PART 18

1K 56 0
                                    

Bulan demi bulan pun telah berlalu. Tidak terasa Lima bulan berlalu, sejak Salsa dan Althaf berpisah kembali. Selama itu mereka tak pernah bertemu lagi, dan hanya bertukar kabar melalui media sosial. Meskipun hanya bertukar kabar melalui media sosial, nyatanya hubungan keduanya pun semakin membaik dari sebelumnya.

Saat ini, Salsa dan para sahabatnya sedang duduk santai di bawah pohon rindang yang ada di halaman Fakultas Teknik. Wajah mereka tampak lega sekali, karena mereka bertujuh baru saja menyelesaikan seminar proposal dengan hasil yang memuaskan.

“Akhirnya sempro juga,” ucap Dico yang sedang berbaring di bawah dengan tas yang menjadi alas kepalanya.

“Iya, jantung gue tadi bedebar kencang banget loh,” sahut Ifah. Mereka semua mengangguk setuju, karena mereka juga merasakan hal yang sama.

Hening.

“Nggak berasa banget ya, kalau sebentar lagi kita nyandang gelar teknik,” ucap Nada, mengingat kembali perjuangan mereka selama ini.

Salsa mengangguk semangat. “Iya, semuanya sesuai prediksi. Kita bisa lulus dalam waktu tiga setengah tahun,” bangga Salsa. Tentu ia merasa bangga, karena bisa lulus menjadi sarjana teknik dalam kurun waktu tiga setengah tahun.

“Lo jadi lanjut ke luar, Sa?” tanya Elina. Mereka semua menatap Salsa, menunggu jawaban gadis itu.

“Insya Allah. Kalau Allah mengizinkan, gue jadi lanjut kuliah di luar,” jawabnya dengan tenang.

Afnan menatap Salsa dengan gundah. “Emang lo udah dapet izin, Sa? Bukannya Bang Rayyan nggak setuju ya, kalau lo kuliah di luar?” cecarnya.

“Masalah izin itu mudah, Nan,” jawab Salsa dengan santai.

“Nggak semudah yang lo kira, Sa. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangin, karena keadaannya udah nggak kayak dulu lagi,” ucap Afnan dengan tegas.

“Maksudnya?”

Afnan mengibaskan tangannya. “Lupain aja,” ucapnya dengan santai. Afnan merutuki dirinya sendiri yang hampir saja keceplosan di depan Salsa mengenai status gadis itu.

“Eh, itu bukannya Bang Sean ya?” tanya Salsa, saat melihat sosok yang baru saja memasuki gerbang Fakultas Teknik sambil membawa bucket dan boneka tedy bear. Mendengar ucapan Salsa membuat mereka menatap yang dimaksud Salsa.

“Lah iya,” ucap Dico sedikit panik, hingga langsung berdiri.

Salsa menyerngit bingung. “Kenapa panik gitu, Co?” tanyanya.

“Anu, hm, gue cuman takut kalau dia buat lo sedih lagi,” gugup Dico, keningnya sudah berkeringat.

Salsa tertawa mendengar ucapan sahabatnya yang satu itu. “Nggak lah, lagian gue juga udah nggak sakit hati lagi sama dia,” jujur Salsa. “Mungkin Bang Sean mau kasih ucapan selamat sama istrinya,” ucapnya santai, justru membuat keenam sahabatnya menegang.

“Ekspresi kalian kenapa pada tegang sih?” tanya Salsa, saat melihat ekspresi ke-enam sahabatnya. “Ada yang salah dengan ucapan gue tadi?” tanyanya lagi, membuat mereka memucat.

“Lo tau dari mana kalau Bang Sean mau temuin istrinya?” tanya Elina dengan napas tercekat.

Salsa menghela napasnya. “Waktu itu kan Bang Sean pernah bilang, kalau istrinya itu satu prodi sama kita. Ngelihat dia yang bawa bucket dan boneka tedy bear, gue jadi tau kalau istrinya juga sempro seperti kita,” jelas Salsa. “Tapi kok, Bang Sean malah jalan ke arah kita ya?” bingung Salsa, membuat para sahabatnya semakin memucat.

Afnan mengkode Elina untuk segera membawa Salsa menjauh dari mereka, sebelum Sean menghampiri mereka. Elina yang melihat itu pun mengangguk paham.

“Sa, temenin gue ke WC dong,” ucap Elina, berusaha untuk tenang di depan Salsa.

Salsa menyerngit bingung. “Loh, bukannya lo baru aja dari WC ya?” tanya Salsa, membuat Elina kelabakan.

“Anu, hm gue kebelet lagi Sa,” gugup Elina, saat melihat Sean semakin dekat dengan mereka. “Ayo Sa! Temenin gue, kayaknya gue beseran nih,” ajaknya sambil menarik tangan gadis itu.

Tak lama kemudian, Sean menghampiri mereka setelah Salsa dan Elina tidak lagi terlihat. Laki-laki itu menatap salah satu perempuan di antara mereka dengan senyum lebarnya.

“Abang ngapain ke sini?” tanya perempuan itu dengan nada cemas.
Sean tersenyum manis. “Aku mau ucapin selamat ke kamu atas seminar proposalnya,” jawabnya dengan tenang. Ia menyerahkan bucket dan boneka yang dipegangnya kepada perempuan itu.

“Nggak harus di sini Bang, kan bisa di rumah,” ucap perempuan itu yang sedari tadi gelisah.

“Kelamaan,” ucap Sean dengan santai. “Kamu kenapa gelisah gitu sih?” bingungnya, saat melihat perempuan itu gelisah.

Perempuan itu menatap kesal Sean. “Ya gelisah lah, kalau Salsa sampai tau kamu nemuin aku, dia bakal curiga dan semuanya akan kebongkar,” kesal perempuan itu.

“Tinggal kasih tau, kalau kamu istri aku. Biar semuanya nggak perlu disembunyiin lagi,” celetuk Sean dengan santai.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya. “Nggak semudah itu, Bang,” tegasnya. “Dia tau kamu punya istri aja udah sesedih itu, apalagi kalau tau istri kamu adalah sahabatnya sendiri,” lirihnya sambil membayangkan bagaimana perasaan Salsa.

Sean menghela napasnya. “Tapi mau sampai kapan kamu nyembunyiin hubungan kita dari dia, Nad?” Sean melirik sekilas sahabat perempuan itu. “Lagi pula, sahabatmu yang lain juga udah tau,” ucapnya.

Yap, perempuan itu adalah Nada. Perempuan yang setahun terakhir ini telah menjadi istri dari seorang laki-laki yang berhasil membuat Salsa merasa gundah, Sean Yaqub Firmansyah.

“Aku belum siap kasih tau Salsa tentang kita,” lirih Nada.

Sean mengusap kasar wajahnya. “Mau sampai kapan? Sampai dia tau dari orang lain? Justru semuanya akan semakin rumit Nad,” gusar Sean, membuat Nada menunduk. Ia menggenggam kedua tangan Nada dengan lembut. “Aku udah nggak mau lagi kita jalani hubungan dengan kucing-kucingan. Aku mau kita bebas menunjukkan hubungan kita, seperti pasangan pada umumnya. Aku mau mereka semua tau, kalau kamu adalah orang yang aku sayangi dan cintai. Mereka juga harus tau, kalau kamu milikku. Kamu, Nada Farah Maulida, istri dari Sean Yaqub Firmansyah,” ucap Sean dengan tulus membuat
Nada menitikkan air matanya.

Sean mengangkat dagu Nada dengan pelan, kemudian menghapus air mata istrinya dengan lembut. “Maaf, kalau aku udah paksa kamu untuk cerita sama Salsa tentang kita. Aku tau kamu belum siap, tapi dia harus tau Nad. Secepat mungkin dia harus tau tentang hubungan kita, supaya masalahnya nggak semakin rumit.” Sean menarik Nada ke dalam pelukannya. “Gimana? Kamu mau, kan?” tanya Sean.

Nada melepaskan pelukan mereka, kemudian menatap satu per satu sahabatnya yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka.

“Gue juga setuju sama Bang Sean, Nad. Kita udah nggak bisa lama-lama lagi nyembunyiin hubungan kalian berdua dari Salsa. Cepat atau lambat, dia akan tau tentang kalian,” ucap Afnan dengan serius.

Ifah menghela napas panjang. “Gue juga setuju, karena gue nggak mau ngebohongin Salsa lebih lama lagi” timpal Ifah.

“Kalian berdua?” tanya Nada kepada Zaid dan Dico. Mereka berdua pun mengagguk kecil, pertanda kalau mereka setuju. “Elina gimana?” tanya Nada.

“Dia pasti juga setuju,” sahut Afnan.

Mendengar jawaban dari para sahabatnya membuat Nada tersenyum tipis. “Oke, kalau begitu, secepatnya kita kasih tau Salsa tentang hubungan gue dan Bang Sean,” final Nada penuh dengan keyakinan, karena sudah mendapat dukungan dari suami dan para sahabatnya.

“Tapi, gimana cara bilangnya ke Salsa?” tanya Nada pada mereka semua.

Hening.

Mereka semua terdiam, memikirkan cara terbaik untuk menceritakan semuanya pada gadis itu.

“Nggak perlu dipikirin gimana caranya,” sahut seseorang, sontak membuat mereka semua melihat ke arah orang itu, dan tubuh mereka membeku saat itu juga.

Secret Husband✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang