PART 22

1.1K 60 0
                                    

Salsa melangkahkan kakinya dengan tergesa memasuki kamar orang tuanya.

"Ma, Sa ikut ya," rengek Salsa.

Hana menggeleng pelan. "Nggak, kamu nggak usah ikut, di rumah aja," ucap Hana sambil merapikan penampilannya.

"Ayolah Ma, bolehin Sa ikut ya. Masa Sa nggak ikut sih, ini kan acaranya Abang," bujuk Salsa.

"Nggak, kamu baru aja sembuh," tolak mentah Hana.

Salsa memberengut kesal. "Tapi Sa mau ikut, Ma," kekehnya.

"Kamu nggak perlu ikut, karena ini cuman acara perjodohan aja, bukan lamaran," ucap Hana dengan tenang.

Ya, malam ini keluarga Salsa akan pergi ke rumah Tiara untuk membicarakan masalah perjodohan Rayyan dan Tiara.

"Justru itu, Ma. Sa mau kawal dari awal sampai akhir," sahut Salsa dengan antusias.

"Kamu ya, nggak bisa dibilangin banget. Dasar keras kepala," cibir Hana. "Nurun siapa sih?"

"Ya nurun dari Mama lah, kan Sa anaknya Mama," jawab Salsa dengan santai.

Hana menatap tak percaya putrinya. Ia memang keras kepala, tapi putrinya lebih keras kepala darinya. Hana menghela napasnya, kemudian memijit pelan pelipisnya.

"Mama capek debat sama kamu, Sa," keluh Hana.

"Makanya, Mama bolehin Sa ikut biar kita nggak debat lagi," ucap Salsa dengan cengirannya.

"Ya udah, sana kamu siap-siap," suruh Hana.

Salsa tersenyum lebar. "Nah, gitu dong Ma dari tadi, jadinya kan nggak perlu debat," ucapnya, kemudian melangkah menuju kamarnya untuk bersiap.

"Ngidam apa aku sampai kelakuannya kayak gitu," ringis Hana meratapi kelakuan anaknya yang ajaib.

***
Salsa bersama keluarganya sedang dalam perjalanan mengantar gadis itu ke suatu tempat. Btw, soal acara tadi malam, semuanya berjalan dengan lancar. Rayyan dan Tiara menerima perjodohan itu, dan dalam waktu dekat ini, Rayyan akan melamar perempuan itu menjadi istrinya. Akhirnya, Rayyan tidak menjomblo lagi.

Selama di perjalanan, Salsa kebanyakan melamun dibandingkan ikut menyahuti celetukan keluarganya. Dan mereka pun membiarkan Salsa, karena gadis itu membutuhkan waktu untuk memikirkan masalah kemarin.

Beberapa jam kemudian, mereka hampir tiba di tempat tujuan. Gadis itu melirik sekitar dan merasa tidak asing dengan tempat yang mereka lewati.

Gue kayak kenal tempat ini, ucap Salsa dalam hati. Ini bukannya jalan ke Pesantren Al ya? tanyanya dalam hati.

Dan benar saja, tak lama kemudian mobil mereka masuk ke dalam sebuah gapura yang bertuliskan ‘Selamat Datang di Pondok Pesantren Darul Ilmi’.

“Jadi, tempat yang Papa maksud itu Pesantrennya Al?” tanyanya yang sedari tadi hanya diam. Faris yang duduk di samping Rama mengangguk semangat. “Kenapa harus ke Pesantren sih, Pa?” melas Salsa kepada papanya.

Faris yang mendengar nada melas dari putrinya pun menyerngit heran. “Loh, emangnya kenapa? Bukannya kamu paling suka ya dengan suasana di Pesantren? Apalagi Pesantrennya Al,” ucap Faris membuat gadis itu terdiam.

Papa benar, Pesantren Al emang jadi tempat yang paling kusuka. Tapi waktunya sedang nggak tepat, Pa, celetuknya dalam hati.

Kemudian, mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan rumah yang sudah lama sekali tidak Salsa kunjungi. Rumah itu adalah kediaman keluarganya Al, alias rumah dari pemilik Pesantren Darul Ilmi. Keluarga yang paling dihormati di daerah Pesantren ini.

Secret Husband✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang