*
*
*
*
*
Terhitung seminggu penuh Mingyu dirawat di rumah sakit. Pagi ini dia sudah diizinkan untuk pulang karena nyeri di kakinya sudah tidak seberapa. Ditambah dengan pemulihan yang kata para dokter berjalan dengan cepat.
Mingyu hanya perlu sesekali datang ke rumah sakit untuk check up dan melakukan terapi. Syukurlah.
Kini kami―aku dan Mingyu—sedang menunggu Ibu Mingyu menjemput. Semua sudah beres. Barang-barang Mingyu sudah dikemas, tinggal menunggu kabar dari Nyonya Kim dan kami akan cus keluar dari rumah sakit ini.
"Kau sungguh tidak apa-apa? Aku pinjamkan kursi roda saja ya?"
"Tidak! Aku tidak mau. Seperti orang sakit saja." Ucap Mingyu terlihat kesal.
Ya ya, terserah dia saja. Pria itu memang sudah bisa berjalan, tapi sesekali masih terlihat meringis kesakitan. Saat ditanya dan hendak dibantu, dia justru pura-pura tidak apa-apa.
"Anak-anakku ... Aku datang." Nyonya Kim baru saja datang, membuka pintu dan langsung berisik.
"Sudah beres semua kan?" Tanya wanita paruh baya itu.
"Sudah Nyonya." Jawabku sigap.
"Nyonya Nyonya Nyonya. Berhenti memanggil Nyonya. Kau bisa memanggilku Eommonim atau Eomma."
What?
"Ayo, kita turun. Barang-barang ini biar dibawa Jongin."
Ya, Jongin. Sopir seksi nan memesona yang dipekerjakan oleh keluarga Kim.
Aku sih menurut saja, segera menghampiri Mingyu untuk membantunya. Namun lagi-lagi pria itu menolak. Pura-pura tak butuh bantuan. Pura-pura tak apa-apa.
Baiklah, aku akan berjalan di samping Mingyu. Siaga jika tiba-tiba dia butuh pegangan.
*
*
*
"Terima kasih untuk tumpangannya Nyonya."
"Nyonya lagi Nyonya lagi. Aku kan sudah bilang, panggil aku Eommonin atau Eomma."
Aku hanya meringis.
"Cobalah."
"Ne?"
"Coba panggil aku."
"Eo-eommonim."
Nyonya Kim tersenyum puas.
Kini aku menoleh pada Mingyu yang duduk di jok belakang bersamaku. Dia tampak murung.
"Aku turun dulu ya? Terima kasih tumpangannya."
Saat aku hendak turun, pria ini menahan lenganku. Mau tak mau aku kembali menatapnya. "Tidak bisakah kau ikut denganku?" Pintanya terkesan memelas.
Aku menoleh pada Nyonya Kim yang duduk di depan. Meminta bantuan.
Nasib baik Nyonya Kim peka. "Jangan memberatkan Chaeyeon. Dia harus bekerja. Lagi pula besok kalian akan bertemu lagi kan? Bukankah besok kau masuk kuliah?"
Mingyu menghela napas panjang. Perlahan tangannya terlepas dari lenganku.
"Sampai jumpa besok." Aku tersenyum, berharap pria itu merelakan perpisahan sementara ini. Berharap dia baik-baik saja, tapi tak ada respons. Mingyu tetap murung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy In Love ✓
FanfictionKisah tentang Jung Chaeyeon yang tertarik dengan si tampan, karyawan café di dekat tempatnya bekerja. Namun siapa sangka jika pria tampan yang dia suka itu ternyata juga punya ketertarikan terhadapnya. Lantas, apa yang akan terjadi pada mereka? Aka...