Tiga tahun kemudian...
Seorang perempuan cantik berjalan anggun di lorong rumah sakit. Namun sayang, ekspresi yang ditunjukkannya berbanding terbalik dengan rupanya. Tidak ada senyuman yang biasanya menghiasi wajahnya, hanya ada tatapan dingin dan ekspresi datar.
Sepanjang jalan, banyak perawat yang menatapnya kasihan, karena mereka tahu dirinya masih menunggu sosok itu untuk bangun dari tidur panjangnya.
Langkahnya berhenti tepat di depan sebuah ruangan yang tiga tahun ini selalu dikunjunginya. Ditatapnya pintu ruangan itu dengan pandangan sendu.
"Nggak, kali ini nggak boleh ada air mata lagi," gumamnya, kemudian menghela napas panjang.
Perempuan itu tersenyum cantik sebelum membuka pintu ruangan. Saat membuka pintu ruangan, dia langsung disuguhkan dengan bau semerbak obat-obatan, dan bunyi alat pendeteksi detak jantung yang terdengar jelas di telinganya.
Ruangan bernuansa putih itu tampak sunyi dan senyap. Penghuni ruangan itu masih terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit dengan selang infus yang melekat di tangannya. Di samping ranjang, ada alat pendeteksi detak jantung yang menjadi tanda, kalau sosok yang terbaring itu masih bernyawa.
Perempuan itu melangkah mendekati sosok itu dengan tegar. Dia masih mempertahankan senyum cantiknya.
"Assalamu'alaikum," ucapnya, ketika berada di samping ranjang sosok itu.
Hening.
Dia mendudukkan dirinya di kursi, kemudian menggenggam erat tangan dingin itu. "Kamu apa kabar, Mas? Kayaknya kamu betah banget tidurnya, sampai nggak mau bangun," ucapnya lagi, kemudian terkekeh.
Hening.
"Hari ini, ganjil tiga tahun h rindu banget sama kamu," ucap pekamu nggak sadar. Terus, kapan kamu sadarnya, hm?" tanya perempuan itu.
Sosok yang diajak bicara masih tidak bergeming.
"Mas, bangun ya. Aku udarempuan itu. "Salsa rindu Althaf," lirihnya.
Ya, perempuan itu adalah Salsa. Dan sosok yang terbaring lemah itu adalah Althaf.
Tiga tahun yang lalu, Althaf tidak jadi meninggalkan mereka. Dia kembali, meskipun dalam keadaan koma. Dan Salsa sangat sabar menunggu Althaf untuk bangun dari tidurnya.
Selama ini, perempuan itu selalu
menemani Althaf di rumah sakit. Salsa hanya akan meninggalkan Althaf, ketika dirinya harus pergi ke kampus dan bekerja.Salsa melanjutkan S2 nya di salah satu Universitas Negeri yang ada di kota Bandung. Salsa tidak ingin berjauhan dengan Althaf, karena ia ingin langsung memantau perkembangan suaminya. Dan satu tahun yang lalu, perempuan itu sudah menyelesaikan pendidikannya. Sekarang, Salsa sudah bekerja di salah satu perusahaan di Bandung.
"Bangun Al, kamu harus bangun. Kali ini kamu harus kabulin permintaanku. Bangun ya, Mas," pinta Salsa dengan mata berkaca-kaca.
Melihat Althaf yang masih menutup rapat matanya, membuat air mata jatuh membasahi pipi Salsa.
Salsa terkekeh pelan. "Ck... aku cengeng banget ya, Mas? Padahal kamu udah bilang untuk nggak nangisin kamu," ucapnya. "Tapi aku nggak bisa, Mas. Aku nggak bisa untuk nggak nangis ngeliat keadaan kamu yang kayak gini. Aku benar-benar nggak bisa!"
Pecah sudah tangis yang sedari tadi di tahannya. Untuk kesekian kalinya, Salsa menumpahkan segala rasa sakitnya di dalam pelukan suaminya.
"Bangun, Mas hiks... aku mohon kamu bangun hiks... bangun," pinta Salsa.
"Aunty," panggil sosok itu yang berdiri di samping Salsa.
Salsa yang mendengar panggilan itu melepas pelukannya, dan melihat sosok anak kecil yang tampak cantik dan men
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Husband✔
General FictionAisyah Salsabila Azhari, gadis yang kerap disapa Salsa, merupakan mahasiswi Teknik Lingkungan semester 7 di salah satu Universitas Negeri di Jakarta. Salsa merasa permasalahan kisah cintanya rumit. Kenapa begitu? Karena belum selesai masalahnya deng...