PART 24

1.1K 59 0
                                    

Sudah hampir seminggu Salsa berada di Bandung, dan selama itu pula dia mengabiskan waktu bersama keluarga Al dan sahabat kecilnya.

Rasa kecewa dan sakit hati yang sempat dirasakannya pun perlahan menghilang. Semua sudah tergantikan dengan rasa bahagia di hatinya.

Selama di sana, banyak hal yang dilaluinya. Mulai dari membantu Zillah memasak, menemani Tasya belanja ke pasar, keliling pesantren bersama Fatimah, mengikuti pengajian yang ada di pesantren, berkunjung ke sawah bersama Adam, dan masih banyak lagi.
Terkadang, Salsa juga menemani Althaf yang ada jadwal di rumah sakit tempatnya bekerja. Semakin ke sini, Salsa dan Althaf pun semakin dekat.

Saat ini, Salsa sedang duduk di tepi sungai bersama Tasya. Mereka menikmati suara air sungai yang mengalun indah di telinga keduanya.

“Besok, gue udah balik lagi ke Jakarta,” ucap Salsa, mengawali pembicaraan mereka. Tasya masih diam, menunggu Salsa melanjutkan ucapannya. “Gue bahagia banget bisa ketemu dan menghabiskan waktu bersama lo lagi, Sya,” ungkapnya, masih menatap air sungai yang mengalir.

Tasya menghela napas. “Aku nggak tau harus bahagia atau sedih. Jujur, aku bahagia banget karena bisa bertemu kamu lagi. Di lain sisi, aku juga merasa sedih karena kamu akan pergi lagi ninggalin aku. Kamu pulang ke Jakarta, itu artinya aku sendirian lagi di sini,” ucapnya.

“Masih ada Althaf dan Fatimah, Sya. Lo juga masih punya teman lain di Pesantren,” sahut Salsa sambil tersenyum tipis.

Tasya tersenyum tipis. “Kamu benar, masih ada mereka dan teman-teman di pesantren. Tapi, rasanya beda Sa, karena nggak ada kamu yang selalu heboh dan ceria,” celetuknya, kemudian mereka tertawa bersama.

“Ah, gue emang beda, dan ngangenin,” ucap Salsa yang sangat percaya diri.

Hening.

“Gue titip Althaf ya, Sya,” ucap Salsa tiba-tiba membuat Tasya tersentak. “Gue yakin lo bisa jagain dia,” yakinnya sambil tersenyum tipis.

Tasya terdiam mendengar Salsa berkata seperti itu. “K-kenapa harus aku?” tanyanya, sedikit gugup.

“Gue tau kalau lo ada rasa sama Althaf, Sya,” jawab Salsa setenang mungkin. “Setiap kali lo ngelihat dia, gue ngelihat ada binar lain di mata lo. Awalnya gue ngira kalau gue salah lihat. Ternyata, binar itu emang nyata. Lo, suka sama Althaf,” ungkapnya.

“Gue benar, kan?” tanyanya, memastikan bahwa yang dilihat dan dikiranya selama ini benar.

Tasya tersenyum tipis. “Ternyata, matamu jeli banget Sa. Sejauh ini belum ada loh yang tau tentang perasaanku ke Gus Al,” ucapnya membuat Salsa terkekeh.

“Oh ya? Berarti lo hebat banget dong bisa nutupin rasa itu dari banyak orang,” sahut Salsa membuat Tasya terkekeh. “Jadi, Sejak kapan Sya?” tanyanya serius.

“Sejak kita masih kecil Sa,” jujur Tasya. Salsa tersenyum miris mendengar itu, untung saja gadis itu tak melihatnya.

“Selama ini, aku berusaha menutupi perasaanku dari orang-orang, termasuk Gus Al sendiri. Tapi, sekarang udah ketauan sama kamu,” gerutunya. Kemudian, mereka berdua tertawa.

“Sebenarnya, apa yang buat lo bisa suka sama dia?” tanya Salsa, karena sungguh penasaran sekali dengan jawaban gadis itu.

Tasya kembali tersenyum tipis. “Gus Al itu mudah untuk disukai, Sa. Dia ganteng, baik hati, soleh, pintar, mapan lagi. Siapa sih yang nggak suka sama dia? Semua santri yang ada di Pesantren aja ngantri jadi istrinya,” ucapnya dengan kekehan di akhir kalimat.

“Tapi bukan itu yang aku suka dari dia,” ucapnya lagi.

“Lalu, apa yang buat lo suka sama dia?” tanya Salsa lagi.

Secret Husband✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang