Salsa dan Althaf tiba di sebuah cafe bernama ‘Gengs Cafe’ yang merupakan Cafe bertema klasik milik Salsa dan keenam sahabatnya.
Mereka memilih tema klasik, karena ingin memberi cita rasa dan melahirkan nuansa yang benar-benar lain dari yang pernah ada. Gaya klasik yang dianggap beberapa orang ‘berat’, justru bisa sangat sederhana dan terlihat begitu simple. Itu lah yang dilakukan Salsa dan keenam sahabatnya pada cafe ini.
Mereka berhasil menyulap cafe ini menjadi sebuah kafe klasik dengan suasana ruang yang terlihat sangat elegan dan berkelas. Hal itu pun membuat cafe ini selalu ramai pengunjungnya.
Salsa dan Althaf melangkah memasuki cafe, dan disambut ramah oleh pegawai cafe ini. Gadis itu mengedarkan pandangannya menatap sekeliling cafe yang ramai dikunjungi pengunjung. Lalu, ia memanggil salah satu pegawai yang ingin mengantar pesanan pelanggan.
“La, mereka udah datang?” tanya Salsa pada pegawai perempuan yang bernama Lala.
“Udah, Sa. Mereka di tempat biasa,” balasnya.
Well, Salsa dan keenam sahabatnya menyuruh seluruh pegawai memanggil mereka dengan sebutan nama saja, karena mereka tidak ingin dipanggil dengan embel-embel ‘Bu atau Pak’, berasa tua katanya.
“Oke, kamu lanjut antar pesanannya sana,” ucap Salsa.
Lala pergi melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi. Sedangkan Althaf menatap bingung Salsa yang dengan mudahnya menyuruh pegawai cafe ini, karena ia belum mengetahui kalau cafe ini milik gadis itu dan kelima sahabatnya.
“Ini Cafe gue dan sahabat gue,” ucap Salsa menjawab pertanyaan dibenak Althaf.
Salsa melanjutkan langkahnya, diikuti dengan Althaf. Gadis itu dapat melihat dengan jelas kalau para sahabatnya sudah berkumpul di meja biasa yang mereka tempati. Ia mempercepat langkahnya, karena tidak mau membuat mereka menunggu dirinya lebih lama lagi.
“Assalamu’alaikum,” ucap Salsa pada mereka.
“Wa’alaikumsalam,” sahut mereka bersamaan.
Salsa mendudukkan dirinya di samping Elina, lalu berkata, “Duduk, Al!"
Althaf mengangguk, kemudian duduk di samping Afnan. Salsa dan Althaf duduk saling berhadapan.
Kelima sahabat Salsa menyerngit bingung, ketika melihat Salsa membawa laki-laki berpeci yang asing di mata mereka.
“Kenalin, dia Althaf. Anak sahabatnya Papa yang di Bandung, sekaligus sahabat kecil gue dulu,” jelas Salsa, menjawab rasa penasaran para sahabatnya.
“Hai, gue Ifah,” ucap Ifah sambil menjulurkan sebelah tangannya.
Althaf yang melihat itu tersenyum dan menangkup kedua tanggannya di depan dada, lalu berkata, “Saya Althaf."
Tawa mereka pecah melihat wajah Ifah yang berubah menjadi masam, karena Althaf tidak membalas jabatan tangannya. Ifah menarik kembali tangannya.
“Dia itu anak yang punya pondok pesantren, Fah,” ucap Salsa, ketika tawanya reda.
Ifah mendelik kesal. “Kenapa nggak bilang dari tadi sih? Gue jadi malu nih,” sungut Ifah.
“Maaf, maaf, gue lupa,” ucapnya.
Salsa memperkenalkan satu per satu sahabatnya pada Althaf, dan bercerita kalau mereka sudah bersahabat sejak kecil. Althaf menatap satu per satu sahabat Salsa dengan senyum tipisnya. Begitu juga sebaliknya, mereka juga tersenyum kepada Althaf.
“Mau minum apa Al?” tanya Nada, ketika Salsa tidak berniat menawarkan minuman kepada Althaf.
“Samain aja seperti Salsa,” jawabnya dengan senyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Husband✔
Ficción GeneralAisyah Salsabila Azhari, gadis yang kerap disapa Salsa, merupakan mahasiswi Teknik Lingkungan semester 7 di salah satu Universitas Negeri di Jakarta. Salsa merasa permasalahan kisah cintanya rumit. Kenapa begitu? Karena belum selesai masalahnya deng...