Malam harinya, mereka berkumpul di ruang keluarga. Salsa sedari tadi merasa canggung kepada Umi dan adiknya Althaf, karena sudah lama tak bertemu.
Ya, adiknya Althaf ada di antara mereka. Fatimah baru saja datang ke rumah, saat mendengar ada tamu special yang datang ke rumah dari Kang santri yang mengabdi pada keluarganya.
“Sa, kamu nggak usah canggung gitu ya sama kita. Kalau ada perlu sesuatu, bilang aja,” ucap Zillah untuk pertama kalinya.
Sejak kedatangan Salsa, wanita paruh baya itu belum sempat berbicara sedikitpun dengan Salsa.
Salsa tersenyum tipis. “Iya Umi,” jawab Salsa dengan lembut.
“Mbak Salsa tidurnya bareng aku aja ya, nggak usah sama Mas Al,” celetuk Fatimah membuat Salsa terkejut. Sedangkan yang lainnya, menatap tajam gadis itu. Fatimah yang sadar kalau ucapannya ada yang salah pun merutuki dirinya. Kenapa bisa keceplosan sih, gerutunya dalam hati.
Salsa yang awalnya terkejut pun berusaha untuk bersikap biasa saja. “Kamu lucu deh Fat, Mbak nggak mungkin lah tidur dengan Mas mu,” sahutnya dengan kekehan, supaya suasana tidak menjadi canggung lagi.
“Hehehe, Mbak emang benar. Aku aja yang salah ngomong,” ucap Fatimah dengan kekehannya juga.
“Mbak perhatikan, kamu makin cantik aja ya Fat,” puji Salsa.
Pipi Fatimah memerah. “Ah, Mbak bisa aja. Mbak juga makin cantik, malahan pakek banget,” ucap Fatimah membuat Salsa terkekeh pelan. “Iya kan Mas?” tanya Fatimah kepada Althaf.
“Iya, cantik banget,” jujur Althaf berhasil membuat Salsa salah tingkah di hadapan mereka semua.
"Mbak berapa lama di sini?" tanya Fatimah.
"Sekitar seminggu, Fat," jawab Salsa.
"Bentar banget, Mbak," sedih Fatimah.
Salsa tersenyum tipis. "Kamu nggak usah sedih gitu lah, Mbak kan bisa main lagi ke sini," ucap Salsa dengan lembut.
"Iya juga ya," sahut Fatimah. "Pokoknya, selama Mbak di sini, kita harus menghabiskan waktu bersama," ucapnya dengan menggebu-gebu.
Salsa terkekeh pelan. "Iya, iya."
Kemudian, mereka melanjutkan perbincangan lagi. Salsa sudah merasa tidak canggung lagi berada di tengah keluarga itu, karena keluarga Al menerima kehadirannya dengan senang hati. Baik itu dulu, maupun sekarang.
“Fat, tolong antar Mbak mu ke kamar ya. Dia sepertinya kelelahan,” ucap Zillah, saat melihat Salsa beberapa kali menguap.
Fatimah mengangguk. “Iya Umi,” balasnya.
Salsa dan Fatimah pun berpamitan lebih dulu untuk istirahat.
“Ini kamarku Mbak,” ucap Fatimah, saat mereka berada di dalam kamar.
“Kamarmu bagus ya, Fat. Mbak suka dekorasi kamarmu. Sederhana, tapi terkesan mewah,” celetuk Salsa yang masih memandang sekeliling kamar Fatimah.
Fatimah terkekeh. “Itu semua idenya Mas Al, Mbak. Dia yang ngatur semua konsep kamarku ini,” sahutnya, saat mendengar pujian tentang kamarnya.
Salsa hanya berohria dan melangkah ke atas kasur. “Mas mu itu emang penuh dengan kejutan Fat.” Salsa menerawang beberapa bulan yang lalu, saat dirinya pertama kali lagi bertemu dengan Althaf. “Saat Mas mu di rumah Mbak, sikapnya itu aneh banget tau,” celetuk Salsa.
“Aneh gimana, Mbak?” tanya Fatimah dengan penasaran.
Salsa memiringkan tubuhnya menghadap Fatimah. “Sikapnya manis banget sama Mbak, kadang juga romantis. Dia juga suka banget usilin, Mbak. Pokoknya, bingung deh sama Mas mu itu,” ceritanya, membuat Fatimah kesemsem. “Kamu kenapa senyum-senyum gitu?” tanyanya.
"Nggak papa, Mbak,” jawab Fatimah dengan cepat.
“Terus ya, Mas mu itu pernah ngelamar Mbak! Ya tak tolak lah, karena Mbak ngiranya Mas mu itu hanya bercanda aja. Lagi pula, kita baru aja bertemu lagi setelah sepuluh tahun pisah. Mana ada main langsung lamar aja, mana nggak romantis lagi. Masa iya, ngelamar anak orang di acara pertunangan orang,” ucap Salsa menggebu-gebu.
“Mas Al ngelamar Mbak?” tanya Fatimah, memastikan bahwa dia tak salah mendengar. Salsa mengangguk pelan, membuat Fatimah tersenyum lebar. “Itu artinya, Mas Al cinta sama Mbak,” ucapnya dengan senyum tipis.
Salsa melotot kaget. “Nggak lah! Nggak mungkin banget Mas mu cinta sama Mbak, wong baru ketemu juga,” sanggah Salsa dengan cepat.
“Kenapa nggak mungkin, Mbak?” tanya Fatimah dengan serius. "Semua yang nggak mungkin di dunia ini, bisa aja terjadi Mbak, termasuk perihal perasaan,” jelas Fatimah, membuat Salsa terdiam.
Salsa menghela nafasnya. “Kalau pun iya, Mbak tetap nggak mau. Althaf terlalu baik untuk Mbak, Fat. Mas mu berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dari Mbak,” lirihnya.
Salsa menatap sendu langit-langit kamar. “Iya, dia berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dari Mbak,” ulangnya lagi.
“Mbak kenapa ngomong gitu? Mbak juga baik kok,” sedih Fatimah, karena ia tak suka Salsa berkata seperti itu. Baginya, Salsa adalah perempuan yang sangat baik, meskipun mereka baru bertemu lagi.
"Mbak nggak sebaik yang kamu kira, Fat," ucap Salsa dengan sedih.
"Itu kata Mbak, kalau kataku Mbak orang yang baik, bahkan sangat," sanggah Fatimah dengan cepat.
"Kamu udah salah menilai Mbak, Fat," lirih Salsa.
Fatimah menggeleng pelan. "Kita kenal udah dari kecil, Mbak. Aku tau banget sifat Mbak kayak gimana meskipun kita udah lama banget nggak ketemu." Ia tersenyum pada Salsa. "Mbak Salsa yang dulu adalah sosok yang baik hati, rendah hati, sopan, mandiri, dan aku yakin sampai sekarang semua itu masih sama. Yang berbeda hanyalah, Mbak yang udah nggak secengeng dulu lagi," ucap Fatimah dengan kekehan di akhir kalimat.
"Ck... kamu salah Fat! Mbak masih cengeng kok," koreksi Salsa.
"Eh? Mbak masih suka nangis?" tanya Fatimah.
"Iya," jujurnya.
Fatimah terkekeh pelan. "Nggak papa Mbak, aku juga gitu kok. Aku nggak peduli Mbak gimana, karena bagiku Mbak adalah sosok yang terbaik," ucap Fatimah. "Dan cocok jadi istrinya Mas Al," lanjutnya sambil memainkan alisnya.
Salsa tersenyum tipis. “Udah ah, nggak usah dilanjutin lagi. Nanti, kamunya makin ngelantur,” putus Salsa sambil mencolek hidung Fatimah. “Sekarang kita tidur ya, Mbak udah ngantuk banget nih. Selamat malam, Fat," ucapnya.
"Selamat malam juga, Mbak," sahut Fatimah.
Salsa memejamkan matanya, dan tertidur. Begitu juga dengan Fatimah, dia juga ikut tertidur dengan posisi mereka yang saling menghadap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Husband✔
General FictionAisyah Salsabila Azhari, gadis yang kerap disapa Salsa, merupakan mahasiswi Teknik Lingkungan semester 7 di salah satu Universitas Negeri di Jakarta. Salsa merasa permasalahan kisah cintanya rumit. Kenapa begitu? Karena belum selesai masalahnya deng...