi seperti ini? Sangat tidak nyaman, membuatku ingin menangis.

Tak disangka, ternyata Mingyu lebih dulu menangis. Ya, pria yang selama ini terlihat baik-baik saja dan selalu ceria kini sedang meneteskan air mata. Aku langsung panik dibuatnya.

"Mi-Mingyu-ya, kau kenapa? Kenapa menangis?"

Ingin sekali mengusap air mata itu atau memeluknya, tapi pria itu masih menggenggam kedua tanganku. Membuatku tak bisa berkutik.

Pria itu masih mengalirkan air mata, diiringi dengan isak lirih. Apa yang terjadi sih? Jika seperti ini, aku benar-benar akan menangis. Air mataku juga ingin jatuh rasanya.

"Mingyu-ya." Suaraku bergetar. Jelas saja, kini aku juga menangis.

Walau tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi, tapi entah kenapa aku merasa sangat sesak. Terlebih saat Mingyu juga menangis.

"Katakan padaku, apa yang terjadi?"

Mingyu menggeleng lemah seiring dengan kepalanya yang menunduk.

Crazy In Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang