Salsa merubah ekspresinya menjadi datar. “Gue... gue nggak habis pikir ya. Gue pikir lo mau bicarain hal penting, ternyata nggak.” Salsa menatap remeh Althaf. “Lama nggak ketemu, lo jadi alay ya,” sarkasnya.
“Kalau nggak ada lagi yang mau dibicarakan, gue balik ke kamar,” ucap Salsa, kemudian beranjak dari tempat duduknya.
“Sa,” panggil Althaf.
Langkah Salsa terhenti. “Nggak, jawabannya nggak Al! Gue nggak rindu lo sedikitpun! Jadi berhenti membicarakan hal yang nggak berguna, karena gue nggak suka mendengar hal yang nggak ada artinya sama sekali buat gue,” dustanya tanpa membalikkan badannya.
“Kamu berubah, Sa. Sikap kamu berubah ke saya, nggak seperti dulu. Apa karena kepergian saya dulu, kamu jadi begini?” Althaf menatap sendu punggung Salsa. “Kalau iya, saya minta maaf. Maaf karena pergi tanpa berpamitan padamu terlebih dahulu. Saya-”
Salsa mengepalkan kedua tangannya. “Diam, Al!”
“Saya nggak bermaksud ninggalin kamu, dan mengingkari janji yang kita buat bersama,” lanjut Althaf, mengabaikan ucapan Salsa.
“Gue bilang diam!” Salsa membalikkan tubuhnya ke belakang. Ia memejamkan matanya untuk beberapa saat. “Selain alay, ternyata lo semakin cerewet ya,” ejeknya.
Althaf tersenyum tipis. “Bahkan saya tahu semua tentang kamu,” lanjutnya, dan mengabaikan hinaan dari gadis itu.
“Oh ya?” Salsa manatap remeh Althaf. “Emangnya apa yang lo ketahui tentang gue, Gus Althaf?”
Althaf tetap tersenyum, meskipun gadis di hadapannya ini memandangnya remeh. “Kamu... kamu nggak pernah datang lagi ke pesantren setelah saya pergi ninggalin kamu. Karena kepergian saya juga, kamu menjadi murung. Waktu SMA, kamu dekat dengan laki-laki yang bernama Sean. Dan semenjak itu, sifat ceria kamu kembali lagi,” jedanya. Ia menatap lekat Salsa. “Tapi Sean tiba-tiba pergi ninggalin kamu, dan kamu nggak tahu alasannya,” lanjutnya.
Salsa terdiam di tempatnya.
“Nggak ada satu hal pun tentang kamu yang terlewatkan saya, Sa,” lirih Althaf.
Salsa menatap datar Althaf. “Lo tau semuanya dari siapa? Papa? Bang Rayyan? Atau Afnan? Jawab Al!”
“Kamu nggak perlu tau, Sa,”
“Lo...” gumam Salsa dengan tangan yang semakin mengepal.
Amarah Salsa memuncak, dan ia tidak bisa menahannya lagi. Kali ini, ia ingin mengeluarkan semua unek-uneknya kepada Althaf yang sedari tadi memancing emosinya. “Lo terlalu banyak bicara, Al,” ucapnya dengan dingin.
Althaf menaikkan sebelah alisnya. “Saya hanya menjawab pertanyaan dari kamu. Lagipula, dulunya, kamu suka sekali saat saya banyak bicara,” ucapnya, mengungkit masa kecil mereka.
“Nggak usah ngungkit masa lalu, karena semuanya udah berbeda. Salsa yang dulu udah berubah, dan itu karena lo, Al!” serunya.
Salsa menatap nyalang Althaf. “Lo tega ninggalin gue, dan mengingkari janji lo ke gue. Selama tiga tahun, gue hidup tanpa gairah dan semangat. Dan semua itu karena lo, Al!” teriaknya sambil menunjuk-nunjuk Althaf.
"Saya-"
“Diam! Gue belum selesai bicara!” serunya. “Gue tersiksa, Al, gue sangat terpukul dengan kepergian mendadak lo,” lirihnya
Althaf mematung, saat melihat setetes air mata jatuh membasahi pipi gadis itu. Salsa menangis di hadapannya. Hati Althaf perih melihat betapa rapuhnya gadis di hadapannya ini. Tangannya bergerak ingin menghapus air mata yang terus berjatuhan membasahi pipi Salsa, namun langsung ditepis kasar gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Husband✔
Aktuelle LiteraturAisyah Salsabila Azhari, gadis yang kerap disapa Salsa, merupakan mahasiswi Teknik Lingkungan semester 7 di salah satu Universitas Negeri di Jakarta. Salsa merasa permasalahan kisah cintanya rumit. Kenapa begitu? Karena belum selesai masalahnya deng...