Keesokkan harinya, Salsa tak kunjung keluar dari kamarnya. Merasa ada yang aneh dengan gadis itu, membuat Hana menghampiri anak bungsunya itu.
Tok tok tok
“Sa,” panggil Hana, namun tak kunjung mendapat jawaban dari Salsa. “Buka pintunya Sa! Mama mau masuk,” ucapnya dan masih tidak ada jawaban dari dalam kamar. “Sa, kamu baik-baik aja kan di dalam?” cemasnya.
Hana segera mengambil kunci cadangan kamar Salsa, kemudian membuka pintu kamar gadis itu dan masuk ke dalamnya. “Astaghfirullah! Kamu kenapa Sa?” kaget Hana, ketika melihat Salsa meringkuk di bawah selimutnya. “Pa, Papa,” teriaknya dari kamar, membuat Faris yang sedang santai di teras langsung menghampiri istrinya.
“Kenapa, Ma?” tanya Faris, saat tiba di kamar Salsa.
“Salsa Pa, badannya panas banget nih,” jawabnya dengan raut wajah yang cemas.
Mendengar ucapan istrinya, Faris langsung mendekat ke arah Salsa yang sedang meringkuk di bawah selimut. “Nak, badan kamu panas banget, kita ke rumah sakit ya,” cemasnya saat merasakan suhu tubuh putrinya yang panas sekali, ditambah keringat dingin yang terus bercucuran.
“Nggak perlu, Pa,” ucap Salsa pelan sekali.
“Nggak bisa! Kamu tuh demam tinggi Sa, jadi harus dibawa ke rumah sakit biar cepat ditangani,” tegas Hana menghadapi batunya Salsa.
“Sa nggak mau dibawa ke rumah sakit, kali ini aja. Sa benar-benar mohon Ma, Pa,” pinta Salsa membuat mamanya mendengus kasar.
Faris menghela napasnya panjang. “Ya udah, tapi Papa akan panggil dokter keluarga kita ke rumah, dan kamu nggak boleh ngebantah!” tegas Faris dan tidak terbantahkan. Salsa pun mengangguk pelan, pertanda bahwa dia setuju dengan saran papanya. Lagipula dia merasa keadaannya semakin lemah.
Tak lama kemudian, dokter keluarga Salsa pun tiba di rumah. Saat ini, dokter sedang memeriksa keadaan gadis itu.
“Jadi, bagaimana keadaannya dok?” tanya Faris pada dokter yang baru saja selesai memeriksa putrinya.
Dokter itu tampak memperbaiki letak kaca matanya. “Sebelum seperti ini, apa terjadi sesuatu dengan Salsa, Pak?”
“Iya, dok. Tadi malam dia pulangnya kehujanan,” jawab Faris dengan jujur.
Dokter itu mengangguk pelan. “Begini, Pak. Dari hasil pemeriksaan, putri Bapak masuk angin karena kehujanan, sering telat makan hingga membuat maaghnya kambuh. Ditambah lagi, sepertinya putri Bapak sedang banyak pikiran, dan hal itu lah yang membuat suhu tubuhnya semakin meningkat,” jelas Dokter.
Kedua orang tua Salsa terdiam.
“Saran saya, sebaiknya pola makan putri Bapak lebih teratur lagi supaya maaghnya tidak kambuh. Dan putri Bapak sedang butuh suasana baru untuk sementara waktu, supaya dia bisa melepaskan beban yang dipikirkannya,” saran dokter itu. Ia pun memberikan resep obat yang harus ditebus. “Ini obat yang harus diminum, Pak. Obatnya diminum dengan rutin, supaya putri Bapak cepat sembuh,” ucapnya.
“Baik, dok,” ucap Faris. “Terima kasih udah mau datang ke rumah,” ucapnya sambil menjabat tangan dokter itu.
“Itu udah menjadi tugas saya sebagai dokter di keluarga ini, Pak. Kalau terjadi sesuatu pada putri Bapak, segera kabari saya,” sahut dokter membuat kedua paruh baya itu mengangguk pelan. “Kalau begitu saya pamit, Assalamu’alaikum,” pamitnya.
“Wa’alaikumsalam,” jawab mereka bersamaan.
“Mari dok saya antar ke depan,” ucap Faris, kemudian mengantar dokter ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Husband✔
General FictionAisyah Salsabila Azhari, gadis yang kerap disapa Salsa, merupakan mahasiswi Teknik Lingkungan semester 7 di salah satu Universitas Negeri di Jakarta. Salsa merasa permasalahan kisah cintanya rumit. Kenapa begitu? Karena belum selesai masalahnya deng...